Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Wan Syaifuddin mengatakan penanganan covid-19 tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah. Namun seluruh pihak juga mempunyai peran penting untuk mengatasi penyebaran virus berbahaya tersebut seperti tokoh masyarakat maupun tokoh adat. Hal ini disampaikannya dalam Seminar Online Sumut 'Menghadapi New Normal' yang digagas Pemprov Sumut dan diikuti para pakar dari kalangan akademisi, Selasa (2/6). "Adat berguna mengatur prilaku, sedangkan agama mengatur hati. Peran pendekatan budaya tidak terlepas dari proses pencegahan penyebaran Covid-19, baik itu tokoh masyarakat hingga imbauan yang menggunakan bahasa daerah," ujarnya. Soal penerapan new normal, Guru besar Fakultas Ilmu Budaya USU ini mengatakan hal ini akan lebih efektif bila diterapkan pada zona hijau. Karena pengawasannya akan lebih mudah dan peran pemangku adat juga bisa dilakukan disana. Peran pemangku adat menurutnya sangat besar mengingat wilayah-wilayah yang masuk zona hijau masih didominasi yang mono culture. "Kalau daerah di luar Zona Hijau terkenal dengan multiculturenya. Wilayah Pantai Timur kena Zona Merah, hanya daerah Labusel yang tidak," pungkasnya. Seminar online ini digagas oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menyerap masukan dari para ahli terkait wacana penerapan new normal. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahyamadi berharap para akademisi di Sumut untuk dapat memberikan masukan. "Mari sama-sama kita pikirkan ini, kita bahas dan semoga seminar ini menghasilkan hal-hal yang bermanfaat. Kesehatan, ekonomi dan sosial dan budaya adalah yang perlu diperhatikan untuk menerapkan New Normal," sebutnya.[R]
Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) Prof Dr Wan Syaifuddin mengatakan penanganan covid-19 tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah. Namun seluruh pihak juga mempunyai peran penting untuk mengatasi penyebaran virus berbahaya tersebut seperti tokoh masyarakat maupun tokoh adat. Hal ini disampaikannya dalam Seminar Online Sumut 'Menghadapi New Normal' yang digagas Pemprov Sumut dan diikuti para pakar dari kalangan akademisi, Selasa (2/6). "Adat berguna mengatur prilaku, sedangkan agama mengatur hati. Peran pendekatan budaya tidak terlepas dari proses pencegahan penyebaran Covid-19, baik itu tokoh masyarakat hingga imbauan yang menggunakan bahasa daerah," ujarnya. Soal penerapan new normal, Guru besar Fakultas Ilmu Budaya USU ini mengatakan hal ini akan lebih efektif bila diterapkan pada zona hijau. Karena pengawasannya akan lebih mudah dan peran pemangku adat juga bisa dilakukan disana. Peran pemangku adat menurutnya sangat besar mengingat wilayah-wilayah yang masuk zona hijau masih didominasi yang mono culture. "Kalau daerah di luar Zona Hijau terkenal dengan multiculturenya. Wilayah Pantai Timur kena Zona Merah, hanya daerah Labusel yang tidak," pungkasnya. Seminar online ini digagas oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menyerap masukan dari para ahli terkait wacana penerapan new normal. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahyamadi berharap para akademisi di Sumut untuk dapat memberikan masukan. "Mari sama-sama kita pikirkan ini, kita bahas dan semoga seminar ini menghasilkan hal-hal yang bermanfaat. Kesehatan, ekonomi dan sosial dan budaya adalah yang perlu diperhatikan untuk menerapkan New Normal," sebutnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved