Pakar lingkungan hidup yang juga Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) Onrizal memenuhi panggilan penyidik Polda Sumut untuk dimintai keterangan atas laporan dari seorang pelapor bernama Myrna Dian Irawati. Onrizal yang didampingi penasehat hukumnya Dingin Pakpahan tiba di Mapolda Sumut sekitar pukul 10.00 WIB dan memberikan keterangan kepada penyidik Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Sumut. Usai diperiksa, Onrizal mengaku dirinya dimintai klarifikasi terkait postingan berits tertanggal 10 Agustus yang menjadi objek laporan Myrna. Penyidik menurut Onrizal juga memberitahukan sosok pelapor bernama Myrna yang diketahui merupakan pimpinan salah satu perusahaan APlus Digital sebuah perusahaan Public Relation yang selama ini dikontrak oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) perusahaan yang mengerjakan proyek pembangunan PLTA Batangtoru. "Saya ditunjukkan penyidik sebuah screenshoot tentang sebuah postingan berita yang di dalamnya ada menyebut sebuah perusahaan public relation (PR) melakukan kebohongan publik tentang Orangutan di Batangtoru. Dan dibuat disana seolah-olah statemen itu dari saya," katanya kepada wartawan, Senin (3/2). Postingan itu sendiri menurutnya mirip dengan apa yang dipostingnya pada akun Instagramnya pada 11 Juli 2018 atau sebulan sebelumnya. Dimana saat itu Onrizal memposting sebuah tulisan dari sebuah website yang meminta agar Presiden Jokowi memperhatikan nasib Orangutan di Batangtoru. "Saya menscreenshoot tulisan itu dan memberi caption, meminta agar pemerintah ikut memperhatikan Orangutan Tapanuli sebagai salah satu spesies paling terancam punah," ujarnya. Onrizal mengakui ada memposting soal terancamnya Orangutan Tapanuli pada 11 Juli 2018. Namun ia membantah jika ada mengeluarkan statemen seperti yang dimuat pada berita 10 Agustus 2018 dimana isinya ada memuat seolah-olah Onrizal mengeluarkan statemen tentang perusahaan PR tersebut melakukan kebohongan. "Saya tidak ada pernah memposting hal yang memiliki sangkut paut dengan nama pelapor dan juga tidak pernah memposting hal-hal yang berkaitan dengan perusahaannya. Makanya saya curiga, ada yang sengaja mengedit-edit itu sehingga seolah saya yang memberi statemennya," ungkapnya. Penasehat hukum Onrizal, Dingin Pakpahan mengatakan pihaknya akan meminta agar Polisi dapat bekerja maksimal dalam menelusuri munculnya postingan tersebut. Karena mereka menduga, hal ini dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk memojokkan Onrizal. "Kita berharap penyidik tidak berhenti hanya pada tahap klarifikasi mengenai apakah postingan itu benar dilakukannpak Onrizal. Namun kita ingin mereka melakukan penelusuran jejak digital agar terungkap siapa sebenarnya sosok dibalik munculnya isi berita yang menjadi objek laporan Myrna tersebut," pungkasnya.[R]
Pakar lingkungan hidup yang juga Akademisi Universitas Sumatera Utara (USU) Onrizal memenuhi panggilan penyidik Polda Sumut untuk dimintai keterangan atas laporan dari seorang pelapor bernama Myrna Dian Irawati. Onrizal yang didampingi penasehat hukumnya Dingin Pakpahan tiba di Mapolda Sumut sekitar pukul 10.00 WIB dan memberikan keterangan kepada penyidik Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Sumut. Usai diperiksa, Onrizal mengaku dirinya dimintai klarifikasi terkait postingan berits tertanggal 10 Agustus yang menjadi objek laporan Myrna. Penyidik menurut Onrizal juga memberitahukan sosok pelapor bernama Myrna yang diketahui merupakan pimpinan salah satu perusahaan APlus Digital sebuah perusahaan Public Relation yang selama ini dikontrak oleh PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) perusahaan yang mengerjakan proyek pembangunan PLTA Batangtoru. "Saya ditunjukkan penyidik sebuah screenshoot tentang sebuah postingan berita yang di dalamnya ada menyebut sebuah perusahaan public relation (PR) melakukan kebohongan publik tentang Orangutan di Batangtoru. Dan dibuat disana seolah-olah statemen itu dari saya," katanya kepada wartawan, Senin (3/2). Postingan itu sendiri menurutnya mirip dengan apa yang dipostingnya pada akun Instagramnya pada 11 Juli 2018 atau sebulan sebelumnya. Dimana saat itu Onrizal memposting sebuah tulisan dari sebuah website yang meminta agar Presiden Jokowi memperhatikan nasib Orangutan di Batangtoru. "Saya menscreenshoot tulisan itu dan memberi caption, meminta agar pemerintah ikut memperhatikan Orangutan Tapanuli sebagai salah satu spesies paling terancam punah," ujarnya. Onrizal mengakui ada memposting soal terancamnya Orangutan Tapanuli pada 11 Juli 2018. Namun ia membantah jika ada mengeluarkan statemen seperti yang dimuat pada berita 10 Agustus 2018 dimana isinya ada memuat seolah-olah Onrizal mengeluarkan statemen tentang perusahaan PR tersebut melakukan kebohongan. "Saya tidak ada pernah memposting hal yang memiliki sangkut paut dengan nama pelapor dan juga tidak pernah memposting hal-hal yang berkaitan dengan perusahaannya. Makanya saya curiga, ada yang sengaja mengedit-edit itu sehingga seolah saya yang memberi statemennya," ungkapnya. Penasehat hukum Onrizal, Dingin Pakpahan mengatakan pihaknya akan meminta agar Polisi dapat bekerja maksimal dalam menelusuri munculnya postingan tersebut. Karena mereka menduga, hal ini dilakukan dengan unsur kesengajaan untuk memojokkan Onrizal. "Kita berharap penyidik tidak berhenti hanya pada tahap klarifikasi mengenai apakah postingan itu benar dilakukannpak Onrizal. Namun kita ingin mereka melakukan penelusuran jejak digital agar terungkap siapa sebenarnya sosok dibalik munculnya isi berita yang menjadi objek laporan Myrna tersebut," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved