Warga Dusun Pandang Kelurahan Tangge, Lembor, Manggarai Barat harus bersusah payah untuk bisa tiba di sumber air.
Tak jarang, jalan yang ditempuh pun terbilang terjal, karena harus menurun dan berbatu untuk tiba di Wae Ara, sebuah sungai yang tidak terlalu besar yang ada di desa itu.
Air sedang surut karena tidak musim hujan. Kalau hujan, airnya lebih deras tetapi kotor,†cerita Zul Indarwansyah Gafur (29), warga Dusun Pandang mengawali kisah.
Zul berkisah, sungai Ara itu menjadi satu-satunya sumber air yang digunakan warga untuk mandi, mencuci pakaian, sampai mengambil air dengan jeriken.
Di sini warga mandi, mencuci, ada yang ambil air untuk minum juga. Kalau saya lebih memilih membeli air galon isi ulang untuk masak dan minum,†lanjut Zul.
Kata Zul, sebenarnya ada dua pilihan bagi warga Dusun Pandang, yakni mengambil air di sungai dan membeli air. Namun, air yang dijual per tangki pun berasal dari sungai.
Kalau kita beli air, satu fiber (tangki) harganya 50-60 ribu. Bedanya, kita tidak usah repot turun ke sungai,†jelasnya.
Menurut Zul, sudah sejak ia kecil aktivitas mengambil air di sungai dilakukan warga. Seiring waktu, kualitas air sungai pun berbeda. Menurutnya, kini air sungai tidak sebersih dulu. Pernah juga ada yang buang kotoran di sisi yang lain,†lanjutnya.
Meski begitu, Yun (50), warga Dusun Pandang lainnya, mengaku tidak terganggu. Setiap hari ia pergi ke sungai untuk mandi dan mencuci.
Sementara itu menurut Muhammad Kahar (31), warga dusun Pandang lainnya, dahulu pernah diwacanakan pemasangan pipa dan meteran dari mata air ke rumah-rumah warga, namun proses itu tidak diteruskan. Dulu beberapa rumah yang secara ekonomi berkecukupan, pernah ada pasang pipa. Sekarang tidak dilanjutkan,†jelasnya.
Menurut data National Water Supply and Sanitation Information Services (NAWASIS) tahun 2016, 80 persen rumah tangga di Kabupaten Manggarai Barat dalam memenuhi kebutuhan sumber air bersih masih memanfaatkan air tanah dan sumber mata air. Sehingga, baru 20 persennya yang mendapat pelayanan sistem pipanisasi.
Di samping itu, curah hujan yang sedikit juga dimiliki sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, curah hujan di Manggarai Barat hanya sekitar 1.500 milimeter per tahun. Curah hujan pada daerah non-pegunungan relatif rendah. Manggarai Barat pun menjadi wilayah yang tergolong kering dengan kemungkinan hujan turun dalam kurun waktu empat bulan, yakni Desember sampai Maret, sedangkan delapan bulan lainnya relatif kering. [put]
© Copyright 2024, All Rights Reserved