Video Artificial Intelligence atau AI mantan Presiden Soeharto yang diunggah oleh Erwin Aksa, kader partai golkar yang maju menjadi calon legislatif untuk DPR-RI Dapil Jakarta 3 ( Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Kepulauan Seribu ), menurut Gerak 98 merupakan alarm hidupnya kembali Orde Baru
Selain menabrak norma kepatutan dan etika, melakukan pembohongan dan menghapus perjuangan Reformasi.
Menghidupkan orang yang sudah meninggal menggunakan AI sangat menyesatkan, tidak beretika, apalagi hanya untuk kebutuhan ajakan kampanye lima tahunan, betul – betul menghalalkan segala cara tak perduli apapun hanya ambisi untuk menang. Pada video yang menyesatkan tersebut terdapat kalimat yang menyebutkan bahwa yang berbicara adalah Presiden Soeharo, bukan sebagai mantan presiden.
Selanjutnya ada kalimat yang disampaikan oleh “arwah” Soeharto, hanya menyebutkan pembangunan dilakukan oleh Presiden SBY dan Joko Widodo. Kader salah satu partai pengusung Capres dan Cawapres nomor urut 2 yang mengungggah vidio AI tersebut, menafikkan kebaikan-kebaikan untuk kepentingan bangsa dan negara yang dilakukan oleh Presiden BJ Habibie, Presiden Gusdur dan Presiden Megawati.
Padahal, nama-nama Presiden yang tidak mereka sebutkan itu, terang benderang menghidupkan dan mengawal demokrasi di Indonesia.
Pada video AI itu juga ada kebohongan untuk meraih simpati kalangan Gen Z dan Y, dimana Soeharto punya mimpi membangun sekolah sekolah AI dan keamanan cyber modern tempat anak anak Indonesia belajar menjadi pemimpin teknologi.
Padahal yang pada masa pemerintahannya, teknologi informasi belumlah seperti saat ini. Kemunafikan akut yang dibangun pada video AI itu, disebutkan keinginan Soeharto melawan mafia, penimbun beras yang merugikan rakyat. Padahal, pemerintahan Soehartolah pemelihara mafia bahkan dipelihara oleh negara pada saat itu, penimbun beras dilindungi negara, monopoli dalam banyak bisnis sehingga itu menjadi salah satu pemicu lahirnya gerakan Reformasi untuk menjatuhkan kekuasaan rezim represif otoriter Soeharto.
Video ini kembali membuka sejarah lahirnya gerakan 98 sebagai puncak dari perlawanan masyarakat teraniaya secara ekonomi, fisik maupun mental.
Gerakan rakyat yang dimotori oleh mahasiswa sebagai kelompok perlawanan pada saat itu, mengusung berbagai macam isu yang sentral diantaranya adili Soeharto beserta kroninya.
"Soeharto yang berkuasa selama kurang lebih 32 tahun, merupakan pemimpin yang menjadi akar permasalahan politik dan ekonomi Indonesia. Soeharto memiliki kekuasaan yang sangat luas, tidak terbatas dan sangat otoriter. Atas nama negara, seluruh bisnis, sumber daya alam, dikelola oleh kroni-kroni Soeharto untuk menumpuk kekayaan mereka sendiri," kata Mian Silalahi didampingi sejumlah aktifis dari Gerak 98, Selasa (23/1/2024).
Desakan kedua kata Mian yakni laksanakan amandemen UUD 1945
"Tuntutan ini menjadi tuntutan yang penting untuk mewujudkan kepastian hukum di masa yang akan datang, termasuk diantaranya membatasi kekuasaan Presiden dan Wakil Presiden yang hanya bisa menjabat selama dua periode," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved