Akademisi Universitas HKBP Nommensen, DR Ir Hotden Leonardo Nainggolan meminta agar Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor lebih mendengarkan masukan dari kalangan akademisi. Hal ini disampaikannya terkait munculnya pemberitaan dari elemen pemuda dan mahasiswa yang menilai Dosmar gagal dalam menjalankan tugasnya memimpin Humbang Hasundutan. Menurutnya alasan dari elemen pemuda menyebut Dosmar gagal karena alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat tidak terserap dan harus dikembalikan ke pusat merupakan hal yang sangat mendasar. "Tentu jika itu yang menjadi indikator menyebut dia gagal, itu sangat wajar. Artinya ada ketidakmampuan dia dalam menyerap anggaran dari pemerintah pusat itu," katanya, Selasa (28/1). Akademisi di Fakultas Pertanian yang merupakan putra asli dari Humbang Hasundutan ini menyebutkan, keberhasilan seorang kepala daerah dalam memimpin daerahnya dapat diukur dari berbagai hal. Mulai dari kebijakan yang dilakukannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, hingga pada peningkatan infrastruktur yang ada demi kesejahteraan rakyatnya. "Nah jika salah satu persoalannya adalah ketidakmampuan penyerapan anggaran yang notabene untuk kesejahteraan masyarakat di sana. Itu bentuk kegagalan dalam penyusunan dan strategi anggaran," ujarnya. Nainggolan memastikan jika rencana penganggaran yang disusun oleh Pemkab Humbahas terstruktur dengan baik, maka apa yang dituduhkan oleh elemen pemuda tersebut yakni ketidakmampuan menyerap anggaran dari Pusat tidak akan terjadi. Karena itu ia menyarankan agar Bupati Dosmar Banjarnahor banyak mendengarkan masukan masyarakat terutama dari kalangan akademisi. "Saya pernah melakukan penelitian soal pertanian di sana (humbahas). 10 Kecamatan yang ada disana saya datangi. Di bidang pertanian saja masih banyak yang harus dibenahi, karena saya melihat belum ada penyusunan rencana dan strategi (renstra) pertanian yang baik. Masih banyak yang tumpang tindih sehingga pelaksanaannya menjadi tidak tepat sasaran," sebutnya. Salah satu program yang pernah diusulkannya yakni program 'one village one product' dimana masing-masing desa memiliki komoditi pertanian unggulan. Namun hal tersebut menurutnya belum terealisasi disana. "Padahal itu penting agar masing-masing desa memiliki komoditi pertanian unggulan," pungkasnya.[R]
Akademisi Universitas HKBP Nommensen, DR Ir Hotden Leonardo Nainggolan meminta agar Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor lebih mendengarkan masukan dari kalangan akademisi. Hal ini disampaikannya terkait munculnya pemberitaan dari elemen pemuda dan mahasiswa yang menilai Dosmar gagal dalam menjalankan tugasnya memimpin Humbang Hasundutan. Menurutnya alasan dari elemen pemuda menyebut Dosmar gagal karena alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat tidak terserap dan harus dikembalikan ke pusat merupakan hal yang sangat mendasar. "Tentu jika itu yang menjadi indikator menyebut dia gagal, itu sangat wajar. Artinya ada ketidakmampuan dia dalam menyerap anggaran dari pemerintah pusat itu," katanya, Selasa (28/1). Akademisi di Fakultas Pertanian yang merupakan putra asli dari Humbang Hasundutan ini menyebutkan, keberhasilan seorang kepala daerah dalam memimpin daerahnya dapat diukur dari berbagai hal. Mulai dari kebijakan yang dilakukannya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, hingga pada peningkatan infrastruktur yang ada demi kesejahteraan rakyatnya. "Nah jika salah satu persoalannya adalah ketidakmampuan penyerapan anggaran yang notabene untuk kesejahteraan masyarakat di sana. Itu bentuk kegagalan dalam penyusunan dan strategi anggaran," ujarnya. Nainggolan memastikan jika rencana penganggaran yang disusun oleh Pemkab Humbahas terstruktur dengan baik, maka apa yang dituduhkan oleh elemen pemuda tersebut yakni ketidakmampuan menyerap anggaran dari Pusat tidak akan terjadi. Karena itu ia menyarankan agar Bupati Dosmar Banjarnahor banyak mendengarkan masukan masyarakat terutama dari kalangan akademisi. "Saya pernah melakukan penelitian soal pertanian di sana (humbahas). 10 Kecamatan yang ada disana saya datangi. Di bidang pertanian saja masih banyak yang harus dibenahi, karena saya melihat belum ada penyusunan rencana dan strategi (renstra) pertanian yang baik. Masih banyak yang tumpang tindih sehingga pelaksanaannya menjadi tidak tepat sasaran," sebutnya. Salah satu program yang pernah diusulkannya yakni program 'one village one product' dimana masing-masing desa memiliki komoditi pertanian unggulan. Namun hal tersebut menurutnya belum terealisasi disana. "Padahal itu penting agar masing-masing desa memiliki komoditi pertanian unggulan," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved