Yonge menjelaskan, dirinya sangat serius untuk ikut seleksi calon pimpinan KPK. Bahkan salah satu persyaratan yang diminta oleh panitia seleksi yakni untuk mengirimkan makalah terkait konsep pencegahan dan pemberantasan korupsi saat ini sedang dirampungkannya.
\"Tanggal 17 Juni mulai mengirimkan aplikasinya. Jadi saya sekarang sedang merampungkanlah makalahnya,\" ujarnya.
Semangat untuk mengikuti seleksi calon pimpinan KPK ini menurut Yonge juga didasarkan pada analisisnya yang melihat bahwa pemberantasan korupsi tidak selamanya harus dilakukan dengan mengedepankan penindakan atau penegakan hukum. Langkah pencegahan sejak awal menurutnya masih harus menjadi titik fokus pekerjaan untuk mencegah korupsi tersebut. Dalam hal ini, kalangan ekonom menurutnya dapat berperan besar untuk melihat celah-celah transaksi yang berpotensi memunculkan korupsi.
\"Saya sudah membedah rencana dan strategi (renstra) KPK sejak periode pertama. Disitu saya melihat bahwa hampir keseluruhan korupsi itu berkaitan dengan ekonomi yang mana didalam ekonomi itu ada transaksi dalam penggunaan anggaran. Jadi celah korupsi itu hampir seluruhnya berlangsung dalam lingkup aktifitas ekonomi, sehingga menurut saya orang ekonomi yang akan dapat mendesain kebijakan-kebijakan untuk pencegahannya,\" jelasnya.
Yonge mengakui kompetisi untuk terpilih menjadi pimpinan KPK sangat besar. Namun menurutnya hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk maju karena ia sangat yakin konsep yang dimilikinya logis untuk upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
\"Saya yakin semua itu tergantung konsep yang kita tawarkan nantinya,\" demikian Yonge." itemprop="description"/>
Yonge menjelaskan, dirinya sangat serius untuk ikut seleksi calon pimpinan KPK. Bahkan salah satu persyaratan yang diminta oleh panitia seleksi yakni untuk mengirimkan makalah terkait konsep pencegahan dan pemberantasan korupsi saat ini sedang dirampungkannya.
\"Tanggal 17 Juni mulai mengirimkan aplikasinya. Jadi saya sekarang sedang merampungkanlah makalahnya,\" ujarnya.
Semangat untuk mengikuti seleksi calon pimpinan KPK ini menurut Yonge juga didasarkan pada analisisnya yang melihat bahwa pemberantasan korupsi tidak selamanya harus dilakukan dengan mengedepankan penindakan atau penegakan hukum. Langkah pencegahan sejak awal menurutnya masih harus menjadi titik fokus pekerjaan untuk mencegah korupsi tersebut. Dalam hal ini, kalangan ekonom menurutnya dapat berperan besar untuk melihat celah-celah transaksi yang berpotensi memunculkan korupsi.
\"Saya sudah membedah rencana dan strategi (renstra) KPK sejak periode pertama. Disitu saya melihat bahwa hampir keseluruhan korupsi itu berkaitan dengan ekonomi yang mana didalam ekonomi itu ada transaksi dalam penggunaan anggaran. Jadi celah korupsi itu hampir seluruhnya berlangsung dalam lingkup aktifitas ekonomi, sehingga menurut saya orang ekonomi yang akan dapat mendesain kebijakan-kebijakan untuk pencegahannya,\" jelasnya.
Yonge mengakui kompetisi untuk terpilih menjadi pimpinan KPK sangat besar. Namun menurutnya hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk maju karena ia sangat yakin konsep yang dimilikinya logis untuk upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
\"Saya yakin semua itu tergantung konsep yang kita tawarkan nantinya,\" demikian Yonge."/>
Yonge menjelaskan, dirinya sangat serius untuk ikut seleksi calon pimpinan KPK. Bahkan salah satu persyaratan yang diminta oleh panitia seleksi yakni untuk mengirimkan makalah terkait konsep pencegahan dan pemberantasan korupsi saat ini sedang dirampungkannya.
\"Tanggal 17 Juni mulai mengirimkan aplikasinya. Jadi saya sekarang sedang merampungkanlah makalahnya,\" ujarnya.
Semangat untuk mengikuti seleksi calon pimpinan KPK ini menurut Yonge juga didasarkan pada analisisnya yang melihat bahwa pemberantasan korupsi tidak selamanya harus dilakukan dengan mengedepankan penindakan atau penegakan hukum. Langkah pencegahan sejak awal menurutnya masih harus menjadi titik fokus pekerjaan untuk mencegah korupsi tersebut. Dalam hal ini, kalangan ekonom menurutnya dapat berperan besar untuk melihat celah-celah transaksi yang berpotensi memunculkan korupsi.
\"Saya sudah membedah rencana dan strategi (renstra) KPK sejak periode pertama. Disitu saya melihat bahwa hampir keseluruhan korupsi itu berkaitan dengan ekonomi yang mana didalam ekonomi itu ada transaksi dalam penggunaan anggaran. Jadi celah korupsi itu hampir seluruhnya berlangsung dalam lingkup aktifitas ekonomi, sehingga menurut saya orang ekonomi yang akan dapat mendesain kebijakan-kebijakan untuk pencegahannya,\" jelasnya.
Yonge mengakui kompetisi untuk terpilih menjadi pimpinan KPK sangat besar. Namun menurutnya hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk maju karena ia sangat yakin konsep yang dimilikinya logis untuk upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
\"Saya yakin semua itu tergantung konsep yang kita tawarkan nantinya,\" demikian Yonge."/>
Seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menarik minat akademisi asal Sumatera Utara Yonge LV Sihombing, SE, MBA. Sosok yang kini terdaftar sebagai dosen pada Fakultas Ekonomi salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan ini mengaku akan mengikuti proses seleksi yang pendaftarannya berlangsung mulai 17 Juni hingga 4 Juli 2019 ini.
Yonge mengaku tertarik untuk mengikuti seleksi karena syarat administrasi seperti spesifikasi jenjang pendidikan yang disyaratkan oleh panitia seleksi menurutnya sesuai dengan bidang keilmuan yang digelutinya.
"Disitu disyaratkan kualifikasi pendidikannya salah satunya ekonomi, kebetulan saya menggeluti ilmu ekonomi sehingga saya tertarik," katanya, Jumat (14/6/2019).
Yonge menjelaskan, dirinya sangat serius untuk ikut seleksi calon pimpinan KPK. Bahkan salah satu persyaratan yang diminta oleh panitia seleksi yakni untuk mengirimkan makalah terkait konsep pencegahan dan pemberantasan korupsi saat ini sedang dirampungkannya.
"Tanggal 17 Juni mulai mengirimkan aplikasinya. Jadi saya sekarang sedang merampungkanlah makalahnya," ujarnya.
Semangat untuk mengikuti seleksi calon pimpinan KPK ini menurut Yonge juga didasarkan pada analisisnya yang melihat bahwa pemberantasan korupsi tidak selamanya harus dilakukan dengan mengedepankan penindakan atau penegakan hukum. Langkah pencegahan sejak awal menurutnya masih harus menjadi titik fokus pekerjaan untuk mencegah korupsi tersebut. Dalam hal ini, kalangan ekonom menurutnya dapat berperan besar untuk melihat celah-celah transaksi yang berpotensi memunculkan korupsi.
"Saya sudah membedah rencana dan strategi (renstra) KPK sejak periode pertama. Disitu saya melihat bahwa hampir keseluruhan korupsi itu berkaitan dengan ekonomi yang mana didalam ekonomi itu ada transaksi dalam penggunaan anggaran. Jadi celah korupsi itu hampir seluruhnya berlangsung dalam lingkup aktifitas ekonomi, sehingga menurut saya orang ekonomi yang akan dapat mendesain kebijakan-kebijakan untuk pencegahannya," jelasnya.
Yonge mengakui kompetisi untuk terpilih menjadi pimpinan KPK sangat besar. Namun menurutnya hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk maju karena ia sangat yakin konsep yang dimilikinya logis untuk upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Saya yakin semua itu tergantung konsep yang kita tawarkan nantinya," demikian Yonge.
Seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menarik minat akademisi asal Sumatera Utara Yonge LV Sihombing, SE, MBA. Sosok yang kini terdaftar sebagai dosen pada Fakultas Ekonomi salah satu perguruan tinggi swasta di Kota Medan ini mengaku akan mengikuti proses seleksi yang pendaftarannya berlangsung mulai 17 Juni hingga 4 Juli 2019 ini.
Yonge mengaku tertarik untuk mengikuti seleksi karena syarat administrasi seperti spesifikasi jenjang pendidikan yang disyaratkan oleh panitia seleksi menurutnya sesuai dengan bidang keilmuan yang digelutinya.
"Disitu disyaratkan kualifikasi pendidikannya salah satunya ekonomi, kebetulan saya menggeluti ilmu ekonomi sehingga saya tertarik," katanya, Jumat (14/6/2019).
Yonge menjelaskan, dirinya sangat serius untuk ikut seleksi calon pimpinan KPK. Bahkan salah satu persyaratan yang diminta oleh panitia seleksi yakni untuk mengirimkan makalah terkait konsep pencegahan dan pemberantasan korupsi saat ini sedang dirampungkannya.
"Tanggal 17 Juni mulai mengirimkan aplikasinya. Jadi saya sekarang sedang merampungkanlah makalahnya," ujarnya.
Semangat untuk mengikuti seleksi calon pimpinan KPK ini menurut Yonge juga didasarkan pada analisisnya yang melihat bahwa pemberantasan korupsi tidak selamanya harus dilakukan dengan mengedepankan penindakan atau penegakan hukum. Langkah pencegahan sejak awal menurutnya masih harus menjadi titik fokus pekerjaan untuk mencegah korupsi tersebut. Dalam hal ini, kalangan ekonom menurutnya dapat berperan besar untuk melihat celah-celah transaksi yang berpotensi memunculkan korupsi.
"Saya sudah membedah rencana dan strategi (renstra) KPK sejak periode pertama. Disitu saya melihat bahwa hampir keseluruhan korupsi itu berkaitan dengan ekonomi yang mana didalam ekonomi itu ada transaksi dalam penggunaan anggaran. Jadi celah korupsi itu hampir seluruhnya berlangsung dalam lingkup aktifitas ekonomi, sehingga menurut saya orang ekonomi yang akan dapat mendesain kebijakan-kebijakan untuk pencegahannya," jelasnya.
Yonge mengakui kompetisi untuk terpilih menjadi pimpinan KPK sangat besar. Namun menurutnya hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk maju karena ia sangat yakin konsep yang dimilikinya logis untuk upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
"Saya yakin semua itu tergantung konsep yang kita tawarkan nantinya," demikian Yonge.