RMOLSumut Sapu lidi, sendok sampah, keranjang sampah dan pas bunga dibawa oleh Akhyar Nasution saat mendaftar sebagai calon Walikota Medan di Kantor DPC PDIP Kota Medan pada Jumat/13 September 2019 lalu.
Instrumen kebersihan itu cukup jelas menggambarkan apa yang akan di lakukan sang tokoh saat memimpin Kota Medan. Yaitu bersih-bersih dan membangun keseimbangan lingkungan.
Makna Bersih-Bersih Sesungguhnya
Sebagai kota metropolitan, tentu berbagai kegiatan ekonomi berlangsung selama 24 jam di Medan. Baik dalam sektor industri, jasa dan kuliner. Semua sektor ini berdampak terhadap produksi sampah yang luar biasa banyaknya. Akibatnya adalah pencemaran.
Sektor industri berjasa besar terhadap pencemaran terutama di sungai-sungai. Pencemaran ini sudah sampai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Jangankan manusia, ikan-ikan saja pun sudah tak sudi untuk hidup di sungai-sungai di sepanjang Kota Medan.
Di sektor jasa pun produksi limbah dan sampahnya tidak kalah dalam memberikan kontribusi pencemaran lingkungan. Jasa transportasi berkontribusi terhadap polusi udara. Perhotelan dan perdagangan berkonstribusi terhadap pencemaran diberbagai drainase Kota Medan.
Sementara sektor kuliner yang saat ini sedang menjadi trend bisnis bagi investor menengah tidak luput memberikan efek kotor. Limbah sayuran, sisa makanan dan minuman dan penggunaan berbahan plastik yang masih tinggi merupakan sampah yang di hasilkan oleh sektor kuliner.
Kota Medan tengah di kepung oleh berbagai sektor yang memperoduksi sampah cukup banyak. Situasi ini di perparah oleh perilaku kotor masyarakatnya. Kesadaran untuk mewadahi sampah rumah tangga di rumahnya masing-masing masih sangat rendah. Sangat mudah di jumpai tumpukan sampah di pinggir-pinggir jalan dan tanpa merasa bersalah sebagian masyarakat Kota Medan dengan mudahnya membuang sampah sekena hatinya saja.
Inilah yang menjadi faktor utama Kota Medan menyandang gelar predikat kota terkotor oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada penyerahan Piala Adipura 2018 di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta beberapa waktu lalu.
Produksi sampah yang berlebihan dan tempat pembuangan yang sembarangan turut menjadi penyebab beberapa wilayah Kota Medan mudah kebanjiran saat turun hujan.
Akhyar Nasution yang tak memiliki kewenangan dan keleluasaan dalam mengelola Kota Medan saat menjadi Wakil Walikota Medan sangat menyadari betul persoalan yang tengah di hadapi oleh masyarakat Kota Medan. Karena itulah ia membawa simbol bersih-bersih sebagai program politik yang di tawarkan kepada masyarakat saat dirinya maju sebagai calon Walikota Medan pada Pilkada tahun 2020.
Kelak Medan akan menjadi role model untuk program bersih-bersih kota di Indonesia. Tidak cukup untuk bersih-bersih, Medan juga akan menjadi kota yang ramah lingkungan dengan berdirinya berbagai taman-taman kota di mana setiap anak-anak bisa bermain sembari menyaksikan merahnya Bunga Mawar yang baru mekar.
Itulah Kota Medan yang bersih dan ramah lingkungan.
Pesan Lain Bersih-Bersih
Simbol bersih-bersih itu, tidak hanya bermakna bersih-bersih dalam arti sesungguhnya seperti di atas, tetapi juga sebagai pesan bahwa Akhyar Nasution juga akan menjalankan program bersih-bersih disemua sektor penyelenggara pemerintah kota.
Bersih-bersih dari perilaku korupsi aparatur pemerintah kota yang menyebabkan kebocoran berbagai pos anggaran.
Bersih-bersih dari berbagai perilaku pungutan liar dalam berbagai proses pelayanan terhadap kebutuhan administrasi maupun non administrasi masyarakat Kota Medan.
Bersih-bersih dari mental aparatur pemerintah kota yang malas dan kurang disiplin.
Semua program bersih-bersih dalam pemerintah kota merupakan garansi bahwa pemerintah kota di bawah kepemimpinannya berjalan sebagaimana harapan dan impian masyarakat Kota Medan
Keberhasilan program bersih-bersih ini, diharapkan berdampak kepada sektor investasi. Investor akan datang saat semua pelayanan publik berjalan efektif dan efesien.
Efektif karena semua proses masuknya investasi bisa berjalan dengan cepat. Efisien karena investor tidak lagi menemukan berbagai pungutan liar yang membuat mereka jengah.
Dengan demikian program bersih-bersih ini membawa dampak pada peningkatan PAD Kota Medan. Konsekuensi dari itu adalah terbuka lapangan pekerjaan yang luas. Sehingga program mensejahterakan masyarakat manjadi hal yang sangat memungkinkan.
Penulis adalah Wakil Ketua DPD PDIP Sumut dan Direktur Aswaja Institut: Konsultan Komunikasi Dan Riset
© Copyright 2024, All Rights Reserved