Belajar dari rumah, perlu mendapat perhatian semua pihak. Sebab dengan diterapkannya SKB 4 Menteri tentang tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran Baru di masa Pandemi sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan di masa mendatang. Demikian sambutan Ketua Umum MW Kahmi Sumut, Ir. Murlan Tamba, MM pada FGD Pendidikan yang diadakan pada 25 Juni 2020 yang lalu secara virtual. "Majelis Wilayah Kahmi Sumut melihat apa yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim antara lain bahwa 94% populasi peserta didik di Indonesia akan masih menjalani Belajar Dari Rumah (BDR) pada semester ganjil 2020/2021 ini dan hanya 6% sisanya yang dapat melaksanakan pembelajaran dengan tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, perlu mendapat perhatian," katanya. Sementara itu, Sekretaris Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Drs. Alfian Hutauruk, mengungkapkan dalam TA baru ini Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19. Pada intinya menyampaikan di Sumatera Utara ada 14 Kabupaten melalaui tatap muka, 19 sementara demgan cara daring. Pendidikan yang tatap muka sesuai dengan SKB harus menggunakan protokol ketat. Untuk di Sumut zona hijau dapat melakukan pembelajaran TM setelah ada izin dari Pemda. Zona hijau ada 14 Kabupaten/Kota, Sementara itu dan 19 Kab/Kota daerah merah, orange dan kuning yang menerapkan belajar dari rumah. "Peran keluarga dimulai dari keluarga untuk mencapai tujuan implementasi iman dan taqwa keteladan sejak dini anggota keluarga membantu pelajaran jarak jauh. Sementara itu Prof. Popy Rufaidah, Ph.D. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Washington DC Amerika Serikat. Menyampaikan bahwa pengalaman di AS, utamanya dalam hal ini adalah keberadaan teknologi informasi yang sangat membantu proses belajar dari rumah, digital management learning systems. Termasuk ada situs pendidikan yang popular yang bisa menjadi rujukan. Bagaimana memberikan akses seluas-luasnya kepada anak didik. "Apa yang terjadi saat ini apa yang menjadi proyeksi futurulog Gerd Leonhard, tentang megashifts, pergeseran yang luar biasa sebagai konsekuensi kemajuan teknologi yang tentunya berdampak kepada proses pembelajaran di Amerika," sebutnya. Dr M. Zahrin Piliang, MSi. Ketua Yayasan Amanah Kahmi Sumut menyingung tentang kecerdasan anak. Bagaimana mengoptimalkan dan mengenali keserdasan anak-anak, mulai dari kecerdasan interpersonal, kecerdasan spritual. Kecerdasan majemuk. Kita tidak boleh menyatakan anak itu bodoh. Kecerdasan majemuk ini bisa dikembangkan disebabkan lingkungan, asupan gizi, nutrisi. Oleh karena itu negara harus melindungi hak-hak anak. Apakah dengan belajar dengan jarak jauh ini mampu sesuai dengan tujuan pendidikan. Patut menjadi perhatian kita: karena karakter menjadi sasaran, maka dengan belajar dari rumah. Harus ada gabungan antara dua cara tersebut antara cara daring, belajar dari rumah dengan belajar dengan cara tatap muka. Indra Prawira, ST, MM, Pembina Yayasan Generasi Amanah Madani mengungkapkan optimalisasi kepemimpinan dan peran pemerintah, di tiap tingkatan dari pusat sampai daerah : Memastikan kebijakan BDR tersosialisasi ke seluruh satuan pendidikan dan pihak terkait. Memastikan BDR terlaksana di semua satuan pendidikan. Membuat kebijakan, serta menyediakan dan mengembangkan panduan, konten dan lainnya untuk mendukung BDR. Optimalisasi peran satuan pendidikan, serta Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Satuan pendidikan mengalokasikan anggaran dengan penyesuaian di masa pandemi Guru merumuskan dan melakukan optimalisasi metode belajar, ketersediaan bahan ajar dan lainnya. Termasuk terlibat mendampingi anak belajar di rumahnya secara bergantian. Optimalisasi peran orang tua, yakni dengan Sosialisasi dan edukasi kepada orang tua untuk mendampingi anak belajar Optimalisai peran masyarakat. Membuka ruang diskusi untuk optimalisasi BDR Sosialisasi program BDR yang efektif Shauma Lannakita, S.Psi, M.Sc, Behaviour Researcher, seorang ibu, orangtua murid yang sekarang tinggal di Delft, Belanda, dengan topik dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dari rumah: Bagaimana peran orangtua? Beliau mengutip hasil survey UNICEF tanggal 18 – 29 Mei 2020 dan 5 – 8 Juni 2020 terhadap 4000 siswa di 34 provinsi menyatakan bahwa tantangan utama belajar dari rumah adalah 38 % siswa mengatakan kurangnya bimbingan dari guru selama belajar dari rumah, 35 % siswa mengatakan buruknya akses internet. Strategi mendidik anak di rumah selama masa pandemi yakni: (1) Menciptakan ruangan yang kondusif di rumah, (2) Mulai dengan rutinitas baru untuk anak di rumah, (3) Observasi cara belajar anak dan perkembangan anak di rumah, (4) Orangtua harus bekerja sama dalam mendidik anak di rumah, (5) Orangtua mau belajar teknologi yang digunakan anak untuk belajar, (6) Setiap rumah tangga punya metode belajar yang berbeda (7) Mengisi kegiatan sehari-hari dengan aktivitas fisik di dalam atau di luar rumah. Bertindak sebagai pemandu diskusi Prof Dr Sri Minda Murni MS, yang menguatkan tentang tiga pilar pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat – dengan segala kekuatan dan kelemahan yang ada – telah berkontribusi dalam memastikan peserta didik tetap belajar walau pembelajaran itu dilakukan di rumah. Namun tetap saja kegiatan Belajar dari Rumah masih dalam tahap yang mengkhawatirkan semua fihak. FGD ini tidak terlepas dari diksusi sebelumnya yang berbicara tentang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, yang dalam hal ini benang merahnya ide inovatif Prof Dr Syawal Gultom. Mantan Rektor Unimed ini mengungkapkan bahwa satu-satunya yang tidak berhenti walau ada Covid, adalah pendidikan. Didik anakmu sesuai dengan zaman. Hakikat mendidik anak agar anak dapat menyesuaikan dengan perubahan ini. Kita harus hati-hati tentang pendidikan anak ini. Prof Syawal Gultom mengatakan ada tiga isu yakni pertama, diskontinitasnya kebijakan pendidikan. Kedua, integrasi, kompetensi harus dirobah kepada kapasitas. Kapasitas tidak pernah tertinggal, bergerak mengikuti zaman. Bagaimana mengintrergitasikan masa depan kepada pendidikan. Isu ketiga, seharusnya self module, self learning. Harus terjadi shifting paradigm dari guru, juga orang tua dalam paradigm tentang pendidikan. Berlaku sebagai pemandu diskusi Prof Dr Sri Minda Murni, yang juga Ketua bidang Pendidikan MW Kahmi Sumut , FGD ini merupakah kelanjutan diskusi sebelumnya yang telah mengadakan diskusi tentang pendidikan, kesehatan dan ekonomi dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Ir. Irwan Bahri, Sekum MW Kahmi Sumut menyampaikan Peserta FGD Pendidikan MW Kahmi Sumut secara virtual ini dihadiri sebanyak 172 orang berbagai lapisan masyarakat dan daerah, juga para Pengurus Majelis Wilayah, Prof Dr Urip Harahap Ketua Majelis Pakar, anggota, Dr Sulhati Syam, Drs Hamzah AR, Ir. Anshar M. Noor, Prof. Dr Ok. Saidin SH, Prof Dr. Nawir Yuslem, MA, Prof Ahmad Rafiqi Tantawi, Penasehat, Majelis Daerah Kahmi Se-Sumut, Forhati, peserta dari Jawa, Lampung, Riau, guru, kepala sekolah, pemerhati pendidikan, orang tua murid, mahasiswa dan lain-lain yang concern terhadap pendidikan.[R]
Belajar dari rumah, perlu mendapat perhatian semua pihak. Sebab dengan diterapkannya SKB 4 Menteri tentang tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran Baru di masa Pandemi sangat berpengaruh kepada kualitas pendidikan di masa mendatang. Demikian sambutan Ketua Umum MW Kahmi Sumut, Ir. Murlan Tamba, MM pada FGD Pendidikan yang diadakan pada 25 Juni 2020 yang lalu secara virtual. "Majelis Wilayah Kahmi Sumut melihat apa yang diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim antara lain bahwa 94% populasi peserta didik di Indonesia akan masih menjalani Belajar Dari Rumah (BDR) pada semester ganjil 2020/2021 ini dan hanya 6% sisanya yang dapat melaksanakan pembelajaran dengan tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat, perlu mendapat perhatian," katanya. Sementara itu, Sekretaris Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Drs. Alfian Hutauruk, mengungkapkan dalam TA baru ini Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19. Pada intinya menyampaikan di Sumatera Utara ada 14 Kabupaten melalaui tatap muka, 19 sementara demgan cara daring. Pendidikan yang tatap muka sesuai dengan SKB harus menggunakan protokol ketat. Untuk di Sumut zona hijau dapat melakukan pembelajaran TM setelah ada izin dari Pemda. Zona hijau ada 14 Kabupaten/Kota, Sementara itu dan 19 Kab/Kota daerah merah, orange dan kuning yang menerapkan belajar dari rumah. "Peran keluarga dimulai dari keluarga untuk mencapai tujuan implementasi iman dan taqwa keteladan sejak dini anggota keluarga membantu pelajaran jarak jauh. Sementara itu Prof. Popy Rufaidah, Ph.D. Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Washington DC Amerika Serikat. Menyampaikan bahwa pengalaman di AS, utamanya dalam hal ini adalah keberadaan teknologi informasi yang sangat membantu proses belajar dari rumah, digital management learning systems. Termasuk ada situs pendidikan yang popular yang bisa menjadi rujukan. Bagaimana memberikan akses seluas-luasnya kepada anak didik. "Apa yang terjadi saat ini apa yang menjadi proyeksi futurulog Gerd Leonhard, tentang megashifts, pergeseran yang luar biasa sebagai konsekuensi kemajuan teknologi yang tentunya berdampak kepada proses pembelajaran di Amerika," sebutnya. Dr M. Zahrin Piliang, MSi. Ketua Yayasan Amanah Kahmi Sumut menyingung tentang kecerdasan anak. Bagaimana mengoptimalkan dan mengenali keserdasan anak-anak, mulai dari kecerdasan interpersonal, kecerdasan spritual. Kecerdasan majemuk. Kita tidak boleh menyatakan anak itu bodoh. Kecerdasan majemuk ini bisa dikembangkan disebabkan lingkungan, asupan gizi, nutrisi. Oleh karena itu negara harus melindungi hak-hak anak. Apakah dengan belajar dengan jarak jauh ini mampu sesuai dengan tujuan pendidikan. Patut menjadi perhatian kita: karena karakter menjadi sasaran, maka dengan belajar dari rumah. Harus ada gabungan antara dua cara tersebut antara cara daring, belajar dari rumah dengan belajar dengan cara tatap muka. Indra Prawira, ST, MM, Pembina Yayasan Generasi Amanah Madani mengungkapkan optimalisasi kepemimpinan dan peran pemerintah, di tiap tingkatan dari pusat sampai daerah : Memastikan kebijakan BDR tersosialisasi ke seluruh satuan pendidikan dan pihak terkait. Memastikan BDR terlaksana di semua satuan pendidikan. Membuat kebijakan, serta menyediakan dan mengembangkan panduan, konten dan lainnya untuk mendukung BDR. Optimalisasi peran satuan pendidikan, serta Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Satuan pendidikan mengalokasikan anggaran dengan penyesuaian di masa pandemi Guru merumuskan dan melakukan optimalisasi metode belajar, ketersediaan bahan ajar dan lainnya. Termasuk terlibat mendampingi anak belajar di rumahnya secara bergantian. Optimalisasi peran orang tua, yakni dengan Sosialisasi dan edukasi kepada orang tua untuk mendampingi anak belajar Optimalisai peran masyarakat. Membuka ruang diskusi untuk optimalisasi BDR Sosialisasi program BDR yang efektif Shauma Lannakita, S.Psi, M.Sc, Behaviour Researcher, seorang ibu, orangtua murid yang sekarang tinggal di Delft, Belanda, dengan topik dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dari rumah: Bagaimana peran orangtua? Beliau mengutip hasil survey UNICEF tanggal 18 – 29 Mei 2020 dan 5 – 8 Juni 2020 terhadap 4000 siswa di 34 provinsi menyatakan bahwa tantangan utama belajar dari rumah adalah 38 % siswa mengatakan kurangnya bimbingan dari guru selama belajar dari rumah, 35 % siswa mengatakan buruknya akses internet. Strategi mendidik anak di rumah selama masa pandemi yakni: (1) Menciptakan ruangan yang kondusif di rumah, (2) Mulai dengan rutinitas baru untuk anak di rumah, (3) Observasi cara belajar anak dan perkembangan anak di rumah, (4) Orangtua harus bekerja sama dalam mendidik anak di rumah, (5) Orangtua mau belajar teknologi yang digunakan anak untuk belajar, (6) Setiap rumah tangga punya metode belajar yang berbeda (7) Mengisi kegiatan sehari-hari dengan aktivitas fisik di dalam atau di luar rumah. Bertindak sebagai pemandu diskusi Prof Dr Sri Minda Murni MS, yang menguatkan tentang tiga pilar pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat – dengan segala kekuatan dan kelemahan yang ada – telah berkontribusi dalam memastikan peserta didik tetap belajar walau pembelajaran itu dilakukan di rumah. Namun tetap saja kegiatan Belajar dari Rumah masih dalam tahap yang mengkhawatirkan semua fihak. FGD ini tidak terlepas dari diksusi sebelumnya yang berbicara tentang pendidikan, kesehatan dan ekonomi, yang dalam hal ini benang merahnya ide inovatif Prof Dr Syawal Gultom. Mantan Rektor Unimed ini mengungkapkan bahwa satu-satunya yang tidak berhenti walau ada Covid, adalah pendidikan. Didik anakmu sesuai dengan zaman. Hakikat mendidik anak agar anak dapat menyesuaikan dengan perubahan ini. Kita harus hati-hati tentang pendidikan anak ini. Prof Syawal Gultom mengatakan ada tiga isu yakni pertama, diskontinitasnya kebijakan pendidikan. Kedua, integrasi, kompetensi harus dirobah kepada kapasitas. Kapasitas tidak pernah tertinggal, bergerak mengikuti zaman. Bagaimana mengintrergitasikan masa depan kepada pendidikan. Isu ketiga, seharusnya self module, self learning. Harus terjadi shifting paradigm dari guru, juga orang tua dalam paradigm tentang pendidikan. Berlaku sebagai pemandu diskusi Prof Dr Sri Minda Murni, yang juga Ketua bidang Pendidikan MW Kahmi Sumut , FGD ini merupakah kelanjutan diskusi sebelumnya yang telah mengadakan diskusi tentang pendidikan, kesehatan dan ekonomi dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Ir. Irwan Bahri, Sekum MW Kahmi Sumut menyampaikan Peserta FGD Pendidikan MW Kahmi Sumut secara virtual ini dihadiri sebanyak 172 orang berbagai lapisan masyarakat dan daerah, juga para Pengurus Majelis Wilayah, Prof Dr Urip Harahap Ketua Majelis Pakar, anggota, Dr Sulhati Syam, Drs Hamzah AR, Ir. Anshar M. Noor, Prof. Dr Ok. Saidin SH, Prof Dr. Nawir Yuslem, MA, Prof Ahmad Rafiqi Tantawi, Penasehat, Majelis Daerah Kahmi Se-Sumut, Forhati, peserta dari Jawa, Lampung, Riau, guru, kepala sekolah, pemerhati pendidikan, orang tua murid, mahasiswa dan lain-lain yang concern terhadap pendidikan.© Copyright 2024, All Rights Reserved