Meski demikian, Martina tetap berharap agar ke depannya tak ada lagi tren kenaikan harga di hari raya. Ia ingin agar harga selalu stabil sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya rendah tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Saya berharap harga tetap stabil supaya rakyat tidak bingung. Kalau orang kaya enak (tidak kena imbas kenaikan harga) karena uangnya banyak, nah kami,†jelasnya.
Berbeda dengan Monica (39), ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kuningan itu mengaku memiliki hobi baru yakni belanja ke pasar tradisional.
Menurutnya hasil pertanian lokal dalam beberapa tahun terakhir ini semakin baik. Bahkan ia kerap terkagum-kagum karena beberapa produk pertanian yang dikira impor ternyata barang lokal.
Contohnya bawang merah. Kemarin saya ke Pasar Senen dan menemukan bawang merah yang ukurannya jumbo. Saya tanya penjual itu bawang India atau bukan, katanya itu bawang merah Brebes. Saya kaget, ternyata kualitas Bawang Brebes bisa jadi bagus begini. Padahal dulu cuma tahu kalau bawang India lebih bagus dari bawang lokal,†jelasnya.
Tak hanya bawang merah Brebes yang membuat Monica kagum, kualitas beberapa produk pertanian lokal lain juga ia temukan di pasar tradisional, seperti cabai, sayur pok coy, brokoli dan berbagai produk hortikultura lainnya. Kondisi pasar tradisional yang semakin bersih membuat ibu satu anak ini memilih waktu untuk berbelanja di pasar rakyat ketimbang di supermarket.
Karena beberapa produk di supermarket juga sudah bisa dibeli pasar tradisional. Lebih baik memilih harga yang murah dengan kualitas yang sama,†jelasnya.
Terkait naik turunnya harga bahan pokok saat hari raya, Hasanah Dalimunthe (51) memiliki pendapat yang berbeda. Warga yang tinggal di Bekasi ini berharap kedepannya pemerintahan Jokowi-JK bisa menghapus tren kenaikan harga saat hari raya.
Tren rutin kenaikan harga kenapa perlu ada? Kan sudah pasti ada hari raya tiap tahun,†jelasnya.
Harusnya dari situ kan sudah bisa diantisipasi soal distribusi, pasokan dan seterusnya jadi nggak sampai terjadi harga naik,†ungkapnya.
Meski demikian, Hasanah mengakui kenaikan harga pangan selama Lebaran tidak begitu berarti bahkan cenderung wajar. Kesigapan pemerintah dalam menjaga pasokan dan harga menurutnya sangat membantu masyarakat dalam merayakan hari raya.
Kenaikannya masih wajar,†katanya.
Nuryati (55) justru secara blak-blakan memuji kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Harga bumbu dapur yang cenderung stabil di kota tempat tinggal ibu yang memiliki usaha rumah makan ini menjadi patokan keberhasilan kerja Amran.
Menteri pertaniannya bagus sekarang karena beberapa tahun terakhir ini bumbu-bumbu dapur dan harga cabe paling mahal Rp25.000,†pungkasnya.[top]" itemprop="description"/>
Meski demikian, Martina tetap berharap agar ke depannya tak ada lagi tren kenaikan harga di hari raya. Ia ingin agar harga selalu stabil sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya rendah tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Saya berharap harga tetap stabil supaya rakyat tidak bingung. Kalau orang kaya enak (tidak kena imbas kenaikan harga) karena uangnya banyak, nah kami,†jelasnya.
Berbeda dengan Monica (39), ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kuningan itu mengaku memiliki hobi baru yakni belanja ke pasar tradisional.
Menurutnya hasil pertanian lokal dalam beberapa tahun terakhir ini semakin baik. Bahkan ia kerap terkagum-kagum karena beberapa produk pertanian yang dikira impor ternyata barang lokal.
Contohnya bawang merah. Kemarin saya ke Pasar Senen dan menemukan bawang merah yang ukurannya jumbo. Saya tanya penjual itu bawang India atau bukan, katanya itu bawang merah Brebes. Saya kaget, ternyata kualitas Bawang Brebes bisa jadi bagus begini. Padahal dulu cuma tahu kalau bawang India lebih bagus dari bawang lokal,†jelasnya.
Tak hanya bawang merah Brebes yang membuat Monica kagum, kualitas beberapa produk pertanian lokal lain juga ia temukan di pasar tradisional, seperti cabai, sayur pok coy, brokoli dan berbagai produk hortikultura lainnya. Kondisi pasar tradisional yang semakin bersih membuat ibu satu anak ini memilih waktu untuk berbelanja di pasar rakyat ketimbang di supermarket.
Karena beberapa produk di supermarket juga sudah bisa dibeli pasar tradisional. Lebih baik memilih harga yang murah dengan kualitas yang sama,†jelasnya.
Terkait naik turunnya harga bahan pokok saat hari raya, Hasanah Dalimunthe (51) memiliki pendapat yang berbeda. Warga yang tinggal di Bekasi ini berharap kedepannya pemerintahan Jokowi-JK bisa menghapus tren kenaikan harga saat hari raya.
Tren rutin kenaikan harga kenapa perlu ada? Kan sudah pasti ada hari raya tiap tahun,†jelasnya.
Harusnya dari situ kan sudah bisa diantisipasi soal distribusi, pasokan dan seterusnya jadi nggak sampai terjadi harga naik,†ungkapnya.
Meski demikian, Hasanah mengakui kenaikan harga pangan selama Lebaran tidak begitu berarti bahkan cenderung wajar. Kesigapan pemerintah dalam menjaga pasokan dan harga menurutnya sangat membantu masyarakat dalam merayakan hari raya.
Kenaikannya masih wajar,†katanya.
Nuryati (55) justru secara blak-blakan memuji kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Harga bumbu dapur yang cenderung stabil di kota tempat tinggal ibu yang memiliki usaha rumah makan ini menjadi patokan keberhasilan kerja Amran.
Menteri pertaniannya bagus sekarang karena beberapa tahun terakhir ini bumbu-bumbu dapur dan harga cabe paling mahal Rp25.000,†pungkasnya.[top]"/>
Meski demikian, Martina tetap berharap agar ke depannya tak ada lagi tren kenaikan harga di hari raya. Ia ingin agar harga selalu stabil sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya rendah tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Saya berharap harga tetap stabil supaya rakyat tidak bingung. Kalau orang kaya enak (tidak kena imbas kenaikan harga) karena uangnya banyak, nah kami,†jelasnya.
Berbeda dengan Monica (39), ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kuningan itu mengaku memiliki hobi baru yakni belanja ke pasar tradisional.
Menurutnya hasil pertanian lokal dalam beberapa tahun terakhir ini semakin baik. Bahkan ia kerap terkagum-kagum karena beberapa produk pertanian yang dikira impor ternyata barang lokal.
Contohnya bawang merah. Kemarin saya ke Pasar Senen dan menemukan bawang merah yang ukurannya jumbo. Saya tanya penjual itu bawang India atau bukan, katanya itu bawang merah Brebes. Saya kaget, ternyata kualitas Bawang Brebes bisa jadi bagus begini. Padahal dulu cuma tahu kalau bawang India lebih bagus dari bawang lokal,†jelasnya.
Tak hanya bawang merah Brebes yang membuat Monica kagum, kualitas beberapa produk pertanian lokal lain juga ia temukan di pasar tradisional, seperti cabai, sayur pok coy, brokoli dan berbagai produk hortikultura lainnya. Kondisi pasar tradisional yang semakin bersih membuat ibu satu anak ini memilih waktu untuk berbelanja di pasar rakyat ketimbang di supermarket.
Karena beberapa produk di supermarket juga sudah bisa dibeli pasar tradisional. Lebih baik memilih harga yang murah dengan kualitas yang sama,†jelasnya.
Terkait naik turunnya harga bahan pokok saat hari raya, Hasanah Dalimunthe (51) memiliki pendapat yang berbeda. Warga yang tinggal di Bekasi ini berharap kedepannya pemerintahan Jokowi-JK bisa menghapus tren kenaikan harga saat hari raya.
Tren rutin kenaikan harga kenapa perlu ada? Kan sudah pasti ada hari raya tiap tahun,†jelasnya.
Harusnya dari situ kan sudah bisa diantisipasi soal distribusi, pasokan dan seterusnya jadi nggak sampai terjadi harga naik,†ungkapnya.
Meski demikian, Hasanah mengakui kenaikan harga pangan selama Lebaran tidak begitu berarti bahkan cenderung wajar. Kesigapan pemerintah dalam menjaga pasokan dan harga menurutnya sangat membantu masyarakat dalam merayakan hari raya.
Kenaikannya masih wajar,†katanya.
Nuryati (55) justru secara blak-blakan memuji kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Harga bumbu dapur yang cenderung stabil di kota tempat tinggal ibu yang memiliki usaha rumah makan ini menjadi patokan keberhasilan kerja Amran.
Menteri pertaniannya bagus sekarang karena beberapa tahun terakhir ini bumbu-bumbu dapur dan harga cabe paling mahal Rp25.000,†pungkasnya.[top]"/>
RMOLSumut. Kinerja pemerintahan Jokowi-JK dalam menjaga pasokan dan harga bahan pangan selama bulan Ramadan mendapat perhatian dari masyarakat.
Martina (56) warga yang tinggal di Pasar Atas, Curup, Bengkulu mengatakan kenaikan harga yang terjadi selama bulan Ramadan masih dalam kategori wajar. Kesigapan pemerintah menurunkan harga bawang merah dan bawang putih yang sempat melonjak tinggi juga diapresiasi ibu tiga anak itu.
"Lumayan. Cukup wajar dan terkontrol. Contohnya bawang udah naik turun lagi," ujar Martina saat berbincang dengan Kantor Berita RMOL, Sabtu (8/6).
Meski demikian, Martina tetap berharap agar ke depannya tak ada lagi tren kenaikan harga di hari raya. Ia ingin agar harga selalu stabil sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya rendah tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Saya berharap harga tetap stabil supaya rakyat tidak bingung. Kalau orang kaya enak (tidak kena imbas kenaikan harga) karena uangnya banyak, nah kami,†jelasnya.
Berbeda dengan Monica (39), ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kuningan itu mengaku memiliki hobi baru yakni belanja ke pasar tradisional.
Menurutnya hasil pertanian lokal dalam beberapa tahun terakhir ini semakin baik. Bahkan ia kerap terkagum-kagum karena beberapa produk pertanian yang dikira impor ternyata barang lokal.
Contohnya bawang merah. Kemarin saya ke Pasar Senen dan menemukan bawang merah yang ukurannya jumbo. Saya tanya penjual itu bawang India atau bukan, katanya itu bawang merah Brebes. Saya kaget, ternyata kualitas Bawang Brebes bisa jadi bagus begini. Padahal dulu cuma tahu kalau bawang India lebih bagus dari bawang lokal,†jelasnya.
Tak hanya bawang merah Brebes yang membuat Monica kagum, kualitas beberapa produk pertanian lokal lain juga ia temukan di pasar tradisional, seperti cabai, sayur pok coy, brokoli dan berbagai produk hortikultura lainnya. Kondisi pasar tradisional yang semakin bersih membuat ibu satu anak ini memilih waktu untuk berbelanja di pasar rakyat ketimbang di supermarket.
Karena beberapa produk di supermarket juga sudah bisa dibeli pasar tradisional. Lebih baik memilih harga yang murah dengan kualitas yang sama,†jelasnya.
Terkait naik turunnya harga bahan pokok saat hari raya, Hasanah Dalimunthe (51) memiliki pendapat yang berbeda. Warga yang tinggal di Bekasi ini berharap kedepannya pemerintahan Jokowi-JK bisa menghapus tren kenaikan harga saat hari raya.
Tren rutin kenaikan harga kenapa perlu ada? Kan sudah pasti ada hari raya tiap tahun,†jelasnya.
Harusnya dari situ kan sudah bisa diantisipasi soal distribusi, pasokan dan seterusnya jadi nggak sampai terjadi harga naik,†ungkapnya.
Meski demikian, Hasanah mengakui kenaikan harga pangan selama Lebaran tidak begitu berarti bahkan cenderung wajar. Kesigapan pemerintah dalam menjaga pasokan dan harga menurutnya sangat membantu masyarakat dalam merayakan hari raya.
Kenaikannya masih wajar,†katanya.
Nuryati (55) justru secara blak-blakan memuji kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Harga bumbu dapur yang cenderung stabil di kota tempat tinggal ibu yang memiliki usaha rumah makan ini menjadi patokan keberhasilan kerja Amran.
Menteri pertaniannya bagus sekarang karena beberapa tahun terakhir ini bumbu-bumbu dapur dan harga cabe paling mahal Rp25.000,†pungkasnya.[top]
RMOLSumut. Kinerja pemerintahan Jokowi-JK dalam menjaga pasokan dan harga bahan pangan selama bulan Ramadan mendapat perhatian dari masyarakat.
Martina (56) warga yang tinggal di Pasar Atas, Curup, Bengkulu mengatakan kenaikan harga yang terjadi selama bulan Ramadan masih dalam kategori wajar. Kesigapan pemerintah menurunkan harga bawang merah dan bawang putih yang sempat melonjak tinggi juga diapresiasi ibu tiga anak itu.
"Lumayan. Cukup wajar dan terkontrol. Contohnya bawang udah naik turun lagi," ujar Martina saat berbincang dengan Kantor Berita RMOL, Sabtu (8/6).
Meski demikian, Martina tetap berharap agar ke depannya tak ada lagi tren kenaikan harga di hari raya. Ia ingin agar harga selalu stabil sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya rendah tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok.
Saya berharap harga tetap stabil supaya rakyat tidak bingung. Kalau orang kaya enak (tidak kena imbas kenaikan harga) karena uangnya banyak, nah kami,†jelasnya.
Berbeda dengan Monica (39), ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Kuningan itu mengaku memiliki hobi baru yakni belanja ke pasar tradisional.
Menurutnya hasil pertanian lokal dalam beberapa tahun terakhir ini semakin baik. Bahkan ia kerap terkagum-kagum karena beberapa produk pertanian yang dikira impor ternyata barang lokal.
Contohnya bawang merah. Kemarin saya ke Pasar Senen dan menemukan bawang merah yang ukurannya jumbo. Saya tanya penjual itu bawang India atau bukan, katanya itu bawang merah Brebes. Saya kaget, ternyata kualitas Bawang Brebes bisa jadi bagus begini. Padahal dulu cuma tahu kalau bawang India lebih bagus dari bawang lokal,†jelasnya.
Tak hanya bawang merah Brebes yang membuat Monica kagum, kualitas beberapa produk pertanian lokal lain juga ia temukan di pasar tradisional, seperti cabai, sayur pok coy, brokoli dan berbagai produk hortikultura lainnya. Kondisi pasar tradisional yang semakin bersih membuat ibu satu anak ini memilih waktu untuk berbelanja di pasar rakyat ketimbang di supermarket.
Karena beberapa produk di supermarket juga sudah bisa dibeli pasar tradisional. Lebih baik memilih harga yang murah dengan kualitas yang sama,†jelasnya.
Terkait naik turunnya harga bahan pokok saat hari raya, Hasanah Dalimunthe (51) memiliki pendapat yang berbeda. Warga yang tinggal di Bekasi ini berharap kedepannya pemerintahan Jokowi-JK bisa menghapus tren kenaikan harga saat hari raya.
Tren rutin kenaikan harga kenapa perlu ada? Kan sudah pasti ada hari raya tiap tahun,†jelasnya.
Harusnya dari situ kan sudah bisa diantisipasi soal distribusi, pasokan dan seterusnya jadi nggak sampai terjadi harga naik,†ungkapnya.
Meski demikian, Hasanah mengakui kenaikan harga pangan selama Lebaran tidak begitu berarti bahkan cenderung wajar. Kesigapan pemerintah dalam menjaga pasokan dan harga menurutnya sangat membantu masyarakat dalam merayakan hari raya.
Kenaikannya masih wajar,†katanya.
Nuryati (55) justru secara blak-blakan memuji kinerja Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Harga bumbu dapur yang cenderung stabil di kota tempat tinggal ibu yang memiliki usaha rumah makan ini menjadi patokan keberhasilan kerja Amran.
Menteri pertaniannya bagus sekarang karena beberapa tahun terakhir ini bumbu-bumbu dapur dan harga cabe paling mahal Rp25.000,†pungkasnya.[top]