RMOLSumut, Kamis (29/8).
Hendra juga menyatakan postingannya yang mengklarifikasi upaya fitnah di Milad ke-21 FPI juga ikut disterilkan oleh Facebook.
Bahkan, sebelumnya, postingannya terkait pengibaran bendera bintang kejora milik OPM pada waktu keributan Manokwari beberapa waktru lalu juga sempat dihilangkan.
\"Saya membandingkan pengibaran bintang kejora yang sudah jelas makar dengan bendera tauhid yang diklaim bendera HTI,\" kata Hendra.
\"Sepertinya Rezim ini melalui Facebook benar-benar menunjukkan rasa rasisnya. Lihatlah, tari Tradisional Papua dalam unjuk rasa dianggap ketelanjangan dan aktivitas seksual,\" kata Hendra.
Perilaku sensor semena-semena ini, lanjut Hendra sangat berbahaya dan menjadi ancaman bagi demokrasi di Indonesia.
\"Kritik dianggap berbahaya. Lagipula, FPI kan bukan organisasi ilegal, kenapa setiap hal yang mengandung kata FPI langsung ditanggapi dengan pemblokiran? Sedangkan OPM yang dinyatakan berbahaya dan subversif bebas berkibar bahkan di jangtung ibukota pemerintahan Indonesia,\" demikian Hendra. [hta]
" itemprop="description"/>
RMOLSumut, Kamis (29/8).
Hendra juga menyatakan postingannya yang mengklarifikasi upaya fitnah di Milad ke-21 FPI juga ikut disterilkan oleh Facebook.
Bahkan, sebelumnya, postingannya terkait pengibaran bendera bintang kejora milik OPM pada waktu keributan Manokwari beberapa waktru lalu juga sempat dihilangkan.
\"Saya membandingkan pengibaran bintang kejora yang sudah jelas makar dengan bendera tauhid yang diklaim bendera HTI,\" kata Hendra.
\"Sepertinya Rezim ini melalui Facebook benar-benar menunjukkan rasa rasisnya. Lihatlah, tari Tradisional Papua dalam unjuk rasa dianggap ketelanjangan dan aktivitas seksual,\" kata Hendra.
Perilaku sensor semena-semena ini, lanjut Hendra sangat berbahaya dan menjadi ancaman bagi demokrasi di Indonesia.
\"Kritik dianggap berbahaya. Lagipula, FPI kan bukan organisasi ilegal, kenapa setiap hal yang mengandung kata FPI langsung ditanggapi dengan pemblokiran? Sedangkan OPM yang dinyatakan berbahaya dan subversif bebas berkibar bahkan di jangtung ibukota pemerintahan Indonesia,\" demikian Hendra. [hta]
"/>
RMOLSumut, Kamis (29/8).
Hendra juga menyatakan postingannya yang mengklarifikasi upaya fitnah di Milad ke-21 FPI juga ikut disterilkan oleh Facebook.
Bahkan, sebelumnya, postingannya terkait pengibaran bendera bintang kejora milik OPM pada waktu keributan Manokwari beberapa waktru lalu juga sempat dihilangkan.
\"Saya membandingkan pengibaran bintang kejora yang sudah jelas makar dengan bendera tauhid yang diklaim bendera HTI,\" kata Hendra.
\"Sepertinya Rezim ini melalui Facebook benar-benar menunjukkan rasa rasisnya. Lihatlah, tari Tradisional Papua dalam unjuk rasa dianggap ketelanjangan dan aktivitas seksual,\" kata Hendra.
Perilaku sensor semena-semena ini, lanjut Hendra sangat berbahaya dan menjadi ancaman bagi demokrasi di Indonesia.
\"Kritik dianggap berbahaya. Lagipula, FPI kan bukan organisasi ilegal, kenapa setiap hal yang mengandung kata FPI langsung ditanggapi dengan pemblokiran? Sedangkan OPM yang dinyatakan berbahaya dan subversif bebas berkibar bahkan di jangtung ibukota pemerintahan Indonesia,\" demikian Hendra. [hta]
"/>