Kondisi harga sejumlah bahan pokok di saat lebaran tahun ini sangat berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Kalau di tahun sebelumnya, harga sejumlah kebutuhan masyarakat itu pada saat hari lebaran, harganya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan harga sebelum lebaran. Tetapi lebaran tahun ini kondisinya jauh berbeda. H-1 lebaran, di tingkat distributor sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat yang dihasilkan petani lokal seperti cabai mengalami penurunan. Meksipun belum merata, hanya dibeberapa pasar seperti MMTC maupun Lau Chi, itu pun sebagian besar masih di tingkat distributornya. Belum di pedagang pengecernya. Kinerja harga cabai menjelang lebaran sempat berada dikisaran 20 hingga 30 ribu per Kg. Namun lebaran hari pertama harga cabai anjlok pada kisaran 10 ribuan per Kg di tingkat pedagang pengecer. Dan masih berlanjut sampai saat ini. Kondisi ini berbeda saat Idul Fitri satu tahun yang lalu (2019). Dimana harga cabai sebelum lebaran sempat 80 ribuan per Kg. Dan saat hari lebarannya malah naik dikisaran 120 ribuan per kg. Saya menilai harga cabai yang sangat buruk ini kemungkinan besar di picu oleh stok yang melimpah, libur lebaran yang relatif lebih pendek, hingga masalah daya beli masyarakat yang bermasalah. Penurunan harga memang akan membuat konsumen senang, tetapi jelas akan merugikan petani. Level harga 10 ribu di tingkat pedagang pengecer itu, jelas akan membuat petani rugi besar. Karena harganya bisa saja hanya mencapai 3 hingga 5 ribuan per Kg. Dan saat lebaran usai nanti, yang besar kemungkinan di mulai hari Rabu. "Saya justru melihat potensi pelemahan pada sejumlah harga kebutuhan pokok berpeluang terjadi. Khususnya bagi sejumlah kebutuhan bahan pokok yang dihasilkan oleh petani kita," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Senin (25/5). "Seperti cabai, sayur-sayuran maupun bumbu masakan lainnya. Kalau untuk bawang merah dan putih, saya pikir harganya akan stabil dengan kecenderungan turun. Untuk daging ayam, telur ayam, daging sapi berpeluang mengalami penurunan. Untuk gula putih, minyak goreng saya pikir masih akan bertahan di angka yang sama," tambahnya. Kalau sebelum lebaran ada THR, atau bantuan sosial yang mampu mendongkrak belanja. Namun setelah lebaran, bantuan sosial menjadi tumpuan daya beli selanjutnya. Sementara pendapatan masyarakat pada umumnya diperkirakan mengalami tekanan. "Jadi tantangan ekonomi setelah lebaran ini besar. Kondisi lapangan tenaga kerja belum akan pulih," sebutnya. Jumlah angka pengangguran berpeluang meningkat setelah lebaran ini. Aktifitas ekonomi belum sepenuhnya akan kembali normal. Pemerintah memang menjanjikan kondisi new normal. Tetapi kita harus tahu bahwa kondisi ekonomi selama pandemic ini bukan perkara mudah untuk di putar balikan. Ada banyak tantangan yang diakibatkan corona. Pertama, jumlah TKI yang kembali ke tanah air itu angkanya besar. Dan belum tentu akan kembali bekerja lagi di negara asal kerjanya. Kedua, tren penambahan jumlah kasus positif corona di Indonesia itu naik. Ini juga akan mempengaruhi pengambil kebijakan. Baik pemerintah maupun swasta. Ketiga, kondisi ekonomi global juga tengah terancam corona dan perang dingin hingga kemungkinan konfrontasi senjata (perang dunia). "New Normal memang akan menjadi bumper dari kemungkinan kondisi ekonomi yang kian terpuruk. Dan bantuan sosial masih menjadi salah satu usaha yang diharapkan tetap dilakukan pemerintah hingga kondisi nantinya benar-benar bebas dari corona.[R]
Kondisi harga sejumlah bahan pokok di saat lebaran tahun ini sangat berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Kalau di tahun sebelumnya, harga sejumlah kebutuhan masyarakat itu pada saat hari lebaran, harganya cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan harga sebelum lebaran. Tetapi lebaran tahun ini kondisinya jauh berbeda. H-1 lebaran, di tingkat distributor sejumlah harga kebutuhan pokok masyarakat yang dihasilkan petani lokal seperti cabai mengalami penurunan. Meksipun belum merata, hanya dibeberapa pasar seperti MMTC maupun Lau Chi, itu pun sebagian besar masih di tingkat distributornya. Belum di pedagang pengecernya. Kinerja harga cabai menjelang lebaran sempat berada dikisaran 20 hingga 30 ribu per Kg. Namun lebaran hari pertama harga cabai anjlok pada kisaran 10 ribuan per Kg di tingkat pedagang pengecer. Dan masih berlanjut sampai saat ini. Kondisi ini berbeda saat Idul Fitri satu tahun yang lalu (2019). Dimana harga cabai sebelum lebaran sempat 80 ribuan per Kg. Dan saat hari lebarannya malah naik dikisaran 120 ribuan per kg. Saya menilai harga cabai yang sangat buruk ini kemungkinan besar di picu oleh stok yang melimpah, libur lebaran yang relatif lebih pendek, hingga masalah daya beli masyarakat yang bermasalah. Penurunan harga memang akan membuat konsumen senang, tetapi jelas akan merugikan petani. Level harga 10 ribu di tingkat pedagang pengecer itu, jelas akan membuat petani rugi besar. Karena harganya bisa saja hanya mencapai 3 hingga 5 ribuan per Kg. Dan saat lebaran usai nanti, yang besar kemungkinan di mulai hari Rabu. "Saya justru melihat potensi pelemahan pada sejumlah harga kebutuhan pokok berpeluang terjadi. Khususnya bagi sejumlah kebutuhan bahan pokok yang dihasilkan oleh petani kita," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Senin (25/5). "Seperti cabai, sayur-sayuran maupun bumbu masakan lainnya. Kalau untuk bawang merah dan putih, saya pikir harganya akan stabil dengan kecenderungan turun. Untuk daging ayam, telur ayam, daging sapi berpeluang mengalami penurunan. Untuk gula putih, minyak goreng saya pikir masih akan bertahan di angka yang sama," tambahnya. Kalau sebelum lebaran ada THR, atau bantuan sosial yang mampu mendongkrak belanja. Namun setelah lebaran, bantuan sosial menjadi tumpuan daya beli selanjutnya. Sementara pendapatan masyarakat pada umumnya diperkirakan mengalami tekanan. "Jadi tantangan ekonomi setelah lebaran ini besar. Kondisi lapangan tenaga kerja belum akan pulih," sebutnya. Jumlah angka pengangguran berpeluang meningkat setelah lebaran ini. Aktifitas ekonomi belum sepenuhnya akan kembali normal. Pemerintah memang menjanjikan kondisi new normal. Tetapi kita harus tahu bahwa kondisi ekonomi selama pandemic ini bukan perkara mudah untuk di putar balikan. Ada banyak tantangan yang diakibatkan corona. Pertama, jumlah TKI yang kembali ke tanah air itu angkanya besar. Dan belum tentu akan kembali bekerja lagi di negara asal kerjanya. Kedua, tren penambahan jumlah kasus positif corona di Indonesia itu naik. Ini juga akan mempengaruhi pengambil kebijakan. Baik pemerintah maupun swasta. Ketiga, kondisi ekonomi global juga tengah terancam corona dan perang dingin hingga kemungkinan konfrontasi senjata (perang dunia). "New Normal memang akan menjadi bumper dari kemungkinan kondisi ekonomi yang kian terpuruk. Dan bantuan sosial masih menjadi salah satu usaha yang diharapkan tetap dilakukan pemerintah hingga kondisi nantinya benar-benar bebas dari corona.© Copyright 2024, All Rights Reserved