Gus Irawan Pasaribu mengibaratkan tuduhan itu seolah-olah dia mendukung Capres 02 namun juga mendukung pasangan nomo 01. \"Karena itu saya jelaskan. Di Paluta itu dulu, sebelum berdiri sendiri adalah wilayahnya Tapsel. Tentu saya punya keterikatan di situ karena bagian dari tempat saya lahir. Masyarakatnya mengenal saya dan tentu sebaliknya saya faham karakter masyarakatnya,\" kata dia.
Soal tuduhan separuh cebong dan separuh kampret, menurutnya, sangat tidak masuk akal. \"Di Paluta itu cara bermain 01 pun sudah saya tahu. Siapa saja yang menggulirkan isu itu kemudian bagaimana mobilisasi massa termasuk membawa isu kekerabatan anak menantu petahana dan keluarganya di sana. Kita tahu sendirilah. Sudah bukan rahasia umum lagi itu,\" katanya.
Namun kemudian Gus Irawan mengambil strategi pendekatan massa yang berbeda mulai dari tanggal 6-9 April di semua wilayah Tabagsel. \"Maka dalam periode tersebut saya mendatangi masyarakat bersama para ustad. Termasuk dari 7-9 April saya ke sana bersama Ustad Abdul Somad,\" ungkapnya.
\"Lucunya kan begini. Mereka menuding saya setengah cebong. Waktu saya tanya apa buktinya tidak ada yang memberikan jawaban. Harusnyakan ada alasannya. Ini tidak sama sekali. Jadi ini sekadar dibuat-buat saja saya kira,\" tambah Gus Irawan.
Hal senada pun disampaikan Ustad Latief Khan saat memberikan tausiah. \"Jadi tadi sebelum memberikan tausiah di sini saya permisi sama isteri. Saya bilang mau memberi tausiah berbuka puasa di rumah Pak Gus Irawan.\"
\"Istri saya ini termasuk emak-emak aktivis yang sangat militan di Pilpres ini. Jadi waktu saya permisi dia bilang. Loh ngasi tausiah di tempat Pak Gus? Dia kan berdiri di dua kaki. Pendukung 01 juga itu,\" kata Ustad Latief Khan menceritakan jawaban isterinya.
\"Jadi sebelum saya mulai tausiah ini, mudah-mudahan penjelasan Pak Gus tadi sudah mengklarifikasi semuanya. Karena saya pun sebenarnya sudah mengenal beliau ini sejak di Dirut Bank Sumut dulu. Jadi setidaknya saya faham betul bagaimana dia bersikap,\" kata Ustad Latief Khan.
Dengan penjelasan panjang lebar dari Gus Irawan itu setidaknya akan menunjukkan seperti apa yang sebenarnya, kata dia. \"Karena bagaimana pun kalau kita menuduh orang harus ada buktinya. Jangan nanti malah terjebak pada fitnah,\" ujarnya. " itemprop="description"/>
Gus Irawan Pasaribu mengibaratkan tuduhan itu seolah-olah dia mendukung Capres 02 namun juga mendukung pasangan nomo 01. \"Karena itu saya jelaskan. Di Paluta itu dulu, sebelum berdiri sendiri adalah wilayahnya Tapsel. Tentu saya punya keterikatan di situ karena bagian dari tempat saya lahir. Masyarakatnya mengenal saya dan tentu sebaliknya saya faham karakter masyarakatnya,\" kata dia.
Soal tuduhan separuh cebong dan separuh kampret, menurutnya, sangat tidak masuk akal. \"Di Paluta itu cara bermain 01 pun sudah saya tahu. Siapa saja yang menggulirkan isu itu kemudian bagaimana mobilisasi massa termasuk membawa isu kekerabatan anak menantu petahana dan keluarganya di sana. Kita tahu sendirilah. Sudah bukan rahasia umum lagi itu,\" katanya.
Namun kemudian Gus Irawan mengambil strategi pendekatan massa yang berbeda mulai dari tanggal 6-9 April di semua wilayah Tabagsel. \"Maka dalam periode tersebut saya mendatangi masyarakat bersama para ustad. Termasuk dari 7-9 April saya ke sana bersama Ustad Abdul Somad,\" ungkapnya.
\"Lucunya kan begini. Mereka menuding saya setengah cebong. Waktu saya tanya apa buktinya tidak ada yang memberikan jawaban. Harusnyakan ada alasannya. Ini tidak sama sekali. Jadi ini sekadar dibuat-buat saja saya kira,\" tambah Gus Irawan.
Hal senada pun disampaikan Ustad Latief Khan saat memberikan tausiah. \"Jadi tadi sebelum memberikan tausiah di sini saya permisi sama isteri. Saya bilang mau memberi tausiah berbuka puasa di rumah Pak Gus Irawan.\"
\"Istri saya ini termasuk emak-emak aktivis yang sangat militan di Pilpres ini. Jadi waktu saya permisi dia bilang. Loh ngasi tausiah di tempat Pak Gus? Dia kan berdiri di dua kaki. Pendukung 01 juga itu,\" kata Ustad Latief Khan menceritakan jawaban isterinya.
\"Jadi sebelum saya mulai tausiah ini, mudah-mudahan penjelasan Pak Gus tadi sudah mengklarifikasi semuanya. Karena saya pun sebenarnya sudah mengenal beliau ini sejak di Dirut Bank Sumut dulu. Jadi setidaknya saya faham betul bagaimana dia bersikap,\" kata Ustad Latief Khan.
Dengan penjelasan panjang lebar dari Gus Irawan itu setidaknya akan menunjukkan seperti apa yang sebenarnya, kata dia. \"Karena bagaimana pun kalau kita menuduh orang harus ada buktinya. Jangan nanti malah terjebak pada fitnah,\" ujarnya. "/>
Gus Irawan Pasaribu mengibaratkan tuduhan itu seolah-olah dia mendukung Capres 02 namun juga mendukung pasangan nomo 01. \"Karena itu saya jelaskan. Di Paluta itu dulu, sebelum berdiri sendiri adalah wilayahnya Tapsel. Tentu saya punya keterikatan di situ karena bagian dari tempat saya lahir. Masyarakatnya mengenal saya dan tentu sebaliknya saya faham karakter masyarakatnya,\" kata dia.
Soal tuduhan separuh cebong dan separuh kampret, menurutnya, sangat tidak masuk akal. \"Di Paluta itu cara bermain 01 pun sudah saya tahu. Siapa saja yang menggulirkan isu itu kemudian bagaimana mobilisasi massa termasuk membawa isu kekerabatan anak menantu petahana dan keluarganya di sana. Kita tahu sendirilah. Sudah bukan rahasia umum lagi itu,\" katanya.
Namun kemudian Gus Irawan mengambil strategi pendekatan massa yang berbeda mulai dari tanggal 6-9 April di semua wilayah Tabagsel. \"Maka dalam periode tersebut saya mendatangi masyarakat bersama para ustad. Termasuk dari 7-9 April saya ke sana bersama Ustad Abdul Somad,\" ungkapnya.
\"Lucunya kan begini. Mereka menuding saya setengah cebong. Waktu saya tanya apa buktinya tidak ada yang memberikan jawaban. Harusnyakan ada alasannya. Ini tidak sama sekali. Jadi ini sekadar dibuat-buat saja saya kira,\" tambah Gus Irawan.
Hal senada pun disampaikan Ustad Latief Khan saat memberikan tausiah. \"Jadi tadi sebelum memberikan tausiah di sini saya permisi sama isteri. Saya bilang mau memberi tausiah berbuka puasa di rumah Pak Gus Irawan.\"
\"Istri saya ini termasuk emak-emak aktivis yang sangat militan di Pilpres ini. Jadi waktu saya permisi dia bilang. Loh ngasi tausiah di tempat Pak Gus? Dia kan berdiri di dua kaki. Pendukung 01 juga itu,\" kata Ustad Latief Khan menceritakan jawaban isterinya.
\"Jadi sebelum saya mulai tausiah ini, mudah-mudahan penjelasan Pak Gus tadi sudah mengklarifikasi semuanya. Karena saya pun sebenarnya sudah mengenal beliau ini sejak di Dirut Bank Sumut dulu. Jadi setidaknya saya faham betul bagaimana dia bersikap,\" kata Ustad Latief Khan.
Dengan penjelasan panjang lebar dari Gus Irawan itu setidaknya akan menunjukkan seperti apa yang sebenarnya, kata dia. \"Karena bagaimana pun kalau kita menuduh orang harus ada buktinya. Jangan nanti malah terjebak pada fitnah,\" ujarnya. "/>
Ketua DPD Gerindra Sumatera Utara Gus Irawan Pasaribu mengaku sempat dituduh 'main dua kaki' pada Pemilu 2019. Ironisnya hal ini ditanyakan langsung oleh orang-orang yang berada di daerah pemilihannya yakni di Padang Lawas Utara (Paluta).
"Di Paluta saya dituduh separuh cebong dan separuh kampret. Pernyataan ini pun ditanyakan langsung seorang ustad yang bertemu dengan saya. Waktu saya tanyakan apa indikator dan apa buktinya malah tidak ada. Tapi kemudian memang isu sensitif itu bergulir cukup kencang," jelasnya saat berbuka puasa di rumahnya Komplek Tasbi, Sabtu (18/5/2019).
Gus Irawan Pasaribu mengibaratkan tuduhan itu seolah-olah dia mendukung Capres 02 namun juga mendukung pasangan nomo 01. "Karena itu saya jelaskan. Di Paluta itu dulu, sebelum berdiri sendiri adalah wilayahnya Tapsel. Tentu saya punya keterikatan di situ karena bagian dari tempat saya lahir. Masyarakatnya mengenal saya dan tentu sebaliknya saya faham karakter masyarakatnya," kata dia.
Soal tuduhan separuh cebong dan separuh kampret, menurutnya, sangat tidak masuk akal. "Di Paluta itu cara bermain 01 pun sudah saya tahu. Siapa saja yang menggulirkan isu itu kemudian bagaimana mobilisasi massa termasuk membawa isu kekerabatan anak menantu petahana dan keluarganya di sana. Kita tahu sendirilah. Sudah bukan rahasia umum lagi itu," katanya.
Namun kemudian Gus Irawan mengambil strategi pendekatan massa yang berbeda mulai dari tanggal 6-9 April di semua wilayah Tabagsel. "Maka dalam periode tersebut saya mendatangi masyarakat bersama para ustad. Termasuk dari 7-9 April saya ke sana bersama Ustad Abdul Somad," ungkapnya.
"Lucunya kan begini. Mereka menuding saya setengah cebong. Waktu saya tanya apa buktinya tidak ada yang memberikan jawaban. Harusnyakan ada alasannya. Ini tidak sama sekali. Jadi ini sekadar dibuat-buat saja saya kira," tambah Gus Irawan.
Hal senada pun disampaikan Ustad Latief Khan saat memberikan tausiah. "Jadi tadi sebelum memberikan tausiah di sini saya permisi sama isteri. Saya bilang mau memberi tausiah berbuka puasa di rumah Pak Gus Irawan."
"Istri saya ini termasuk emak-emak aktivis yang sangat militan di Pilpres ini. Jadi waktu saya permisi dia bilang. Loh ngasi tausiah di tempat Pak Gus? Dia kan berdiri di dua kaki. Pendukung 01 juga itu," kata Ustad Latief Khan menceritakan jawaban isterinya.
"Jadi sebelum saya mulai tausiah ini, mudah-mudahan penjelasan Pak Gus tadi sudah mengklarifikasi semuanya. Karena saya pun sebenarnya sudah mengenal beliau ini sejak di Dirut Bank Sumut dulu. Jadi setidaknya saya faham betul bagaimana dia bersikap," kata Ustad Latief Khan.
Dengan penjelasan panjang lebar dari Gus Irawan itu setidaknya akan menunjukkan seperti apa yang sebenarnya, kata dia. "Karena bagaimana pun kalau kita menuduh orang harus ada buktinya. Jangan nanti malah terjebak pada fitnah," ujarnya.
Ketua DPD Gerindra Sumatera Utara Gus Irawan Pasaribu mengaku sempat dituduh 'main dua kaki' pada Pemilu 2019. Ironisnya hal ini ditanyakan langsung oleh orang-orang yang berada di daerah pemilihannya yakni di Padang Lawas Utara (Paluta).
"Di Paluta saya dituduh separuh cebong dan separuh kampret. Pernyataan ini pun ditanyakan langsung seorang ustad yang bertemu dengan saya. Waktu saya tanyakan apa indikator dan apa buktinya malah tidak ada. Tapi kemudian memang isu sensitif itu bergulir cukup kencang," jelasnya saat berbuka puasa di rumahnya Komplek Tasbi, Sabtu (18/5/2019).
Gus Irawan Pasaribu mengibaratkan tuduhan itu seolah-olah dia mendukung Capres 02 namun juga mendukung pasangan nomo 01. "Karena itu saya jelaskan. Di Paluta itu dulu, sebelum berdiri sendiri adalah wilayahnya Tapsel. Tentu saya punya keterikatan di situ karena bagian dari tempat saya lahir. Masyarakatnya mengenal saya dan tentu sebaliknya saya faham karakter masyarakatnya," kata dia.
Soal tuduhan separuh cebong dan separuh kampret, menurutnya, sangat tidak masuk akal. "Di Paluta itu cara bermain 01 pun sudah saya tahu. Siapa saja yang menggulirkan isu itu kemudian bagaimana mobilisasi massa termasuk membawa isu kekerabatan anak menantu petahana dan keluarganya di sana. Kita tahu sendirilah. Sudah bukan rahasia umum lagi itu," katanya.
Namun kemudian Gus Irawan mengambil strategi pendekatan massa yang berbeda mulai dari tanggal 6-9 April di semua wilayah Tabagsel. "Maka dalam periode tersebut saya mendatangi masyarakat bersama para ustad. Termasuk dari 7-9 April saya ke sana bersama Ustad Abdul Somad," ungkapnya.
"Lucunya kan begini. Mereka menuding saya setengah cebong. Waktu saya tanya apa buktinya tidak ada yang memberikan jawaban. Harusnyakan ada alasannya. Ini tidak sama sekali. Jadi ini sekadar dibuat-buat saja saya kira," tambah Gus Irawan.
Hal senada pun disampaikan Ustad Latief Khan saat memberikan tausiah. "Jadi tadi sebelum memberikan tausiah di sini saya permisi sama isteri. Saya bilang mau memberi tausiah berbuka puasa di rumah Pak Gus Irawan."
"Istri saya ini termasuk emak-emak aktivis yang sangat militan di Pilpres ini. Jadi waktu saya permisi dia bilang. Loh ngasi tausiah di tempat Pak Gus? Dia kan berdiri di dua kaki. Pendukung 01 juga itu," kata Ustad Latief Khan menceritakan jawaban isterinya.
"Jadi sebelum saya mulai tausiah ini, mudah-mudahan penjelasan Pak Gus tadi sudah mengklarifikasi semuanya. Karena saya pun sebenarnya sudah mengenal beliau ini sejak di Dirut Bank Sumut dulu. Jadi setidaknya saya faham betul bagaimana dia bersikap," kata Ustad Latief Khan.
Dengan penjelasan panjang lebar dari Gus Irawan itu setidaknya akan menunjukkan seperti apa yang sebenarnya, kata dia. "Karena bagaimana pun kalau kita menuduh orang harus ada buktinya. Jangan nanti malah terjebak pada fitnah," ujarnya.