Hal ini disampaikan pengusaha bidang properti Adi Ming E yang merupakan Chairman Samera Propertindo.
\"Selain padat modal, bisnis properti sangat bergantung pada iklim ekonomi lokal, nasional, dan global. Belum lagi beradaptasi pada kebijakan pemerintah,\" katanya, Sabtu (16/11).
Adi menjelaskan hanya ada satu kata kunci yang terus mengikuti kesuksesan yaitu risiko. Setiap tantangan besar selalu ada risiko besar, dan potensi keuntungan yang besar pula. Maka bersahabatlah dengan risiko.
“Sebagai seorang pebisnis properti, saya harus bersahabat dengan yang namanya risiko,” ujarnya.
Ditambahkannya, jika setiap tahun dicatat, maka akan selalu saja ada alasan untuk pesimis dengan bisnis properti. Ada yang mengaitkannya dengan tahun politik, desas-desus krisis global, pergantian kepala daerah.
\"Jika semua diikuti maka tidak akan ada tahun baik untuk properti, so kita harus move on,\" ungkapnya.
Beberapa tahun terakhir ini kata Adi, kompetitornya berbondong-bondong membidik pasar menengah bawah. Adi Ming sendiri memilih tetap fokus di segmen menengah atas. Alasannya sederhana, menengah atas sudah pasti mampu beli. Ia hanya perlu memikirkan desain terbaik dengan harga paling kompetitif.
Tahun ini salah satu strategi yang diterapkannya yakni menyasar customer dari Aceh. Alasannya yakni banyak masyarakat Aceh yang rutin ke Medan untuk berlibur atau bisnis. Terbukti 25% sales disumbang masyarakat asal Aceh.
“Selain Medan, masyarakat Aceh adalah pasar yang patut diperhitungkan,” ucap Adi Ming.
Adi Ming yakin selalu ada peluang di setiap tantangan. Besar kecilnya risiko yang dihadapi hanya tinggal penyesuaian kita dengan tekad dan kerja keras.[R]
" itemprop="description"/>Hal ini disampaikan pengusaha bidang properti Adi Ming E yang merupakan Chairman Samera Propertindo.
\"Selain padat modal, bisnis properti sangat bergantung pada iklim ekonomi lokal, nasional, dan global. Belum lagi beradaptasi pada kebijakan pemerintah,\" katanya, Sabtu (16/11).
Adi menjelaskan hanya ada satu kata kunci yang terus mengikuti kesuksesan yaitu risiko. Setiap tantangan besar selalu ada risiko besar, dan potensi keuntungan yang besar pula. Maka bersahabatlah dengan risiko.
“Sebagai seorang pebisnis properti, saya harus bersahabat dengan yang namanya risiko,” ujarnya.
Ditambahkannya, jika setiap tahun dicatat, maka akan selalu saja ada alasan untuk pesimis dengan bisnis properti. Ada yang mengaitkannya dengan tahun politik, desas-desus krisis global, pergantian kepala daerah.
\"Jika semua diikuti maka tidak akan ada tahun baik untuk properti, so kita harus move on,\" ungkapnya.
Beberapa tahun terakhir ini kata Adi, kompetitornya berbondong-bondong membidik pasar menengah bawah. Adi Ming sendiri memilih tetap fokus di segmen menengah atas. Alasannya sederhana, menengah atas sudah pasti mampu beli. Ia hanya perlu memikirkan desain terbaik dengan harga paling kompetitif.
Tahun ini salah satu strategi yang diterapkannya yakni menyasar customer dari Aceh. Alasannya yakni banyak masyarakat Aceh yang rutin ke Medan untuk berlibur atau bisnis. Terbukti 25% sales disumbang masyarakat asal Aceh.
“Selain Medan, masyarakat Aceh adalah pasar yang patut diperhitungkan,” ucap Adi Ming.
Adi Ming yakin selalu ada peluang di setiap tantangan. Besar kecilnya risiko yang dihadapi hanya tinggal penyesuaian kita dengan tekad dan kerja keras.[R]
"/>Hal ini disampaikan pengusaha bidang properti Adi Ming E yang merupakan Chairman Samera Propertindo.
\"Selain padat modal, bisnis properti sangat bergantung pada iklim ekonomi lokal, nasional, dan global. Belum lagi beradaptasi pada kebijakan pemerintah,\" katanya, Sabtu (16/11).
Adi menjelaskan hanya ada satu kata kunci yang terus mengikuti kesuksesan yaitu risiko. Setiap tantangan besar selalu ada risiko besar, dan potensi keuntungan yang besar pula. Maka bersahabatlah dengan risiko.
“Sebagai seorang pebisnis properti, saya harus bersahabat dengan yang namanya risiko,” ujarnya.
Ditambahkannya, jika setiap tahun dicatat, maka akan selalu saja ada alasan untuk pesimis dengan bisnis properti. Ada yang mengaitkannya dengan tahun politik, desas-desus krisis global, pergantian kepala daerah.
\"Jika semua diikuti maka tidak akan ada tahun baik untuk properti, so kita harus move on,\" ungkapnya.
Beberapa tahun terakhir ini kata Adi, kompetitornya berbondong-bondong membidik pasar menengah bawah. Adi Ming sendiri memilih tetap fokus di segmen menengah atas. Alasannya sederhana, menengah atas sudah pasti mampu beli. Ia hanya perlu memikirkan desain terbaik dengan harga paling kompetitif.
Tahun ini salah satu strategi yang diterapkannya yakni menyasar customer dari Aceh. Alasannya yakni banyak masyarakat Aceh yang rutin ke Medan untuk berlibur atau bisnis. Terbukti 25% sales disumbang masyarakat asal Aceh.
“Selain Medan, masyarakat Aceh adalah pasar yang patut diperhitungkan,” ucap Adi Ming.
Adi Ming yakin selalu ada peluang di setiap tantangan. Besar kecilnya risiko yang dihadapi hanya tinggal penyesuaian kita dengan tekad dan kerja keras.[R]
"/>