SEMUA orang pernah mendengar, membaca dan paham benar arti kata gratis.Kata itu digemari oleh banyak orang,karena diartikan sebagai mendapatkan sesuatu, barang, jasa, energi, informasi secara cuma cuma,tanpa usaha, tanpa pertukaran. Jika ditelaah secara mendalam pengertian itu menyesatkan.
Salah kaprah ini terus dilanggengkan oleh para elit politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bahkan Pemerintah pun ikut andil dalam menyebarkan dan mempertahankan illusi yang menyesatkan ini. Hal ini terlihat jelas dalam jargon jargon program pendidikan gratis,pelayanan kesehatan gratis.
Mitos gratis ini harus diakhiri, dengan cara membongkar sesat pikir yang melandasinya, sehingga terkuaklah bahwa makna yang dipahami selama ini hanya pepesan kosong dan absurd.
Dalil Ronald Coase dan implikasinya
Ronald Coase adalah seorang ekonom yang pertama kali merumuskan dalilnya pada tahun 1932.Setelah mengalami pengujian berulang kali selama 59 tahun dan dirasakan manfaatnya,pada tahun 1991,Coase diganjar dengan hadiah Nobel yang sangat prestisius.Dalil Coase mengatakan : Di alam ini tidak ada yang gratis dan cuma cuma.Jika ada seorang,kelompok,lembaga,mengambil sesuatu dengan gratis, maka ada seorang, kelompok, lembaga, tidak peduli siapapun, yang akan menanggung/memikul kerugian. Jika ada orang atau lembaga ingin mengambil sesuatu dari suatu tempat, maka dia harus memberika sesuatu sebagai kompensasi di tempat yang sama atau tempat lain.
Dalil ini menegaskan adanya keseimbangan aliran energi dan materi di alam. Berdasarkan dalil ini maka tidak mungkin ada pendidikan dan pengobatan gratis,yang sebenarnya adalah ditanggung/dibiayai oleh pemerintah,karena faktanya memang demikian. Jalinan interaksi lalu lintas materi dan energi di alam sangat rumit.
Jika seseorang mengambil sesuatu apa saja di suatu tempat dengan gratis, maka yang akan memikul kerugian bukan hanya si pemilik barang,imbasnya menjalar ke berbagai arah dan bukan mustahil membalik kepada si pelaku.
Ada contoh menarik,kisah nyata di negara maju.Pada suatu hari panas terik seorang anak usia 8 tahun berjalan pulang dari sekolah.Anak itu berhenti di depan sebuah kios,mengambil sebuah botol berisi minuman dingin,dan meletakkan sejumlah uang senilai harga minuman,walaupun kios itu tidak dijaga pemiliknya.Seorang dewasa yang melihat kejadian itu bertanya kepada si anak mengapa dia harus meninggalkan uang sementara dia punya peluang mendapatkan minuman gratis.
Jawaban anak itu membuat kita tertegun,dia mengatakan dengan jelas dan sistematis jalan pikirannya. "Aku meletakkan uang itu agar pemilik kios tidak rugi dan dapat terus menjalankan usahanya.Jika pemilik kios rugi dan menutup usahanya yang sulit aku sendiri,tidak dapat lagi minum di jalan kalau kehausan".
Anak seusia itu sudah punya pemahaman tentang jalinan rumit lalu lintas materi dan energi yang seimbang,dan apa akibatnya jika keseimbangan itu dirusak oleh perilaku mencuri.
Anak itu tidak harus diberi tahu ajaran abstrak tentang dosa,neraka ,tetapi hasilnya efektif,karena langsung mengenai dirinya dan kepentingannya sendiri.
Perbuatan mencuri merusakkan keseimbangan aliran materi dan energi di alam sehingga merusak tatanan ekonomi,sosial dan budaya.Itulah sebabnya semua agama,norma manusia mengutuk perbuatan mencuri.Kerugian yang terjadi akibat suatu tindakan pencurian,misalnya sebuah laptop milik seorang yang berprofesi sebagai eksekutif,atau dosen atau apa saja,dicuri oleh seseorang.
Kerugian yang diderita pemiliknya bukan cuma laptop seharga sekian juta rupiah tetapi tidak terhitung besarnya.Di dalam laptop itu tersimpan banyak data,informasi makalah, bahan kuliah,dokumen kepegawaian dan banyak lagi.Akibatnya karir pemilik terhambat selama beberapa tahun,tidak dapat naik.
Pangkat/jabatan seseorang berkorelasi linier dengan penghasilan dan penghasilan berpengaruh terhadap hayat/ kesejahteraan sekian orang dalam satu keluarga.Jadi yang dicuri orang itu bukan cuma laptop tetapi kehidupan sekian orang, termasuk waktu yang tidak dapat kembali dan tidak dapat disetarakan dengan uang berapapun jumlahnya.
Hal ini tidak dapat ditolerir oleh siapapun,oleh agama apapun dan norma manapun.
Suatu tindakan yang dilakukan hari ini,mungkin berdampak besar pada hari esok dan dapat mengenai siapa saja, termasuk diri pelaku. Dalil Coase juga menegaskan pentingnya proses timbal balik memberi dan menerima agar keseimbangan aliran energi dan materi tetap terjaga. Hal ini juga sesuai dengan ajaran semua agama dan moral manusia.
Perilaku pengusaha industri yang memperlakukan jasa lingkungan seperti sungai dan udara sebagai tempat pembuangan sampah gratis, sama dengan pencuri. Seharusnya dia melakukan upaya pengolahan limbah yang membutuhkan biaya, agar limbahnya tidak mencemari air sungai dan udara.
Oleh karena pengusaha ingin gratis, langsung membuang limbah ke alam bebas tanpa melalui proses pengolahan. Akibatnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai dan di sekitar pabrik,menderita berbagai penyakit. Penduduk di sekitar pabrik menanggung kerugian;yang seharusnya menjadi tanggungan pengusaha.
Sifat ingin gratis mendorong orang untuk melakukan upaya jalan pintas.Patut diduga maraknya praktek korupsi, suap menyuap yang melanda semua lini,semua level di negeri ini juga bersumber dari karakter suka ambil jalan pintas.
Kesimpulan :
Arti, makna kata gratis yang dipahami selama sudah menjadi mitos/illusi yang menyesatkan,dan ini harus diakhiri dengan memberikan pemahaman yang benar,sesuai kaidah ilmu. Pemahaman kata gratis selama ini hanya memicu orang untuk berfikir,bersikap dan mendorong perilaku menempuh jalan pintas,tanpa mau kerja keras. Jalinan interaksi yang rumit dalam lalu lintas energi dan materi di alam dapat dipahami dengan ilmu pengetahuan.
Sebagai penutup dapat disampaikan peringatan dari orang arief bijaksana:
BERFIKIR LAH DUA LANGKAH KE DEPAN TENTANG DAMPAKNYA SEBELUM MENGATAKAN SESUATU DAN BERFIKIR LAH EMPAT LANGKAH KE DEPAN TENTANG DAMPAKNYA SEBELUM BERBUAT SESUATU. [***]
Salah kaprah ini terus dilanggengkan oleh para elit politik, ekonomi, sosial dan budaya. Bahkan Pemerintah pun ikut andil dalam menyebarkan dan mempertahankan illusi yang menyesatkan ini. Hal ini terlihat jelas dalam jargon jargon program pendidikan gratis,pelayanan kesehatan gratis.
Mitos gratis ini harus diakhiri, dengan cara membongkar sesat pikir yang melandasinya, sehingga terkuaklah bahwa makna yang dipahami selama ini hanya pepesan kosong dan absurd.
Dalil Ronald Coase dan implikasinya
Ronald Coase adalah seorang ekonom yang pertama kali merumuskan dalilnya pada tahun 1932.Setelah mengalami pengujian berulang kali selama 59 tahun dan dirasakan manfaatnya,pada tahun 1991,Coase diganjar dengan hadiah Nobel yang sangat prestisius.Dalil Coase mengatakan : Di alam ini tidak ada yang gratis dan cuma cuma.Jika ada seorang,kelompok,lembaga,mengambil sesuatu dengan gratis, maka ada seorang, kelompok, lembaga, tidak peduli siapapun, yang akan menanggung/memikul kerugian. Jika ada orang atau lembaga ingin mengambil sesuatu dari suatu tempat, maka dia harus memberika sesuatu sebagai kompensasi di tempat yang sama atau tempat lain.
Dalil ini menegaskan adanya keseimbangan aliran energi dan materi di alam. Berdasarkan dalil ini maka tidak mungkin ada pendidikan dan pengobatan gratis,yang sebenarnya adalah ditanggung/dibiayai oleh pemerintah,karena faktanya memang demikian. Jalinan interaksi lalu lintas materi dan energi di alam sangat rumit.
Jika seseorang mengambil sesuatu apa saja di suatu tempat dengan gratis, maka yang akan memikul kerugian bukan hanya si pemilik barang,imbasnya menjalar ke berbagai arah dan bukan mustahil membalik kepada si pelaku.
Ada contoh menarik,kisah nyata di negara maju.Pada suatu hari panas terik seorang anak usia 8 tahun berjalan pulang dari sekolah.Anak itu berhenti di depan sebuah kios,mengambil sebuah botol berisi minuman dingin,dan meletakkan sejumlah uang senilai harga minuman,walaupun kios itu tidak dijaga pemiliknya.Seorang dewasa yang melihat kejadian itu bertanya kepada si anak mengapa dia harus meninggalkan uang sementara dia punya peluang mendapatkan minuman gratis.
Jawaban anak itu membuat kita tertegun,dia mengatakan dengan jelas dan sistematis jalan pikirannya. "Aku meletakkan uang itu agar pemilik kios tidak rugi dan dapat terus menjalankan usahanya.Jika pemilik kios rugi dan menutup usahanya yang sulit aku sendiri,tidak dapat lagi minum di jalan kalau kehausan".
Anak seusia itu sudah punya pemahaman tentang jalinan rumit lalu lintas materi dan energi yang seimbang,dan apa akibatnya jika keseimbangan itu dirusak oleh perilaku mencuri.
Anak itu tidak harus diberi tahu ajaran abstrak tentang dosa,neraka ,tetapi hasilnya efektif,karena langsung mengenai dirinya dan kepentingannya sendiri.
Perbuatan mencuri merusakkan keseimbangan aliran materi dan energi di alam sehingga merusak tatanan ekonomi,sosial dan budaya.Itulah sebabnya semua agama,norma manusia mengutuk perbuatan mencuri.Kerugian yang terjadi akibat suatu tindakan pencurian,misalnya sebuah laptop milik seorang yang berprofesi sebagai eksekutif,atau dosen atau apa saja,dicuri oleh seseorang.
Kerugian yang diderita pemiliknya bukan cuma laptop seharga sekian juta rupiah tetapi tidak terhitung besarnya.Di dalam laptop itu tersimpan banyak data,informasi makalah, bahan kuliah,dokumen kepegawaian dan banyak lagi.Akibatnya karir pemilik terhambat selama beberapa tahun,tidak dapat naik.
Pangkat/jabatan seseorang berkorelasi linier dengan penghasilan dan penghasilan berpengaruh terhadap hayat/ kesejahteraan sekian orang dalam satu keluarga.Jadi yang dicuri orang itu bukan cuma laptop tetapi kehidupan sekian orang, termasuk waktu yang tidak dapat kembali dan tidak dapat disetarakan dengan uang berapapun jumlahnya.
Hal ini tidak dapat ditolerir oleh siapapun,oleh agama apapun dan norma manapun.
Suatu tindakan yang dilakukan hari ini,mungkin berdampak besar pada hari esok dan dapat mengenai siapa saja, termasuk diri pelaku. Dalil Coase juga menegaskan pentingnya proses timbal balik memberi dan menerima agar keseimbangan aliran energi dan materi tetap terjaga. Hal ini juga sesuai dengan ajaran semua agama dan moral manusia.
Perilaku pengusaha industri yang memperlakukan jasa lingkungan seperti sungai dan udara sebagai tempat pembuangan sampah gratis, sama dengan pencuri. Seharusnya dia melakukan upaya pengolahan limbah yang membutuhkan biaya, agar limbahnya tidak mencemari air sungai dan udara.
Oleh karena pengusaha ingin gratis, langsung membuang limbah ke alam bebas tanpa melalui proses pengolahan. Akibatnya penduduk yang tinggal di sepanjang sungai dan di sekitar pabrik,menderita berbagai penyakit. Penduduk di sekitar pabrik menanggung kerugian;yang seharusnya menjadi tanggungan pengusaha.
Sifat ingin gratis mendorong orang untuk melakukan upaya jalan pintas.Patut diduga maraknya praktek korupsi, suap menyuap yang melanda semua lini,semua level di negeri ini juga bersumber dari karakter suka ambil jalan pintas.
Kesimpulan :
Arti, makna kata gratis yang dipahami selama sudah menjadi mitos/illusi yang menyesatkan,dan ini harus diakhiri dengan memberikan pemahaman yang benar,sesuai kaidah ilmu. Pemahaman kata gratis selama ini hanya memicu orang untuk berfikir,bersikap dan mendorong perilaku menempuh jalan pintas,tanpa mau kerja keras. Jalinan interaksi yang rumit dalam lalu lintas energi dan materi di alam dapat dipahami dengan ilmu pengetahuan.
Sebagai penutup dapat disampaikan peringatan dari orang arief bijaksana:
BERFIKIR LAH DUA LANGKAH KE DEPAN TENTANG DAMPAKNYA SEBELUM MENGATAKAN SESUATU DAN BERFIKIR LAH EMPAT LANGKAH KE DEPAN TENTANG DAMPAKNYA SEBELUM BERBUAT SESUATU. [***]
BERITA BERIKUTNYA
Gerindra: Abu-Abu Makin Blingsatan Lihat Prabowo-Mega Ketemu
Van Joened
Berita Populer
