Kabar buruk masih menghinggapi pasar keuangan sejauh ini. Walaupun tidak langsung direspon negatif oleh pelaku pasar. Data pertumbuhan Ekonomi Singapura nantinya akan diikuti oleh banyak negara lain yang juga akan masuk ke dalam krisis yang sama. Kondisi krisis ekonomi ini akan banyak dialami oleh banyak negara. Dikarenakan covid 19 membuat aktifitas ekonomi masyarakat global memang bermasalah dan akan memunculkan tekanan ekonomi besar yang sulit untuk dihindarkan. Posisi Indonesia memang akan lebih beruntung nantinya jika dibandingkan dengan rata-rata banyak negara lainnya. Tetapi tetap sulit untuk menghidar dari lubang krisis yang sama. Kondisi krisis saat ini tidak bisa disamakan begitu saja dengan krisis 97/98. Karena krisis ini akan menghantam banyak negara (berjamaah). Mungkin China dan Vietnam yang bisa keluar dari tekanan krisis. Selebihnya masih harus berjibaku setidaknya dalam 3 bulan yang akan datang. Untuk Indonesia, sekalipun nantinya di kuartal kedua pertumbuhan ekonomi minus, Indonesia belum bisa dikatakan masuk kedalam resesi. Sampai nanti rilis pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga. Kalau tetap minus baru bisa dikatakan resmi kita masuk resesi. Jadi singapura dalam konteks ini lebih dahulu masuk jurang resesi. Untuk itu masyarakat harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk nantinya. Dan pemerintah harus memprioritaskan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dibandingkan bentuk anggaran lainnya. Mengapa?, karena realisasi pertumbuhan ekonomi banyak negara saat ini faktanya jauh lebih buruk dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya. Jadi ekspektasi pertumbuhan saat ini tidak ada salahnya bersandar pada scenario terburuk. "Untuk masyarakat sebaiknya ikuti terus anjuran protokol kesehatan, dan tetap melakukan aktifitas ekonomi. Di tengah kondisi saat ini, jangan sampai anjuran protokol yang diabaikan justru membuat kita tidak bisa melakukan aktifitas apa-apa nantinya. Jadi saya harapkan saling membantu," kata pengamat ekonomi Gunawan Benjamin. Disisi lain, pemerintah harus berupaya agar sekalipun pertumbuhan ekonomi kita negatif nantinya. Tetapi realisasinya harus lebih baik dari buruknya realisasi pertumbuhan ekonomi negara lain. Sehingga investor tetap melihat kita sebagai tempat yang lebih menjanjikan sekalipun pertumbuhan negative. Ditengah kondisi pasar keuangan seperti sekarang, kita bisa saja survive (bertahan). Tidak terjadi arus pembalikan modal besar-besaran, dan pengendalian rupiah tetap seperti sekarang ini. Dengan catatan pertumbuhan negative kita lebih kecil dari kebanyakan negara lain. Sehingga kita bisa lebih baik dalam melewati resesi. Investor pada saat ini dihadapkan dengan gambaran ekonomi global yang buram. Jadi mereka juga akan tetap memilih mana negara yang lebih menjanjikan. Jadi pilihan investor saat ini tidak banyak, negara terbaik dari yang terburuk. Buktinya pada sore ini, IHSG justru masih mampu menguat 0.29% di level 5.079,12, dan rupiah masih stabil dengan kecenderungan melemah di level 14.450 per US Dolar. "Semua ini bisa bertahan lama, jika pemerintah fokus dalam penyelamatan daya beli masyarakat. Dan masyarakat patuh protokol kesehatan," pungkasnya.[R]
Kabar buruk masih menghinggapi pasar keuangan sejauh ini. Walaupun tidak langsung direspon negatif oleh pelaku pasar. Data pertumbuhan Ekonomi Singapura nantinya akan diikuti oleh banyak negara lain yang juga akan masuk ke dalam krisis yang sama. Kondisi krisis ekonomi ini akan banyak dialami oleh banyak negara. Dikarenakan covid 19 membuat aktifitas ekonomi masyarakat global memang bermasalah dan akan memunculkan tekanan ekonomi besar yang sulit untuk dihindarkan. Posisi Indonesia memang akan lebih beruntung nantinya jika dibandingkan dengan rata-rata banyak negara lainnya. Tetapi tetap sulit untuk menghidar dari lubang krisis yang sama. Kondisi krisis saat ini tidak bisa disamakan begitu saja dengan krisis 97/98. Karena krisis ini akan menghantam banyak negara (berjamaah). Mungkin China dan Vietnam yang bisa keluar dari tekanan krisis. Selebihnya masih harus berjibaku setidaknya dalam 3 bulan yang akan datang. Untuk Indonesia, sekalipun nantinya di kuartal kedua pertumbuhan ekonomi minus, Indonesia belum bisa dikatakan masuk kedalam resesi. Sampai nanti rilis pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga. Kalau tetap minus baru bisa dikatakan resmi kita masuk resesi. Jadi singapura dalam konteks ini lebih dahulu masuk jurang resesi. Untuk itu masyarakat harus bersiap dengan segala kemungkinan terburuk nantinya. Dan pemerintah harus memprioritaskan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat dibandingkan bentuk anggaran lainnya. Mengapa?, karena realisasi pertumbuhan ekonomi banyak negara saat ini faktanya jauh lebih buruk dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya. Jadi ekspektasi pertumbuhan saat ini tidak ada salahnya bersandar pada scenario terburuk. "Untuk masyarakat sebaiknya ikuti terus anjuran protokol kesehatan, dan tetap melakukan aktifitas ekonomi. Di tengah kondisi saat ini, jangan sampai anjuran protokol yang diabaikan justru membuat kita tidak bisa melakukan aktifitas apa-apa nantinya. Jadi saya harapkan saling membantu," kata pengamat ekonomi Gunawan Benjamin. Disisi lain, pemerintah harus berupaya agar sekalipun pertumbuhan ekonomi kita negatif nantinya. Tetapi realisasinya harus lebih baik dari buruknya realisasi pertumbuhan ekonomi negara lain. Sehingga investor tetap melihat kita sebagai tempat yang lebih menjanjikan sekalipun pertumbuhan negative. Ditengah kondisi pasar keuangan seperti sekarang, kita bisa saja survive (bertahan). Tidak terjadi arus pembalikan modal besar-besaran, dan pengendalian rupiah tetap seperti sekarang ini. Dengan catatan pertumbuhan negative kita lebih kecil dari kebanyakan negara lain. Sehingga kita bisa lebih baik dalam melewati resesi. Investor pada saat ini dihadapkan dengan gambaran ekonomi global yang buram. Jadi mereka juga akan tetap memilih mana negara yang lebih menjanjikan. Jadi pilihan investor saat ini tidak banyak, negara terbaik dari yang terburuk. Buktinya pada sore ini, IHSG justru masih mampu menguat 0.29% di level 5.079,12, dan rupiah masih stabil dengan kecenderungan melemah di level 14.450 per US Dolar. "Semua ini bisa bertahan lama, jika pemerintah fokus dalam penyelamatan daya beli masyarakat. Dan masyarakat patuh protokol kesehatan," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved