Gajah betina koleksi Medan Zoo yang diberi nama Neneng mati karena sakit, Sabtu (25/1). Kabar kematian gajah seberat 3 ton ini membuat Akhyar Nasution langsung turun ke Medan Zoo untuk penanganannya. Di lokasi tersebut Akhyar terlihat berdiskusi dengan dokter hewan dan staf Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terkait penanganan lanjutan dari gajah tersebut. "Gajahnya mati karena mengalami sakit. Gajah ini sudah ada di kebun binatang ini sejak berusia 20 an tahun, jadi lebih dari 20 dia menjadi koleksi Medan Zoo," katanya kepada wartawan. Berdasarkan laporan yang diterimanya, penanganan Neneng menurutnya sudah dilakukan maksimal. Terhitung sejak Neneng tidak mau makan, pihak medis yang dipimpin oleh drh Sucitrawan langsung mengambil berbagai tindakan, termasuk dengan memberikan infus larutan glukosa dan ringer lactat. "Tindakan yang dilakukan ini sebagai observasi awal dari tim medis hewan di Medan Zoo, dan akhirnya setelah menghabis 57 botol infus, sekira pukul 10.30 pada Sabtu (25/1/2020), Nenang mati," sebutnya didampingi drh Sucitrawan dan Dirut PD Pasar Putrama Al Khairi. Sementara itu drh Sucitrawan menyampaikan, dugaan sementara matinya gajah dikarenakan usianya sudah tua, biasanya usia gajah mencapai 60 tahun. "Tapi, untuk mengetahui lebih tegaknya penyebab kematian, tim medis bersama BKSDA sedang melakukan outopsi, kemudian membawa hasil otopsi untuk dicek di laboratorium," ungkapnya. Setelah sampel bagian dalamnya diambil untuk kebutuhan pengecekan laboratorium, bangkai gajah tersebut kemudian dimakamkan. Akhyar sendiri yang langsung memerintahkan pihak Dinas PU untuk menurunkan alat berat guna menguburkan bangkai gajah tersebut. "Hasil laboratoriumnya nanti tetap kita minta laporannya," demikian Akhyar Nasution.[R]
Gajah betina koleksi Medan Zoo yang diberi nama Neneng mati karena sakit, Sabtu (25/1). Kabar kematian gajah seberat 3 ton ini membuat Akhyar Nasution langsung turun ke Medan Zoo untuk penanganannya. Di lokasi tersebut Akhyar terlihat berdiskusi dengan dokter hewan dan staf Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) terkait penanganan lanjutan dari gajah tersebut. "Gajahnya mati karena mengalami sakit. Gajah ini sudah ada di kebun binatang ini sejak berusia 20 an tahun, jadi lebih dari 20 dia menjadi koleksi Medan Zoo," katanya kepada wartawan. Berdasarkan laporan yang diterimanya, penanganan Neneng menurutnya sudah dilakukan maksimal. Terhitung sejak Neneng tidak mau makan, pihak medis yang dipimpin oleh drh Sucitrawan langsung mengambil berbagai tindakan, termasuk dengan memberikan infus larutan glukosa dan ringer lactat. "Tindakan yang dilakukan ini sebagai observasi awal dari tim medis hewan di Medan Zoo, dan akhirnya setelah menghabis 57 botol infus, sekira pukul 10.30 pada Sabtu (25/1/2020), Nenang mati," sebutnya didampingi drh Sucitrawan dan Dirut PD Pasar Putrama Al Khairi. Sementara itu drh Sucitrawan menyampaikan, dugaan sementara matinya gajah dikarenakan usianya sudah tua, biasanya usia gajah mencapai 60 tahun. "Tapi, untuk mengetahui lebih tegaknya penyebab kematian, tim medis bersama BKSDA sedang melakukan outopsi, kemudian membawa hasil otopsi untuk dicek di laboratorium," ungkapnya. Setelah sampel bagian dalamnya diambil untuk kebutuhan pengecekan laboratorium, bangkai gajah tersebut kemudian dimakamkan. Akhyar sendiri yang langsung memerintahkan pihak Dinas PU untuk menurunkan alat berat guna menguburkan bangkai gajah tersebut. "Hasil laboratoriumnya nanti tetap kita minta laporannya," demikian Akhyar Nasution.© Copyright 2024, All Rights Reserved