Kekecewaan terhadap Akhyar Nasution karena mendapat dukungan dari Partai Demokrat untuk maju di Pilkada Medan 2020 menjadi alasan munculnya pernyataan dari Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mempersilahkannya keluar dari partai mereka. Hal ini disampaikan Pengamat politik dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Bakhrul Khair Amal saat berbincang dengan RMOLSumut, Kamis (23/7). "Pernyataan itu menunjukkan adanya kekecewaan yang terjadi di internal partai mereka," katanya. Bakhrul menilai, kekecewaan ini tidak terlepas dari kepentingan partai mereka dalam menatap Pilkada 2020 di Kota Medan. Memang kata dia, partai politik memiliki keistimewaan yakni mempunyai mekanisme tersendiri dalam hal memilih sosok yang akan diusung pada perhelatan politik seperti pilkada. Dan dari kondisi ini kepentingan mereka atas keistimewaan yang mereka miliki tersebut dipastikan terganggu atas dukungan parpol lain terhadap Akhyar Nasution. Mereka semakin terganggu karena Akhyar Nasution telah menunjukkan keinginannya untuk tetap maju. "Pada kondisi inilah akan terjawab, kekecewaan dan terganggunya kepentingan PDI Perjuangan itu karena apa?. Apakah karena faktor yang objektif atau subjektif dalam menentukan siapa yang akan mereka usung di Pilkada Medan 2020," pungkasnya. Dalam hal ini Bakhrul menilai faktor subjektifitas lebih mendominasi dalam memilih bakal calon yang akan diusung oleh PDI Perjuangan di Pilkada Medan 2020. Meskipun, subjektifitas ini menurutnya merupakan bagian dari iklim demokrasi di internal partai politik yang harus dihargai. "Itu bagian dari demokrasi juga di internal partai, karena menyangkut hak politik seseorang untuk memilih dan dipilih," demikian Akhyar Nasution. Diketahui selain dukungan dari Partai Demokrat, Akhyar Nasution yang merupakan kader PDI Perjuangan kemungkinan besar akan mendapat dukungan dari PKS. Hal ini terlihat dari komunikasi politik yang intens yang terjadi antara Akhyar dan PKS belakangan ini.[R]
Kekecewaan terhadap Akhyar Nasution karena mendapat dukungan dari Partai Demokrat untuk maju di Pilkada Medan 2020 menjadi alasan munculnya pernyataan dari Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang mempersilahkannya keluar dari partai mereka. Hal ini disampaikan Pengamat politik dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Bakhrul Khair Amal saat berbincang dengan RMOLSumut, Kamis (23/7). "Pernyataan itu menunjukkan adanya kekecewaan yang terjadi di internal partai mereka," katanya. Bakhrul menilai, kekecewaan ini tidak terlepas dari kepentingan partai mereka dalam menatap Pilkada 2020 di Kota Medan. Memang kata dia, partai politik memiliki keistimewaan yakni mempunyai mekanisme tersendiri dalam hal memilih sosok yang akan diusung pada perhelatan politik seperti pilkada. Dan dari kondisi ini kepentingan mereka atas keistimewaan yang mereka miliki tersebut dipastikan terganggu atas dukungan parpol lain terhadap Akhyar Nasution. Mereka semakin terganggu karena Akhyar Nasution telah menunjukkan keinginannya untuk tetap maju. "Pada kondisi inilah akan terjawab, kekecewaan dan terganggunya kepentingan PDI Perjuangan itu karena apa?. Apakah karena faktor yang objektif atau subjektif dalam menentukan siapa yang akan mereka usung di Pilkada Medan 2020," pungkasnya. Dalam hal ini Bakhrul menilai faktor subjektifitas lebih mendominasi dalam memilih bakal calon yang akan diusung oleh PDI Perjuangan di Pilkada Medan 2020. Meskipun, subjektifitas ini menurutnya merupakan bagian dari iklim demokrasi di internal partai politik yang harus dihargai. "Itu bagian dari demokrasi juga di internal partai, karena menyangkut hak politik seseorang untuk memilih dan dipilih," demikian Akhyar Nasution. Diketahui selain dukungan dari Partai Demokrat, Akhyar Nasution yang merupakan kader PDI Perjuangan kemungkinan besar akan mendapat dukungan dari PKS. Hal ini terlihat dari komunikasi politik yang intens yang terjadi antara Akhyar dan PKS belakangan ini.© Copyright 2024, All Rights Reserved