Isu buzzer saat ini menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang telah menimbulkan keresahan. Menurut kordinator Forum Aktifis 98, Ikhyar Velayati, fenomena buzzer di indonesia lahir dari oposisi yang bersipat destruktif oportunis
"Fenomena buzzer yang marak di Indonesia awalnya lahir dari oposisi yang berkarakter destruktif oportunis," kata Ikhyar di Medan, Jumat (12/2).
Dijelaskannya, salah satu ciri oposisi yang bersifatdestruktif oportunis adalah berusaha untuk merusak citra pemerintah melalui cara apapun, fitnah, hoax, ujaran kebencian dan lainnya. Tujuannya untuk mendelegitimasi pemerintah atau lebih jauh mengambil alih kekuasaan lewat cara-cara ilegal.
Namun di sisi lain kata Ikhyar, kehadiran oposisi penting untuk jalannya pemerintahan.
"Kehadiran oposisi dalam pemerintahan merupakan hal yang sangat penting dan berguna untuk menjaga agar pemerintahan tidak terjebak menjadi kekuasaan yang otoriter, tetapi oposisi yang di butuhkan oleh pemerintah maupun rakyat adalah yang bersipat konstruktif demokratis," tuturnya.
"Oposisi konstruktif demokratis melakukan kritik dengan nilai nilai demokrasi, selain itu juga mampu melihat sisi positif yang telah di capai oleh pemerintah sehingga rakyat dapat menilai secara seimbang," tambahnya.
Menurut Ikhyar oposisi konstruktif demokratis tidak pernah berniat untuk menggulingkan kekuasaan melalui cara cara ilegal
"Dan oposisi berkarakter konstruktif ini juga tidak pernah berniat untuk menggulingkan kekuasaan atau merebutkan kekuasaan lewat fitnah, berita hoax, ujaran kebencian apalagi politik identitas," jelasnya.
Saat ini masyarakat mulai berani melakukan perlawanan terhadap pola pola kampanye negatif yang di lakukan oleh oposisi destruktif oportunis ini di sosial media maupun di ruang ruang publik.
"Hal ini membuat para elit dan kelompok oposisi tersebut panik, sehingga melempar isu bahwa pemerintah justru memelihara para buzzer atau pendengung untuk menghantam oposisi," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved