Wabah Covid-19 yang terjadi saat ini membuat tertundanya waktu pemilihan kepala daerah diberbagai kabupaten/kota di Indonesia termasuk kota Medan ditunda hingga waktu yang belum dapat ditentukan.
Hal ini menjadi perhatian khusus oleh pengamat politik dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Anuar Sadat,S.Sos, M.Si yang melihat peristiwa ini seharusnya menjadi momentum bagi calon-calon walikota Medan untuk menarik simpati masyarakat.
\"Bencana Covid-19 ini seharusnya bisa menjadi ladang bagi calon Walikota Medan untuk menarik simpati masyarakat dan membentuk kedekatan antara kepala daerah dengan masyarakatnya,\" katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Selasa (14/4/2020).
Anuar mengatakan kandidat walikota Medan perlu dukungan dari masyarakat untuk duduk sebagai Pemimpin Kota Medan berikutnya karena konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan, hanya anggota masyarakat yang dapat memberikan legitimasi pada kewenangan pemimpin.
\"Yang terkait dengan legitimasi salah satunya adalah kualitas pribadi. Bila memakai konsep legitimasi memandang Kandidat yang akan memimpin Kota Medan berikutnya, maka Kualitas Pribadi kandidat menjadi kata kuncinya untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral kandidat.\" jelasnya.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik ini menjabarkan bagaimana caranya untuk mendapatkan Legitimasi (dukungan) dari rakyat; PERTAMA Simbolis; simbolis berarti memanipulasi kecenderungan-kecenderungan moral, emosional, tradisi, dan kepercayaan, serta nilai-nilai budaya pada umumnya dalam bentuk symbol-simbol.
KEDUA Materiil; Materiil berarti ditempuh dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada masyarakat (seperti, pemenuhan kebutuhan dasar, fasilitas pendidikan dan kesehatan, kesempatan kerja dan mpinjaman modal, sarana komunikasi dan transfortasi).
KETIGA Prosedural; procedural berarti ditempuh dengan cara dan mekanisme yang sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku (Mis, Peraturan pelaksanaan Pemilukada serentak, persyaratan kandidat dan ketentuan lainnya).
Anuar juga mengomentari perihal tidak munculnya calon-calon Walikota Medan yang tidak memiliki empati kepada masyarakat kota Medan yang sedang dilanda musibah Covid-19, dimana yang sebelumnya mereka sudah digembar-gemborkan dan telah melakukan safari politik ke berbagai parpol untuk mengusung diri mereka
\"Bagaimana Hak Moral dan Kualitas Pribadi Kandidat mendapat dukungan masyarakat Kota Medan sementara Kandidat hampir dapat dikatakan tidak terlihat rasa empati terhadap musibah yang dialami oleh masyarakat Kota Medan.\" ungkapnya.
\"Kandidat berlindung dan sembunyi dengan program dan instruksi LockDown nya Pemerintah. Kandidat tidak mengambil peran Simbolis dan Materiil untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari Masyarakat Kota Medan. Kandidat tidak mempunyai Program yang cerdas.\" pungkasnya.[R]
" itemprop="description"/>Wabah Covid-19 yang terjadi saat ini membuat tertundanya waktu pemilihan kepala daerah diberbagai kabupaten/kota di Indonesia termasuk kota Medan ditunda hingga waktu yang belum dapat ditentukan.
Hal ini menjadi perhatian khusus oleh pengamat politik dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Anuar Sadat,S.Sos, M.Si yang melihat peristiwa ini seharusnya menjadi momentum bagi calon-calon walikota Medan untuk menarik simpati masyarakat.
\"Bencana Covid-19 ini seharusnya bisa menjadi ladang bagi calon Walikota Medan untuk menarik simpati masyarakat dan membentuk kedekatan antara kepala daerah dengan masyarakatnya,\" katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Selasa (14/4/2020).
Anuar mengatakan kandidat walikota Medan perlu dukungan dari masyarakat untuk duduk sebagai Pemimpin Kota Medan berikutnya karena konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan, hanya anggota masyarakat yang dapat memberikan legitimasi pada kewenangan pemimpin.
\"Yang terkait dengan legitimasi salah satunya adalah kualitas pribadi. Bila memakai konsep legitimasi memandang Kandidat yang akan memimpin Kota Medan berikutnya, maka Kualitas Pribadi kandidat menjadi kata kuncinya untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral kandidat.\" jelasnya.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik ini menjabarkan bagaimana caranya untuk mendapatkan Legitimasi (dukungan) dari rakyat; PERTAMA Simbolis; simbolis berarti memanipulasi kecenderungan-kecenderungan moral, emosional, tradisi, dan kepercayaan, serta nilai-nilai budaya pada umumnya dalam bentuk symbol-simbol.
KEDUA Materiil; Materiil berarti ditempuh dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada masyarakat (seperti, pemenuhan kebutuhan dasar, fasilitas pendidikan dan kesehatan, kesempatan kerja dan mpinjaman modal, sarana komunikasi dan transfortasi).
KETIGA Prosedural; procedural berarti ditempuh dengan cara dan mekanisme yang sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku (Mis, Peraturan pelaksanaan Pemilukada serentak, persyaratan kandidat dan ketentuan lainnya).
Anuar juga mengomentari perihal tidak munculnya calon-calon Walikota Medan yang tidak memiliki empati kepada masyarakat kota Medan yang sedang dilanda musibah Covid-19, dimana yang sebelumnya mereka sudah digembar-gemborkan dan telah melakukan safari politik ke berbagai parpol untuk mengusung diri mereka
\"Bagaimana Hak Moral dan Kualitas Pribadi Kandidat mendapat dukungan masyarakat Kota Medan sementara Kandidat hampir dapat dikatakan tidak terlihat rasa empati terhadap musibah yang dialami oleh masyarakat Kota Medan.\" ungkapnya.
\"Kandidat berlindung dan sembunyi dengan program dan instruksi LockDown nya Pemerintah. Kandidat tidak mengambil peran Simbolis dan Materiil untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari Masyarakat Kota Medan. Kandidat tidak mempunyai Program yang cerdas.\" pungkasnya.[R]
"/>Wabah Covid-19 yang terjadi saat ini membuat tertundanya waktu pemilihan kepala daerah diberbagai kabupaten/kota di Indonesia termasuk kota Medan ditunda hingga waktu yang belum dapat ditentukan.
Hal ini menjadi perhatian khusus oleh pengamat politik dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Anuar Sadat,S.Sos, M.Si yang melihat peristiwa ini seharusnya menjadi momentum bagi calon-calon walikota Medan untuk menarik simpati masyarakat.
\"Bencana Covid-19 ini seharusnya bisa menjadi ladang bagi calon Walikota Medan untuk menarik simpati masyarakat dan membentuk kedekatan antara kepala daerah dengan masyarakatnya,\" katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Selasa (14/4/2020).
Anuar mengatakan kandidat walikota Medan perlu dukungan dari masyarakat untuk duduk sebagai Pemimpin Kota Medan berikutnya karena konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan, hanya anggota masyarakat yang dapat memberikan legitimasi pada kewenangan pemimpin.
\"Yang terkait dengan legitimasi salah satunya adalah kualitas pribadi. Bila memakai konsep legitimasi memandang Kandidat yang akan memimpin Kota Medan berikutnya, maka Kualitas Pribadi kandidat menjadi kata kuncinya untuk mendapatkan legitimasi dari masyarakat. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral kandidat.\" jelasnya.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik ini menjabarkan bagaimana caranya untuk mendapatkan Legitimasi (dukungan) dari rakyat; PERTAMA Simbolis; simbolis berarti memanipulasi kecenderungan-kecenderungan moral, emosional, tradisi, dan kepercayaan, serta nilai-nilai budaya pada umumnya dalam bentuk symbol-simbol.
KEDUA Materiil; Materiil berarti ditempuh dengan cara menjanjikan dan memberikan kesejahteraan materiil kepada masyarakat (seperti, pemenuhan kebutuhan dasar, fasilitas pendidikan dan kesehatan, kesempatan kerja dan mpinjaman modal, sarana komunikasi dan transfortasi).
KETIGA Prosedural; procedural berarti ditempuh dengan cara dan mekanisme yang sesuai dengan pedoman dan ketentuan yang berlaku (Mis, Peraturan pelaksanaan Pemilukada serentak, persyaratan kandidat dan ketentuan lainnya).
Anuar juga mengomentari perihal tidak munculnya calon-calon Walikota Medan yang tidak memiliki empati kepada masyarakat kota Medan yang sedang dilanda musibah Covid-19, dimana yang sebelumnya mereka sudah digembar-gemborkan dan telah melakukan safari politik ke berbagai parpol untuk mengusung diri mereka
\"Bagaimana Hak Moral dan Kualitas Pribadi Kandidat mendapat dukungan masyarakat Kota Medan sementara Kandidat hampir dapat dikatakan tidak terlihat rasa empati terhadap musibah yang dialami oleh masyarakat Kota Medan.\" ungkapnya.
\"Kandidat berlindung dan sembunyi dengan program dan instruksi LockDown nya Pemerintah. Kandidat tidak mengambil peran Simbolis dan Materiil untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi dari Masyarakat Kota Medan. Kandidat tidak mempunyai Program yang cerdas.\" pungkasnya.[R]
"/>