Jaymes mengatakan film yang diangkat dari kisah nyata dari salah satu keluarganya, dimana ada seorang lelaki Tionghoa yang menyukai gadis Melayu muslim. Dan film ini diharapkan dapat menginspirasi penonton bahwa perbedaan suku dan agama jangan dipandang negatif. Tetapi justru hal tersebut memberikan keunikan dalam keberagaman yang ada.
\"Saya berharap, semua perbedaan, suku agama dan ras bisa dipersempit agar jangan ada lagi perpecahan ataupun ujaran kebencian,\" ujarnya.
Roger Danuarta dan Cut Meryska dipiling karena mereka berdua adalah sosok yang tepat untuk memainkan film ini.
Menurut penulis naskah AAI, Yunita Saragi, pembuatan naskah film ini memiliki tantangan tersendiri.
\"Saya seorang novelis dan saya ditantang untuk membuat naskah yang mengangkat tentang perbedaan agama dan suku. Ini sangat riskan dan saya mengemasnya dengan hal yang ringan diramu dengan roman dua sejoli,\" ujarnya.
Proses pembuatan film ini dimulai Oktober 2018 hingga Maret 2019. Film ini sendiri akan dirilis mulai Juli 2019 mendatang. " itemprop="description"/>
Jaymes mengatakan film yang diangkat dari kisah nyata dari salah satu keluarganya, dimana ada seorang lelaki Tionghoa yang menyukai gadis Melayu muslim. Dan film ini diharapkan dapat menginspirasi penonton bahwa perbedaan suku dan agama jangan dipandang negatif. Tetapi justru hal tersebut memberikan keunikan dalam keberagaman yang ada.
\"Saya berharap, semua perbedaan, suku agama dan ras bisa dipersempit agar jangan ada lagi perpecahan ataupun ujaran kebencian,\" ujarnya.
Roger Danuarta dan Cut Meryska dipiling karena mereka berdua adalah sosok yang tepat untuk memainkan film ini.
Menurut penulis naskah AAI, Yunita Saragi, pembuatan naskah film ini memiliki tantangan tersendiri.
\"Saya seorang novelis dan saya ditantang untuk membuat naskah yang mengangkat tentang perbedaan agama dan suku. Ini sangat riskan dan saya mengemasnya dengan hal yang ringan diramu dengan roman dua sejoli,\" ujarnya.
Proses pembuatan film ini dimulai Oktober 2018 hingga Maret 2019. Film ini sendiri akan dirilis mulai Juli 2019 mendatang. "/>
Jaymes mengatakan film yang diangkat dari kisah nyata dari salah satu keluarganya, dimana ada seorang lelaki Tionghoa yang menyukai gadis Melayu muslim. Dan film ini diharapkan dapat menginspirasi penonton bahwa perbedaan suku dan agama jangan dipandang negatif. Tetapi justru hal tersebut memberikan keunikan dalam keberagaman yang ada.
\"Saya berharap, semua perbedaan, suku agama dan ras bisa dipersempit agar jangan ada lagi perpecahan ataupun ujaran kebencian,\" ujarnya.
Roger Danuarta dan Cut Meryska dipiling karena mereka berdua adalah sosok yang tepat untuk memainkan film ini.
Menurut penulis naskah AAI, Yunita Saragi, pembuatan naskah film ini memiliki tantangan tersendiri.
\"Saya seorang novelis dan saya ditantang untuk membuat naskah yang mengangkat tentang perbedaan agama dan suku. Ini sangat riskan dan saya mengemasnya dengan hal yang ringan diramu dengan roman dua sejoli,\" ujarnya.
Proses pembuatan film ini dimulai Oktober 2018 hingga Maret 2019. Film ini sendiri akan dirilis mulai Juli 2019 mendatang. "/>
Ajari Aku Islam (AAI) menjadi salah satu karya yang dibuat untuk mengangkat citra Islam bukan hanya dari sisi agama, tetapi kehidupannya yang universal. Demikian disampaikan oleh Jaymes Riyanto selaku eksekutif produser AAI saat memperkenalkan film yang sebagian syutingnya dilakukan di Kota Medan tersebut.
Film ini kata Jaymes dibintangi oleh Rogers Danuarta dan Cut Meryska dimana mereka dikisahkan terhalang oleh perbedaan suku dan agama. Film ini mengambil beberala lokasi syuting di Medan seperti di Masjid Raya Al Mashun, Istana Maimun, Bundaran Majestik dan Kota Tua Kesawan.
"Selebihnya syutingnya di Jakarta dan Tangerang," katanya, Senin (3/6/2019).
Jaymes mengatakan film yang diangkat dari kisah nyata dari salah satu keluarganya, dimana ada seorang lelaki Tionghoa yang menyukai gadis Melayu muslim. Dan film ini diharapkan dapat menginspirasi penonton bahwa perbedaan suku dan agama jangan dipandang negatif. Tetapi justru hal tersebut memberikan keunikan dalam keberagaman yang ada.
"Saya berharap, semua perbedaan, suku agama dan ras bisa dipersempit agar jangan ada lagi perpecahan ataupun ujaran kebencian," ujarnya.
Roger Danuarta dan Cut Meryska dipiling karena mereka berdua adalah sosok yang tepat untuk memainkan film ini.
Menurut penulis naskah AAI, Yunita Saragi, pembuatan naskah film ini memiliki tantangan tersendiri.
"Saya seorang novelis dan saya ditantang untuk membuat naskah yang mengangkat tentang perbedaan agama dan suku. Ini sangat riskan dan saya mengemasnya dengan hal yang ringan diramu dengan roman dua sejoli," ujarnya.
Proses pembuatan film ini dimulai Oktober 2018 hingga Maret 2019. Film ini sendiri akan dirilis mulai Juli 2019 mendatang.
Ajari Aku Islam (AAI) menjadi salah satu karya yang dibuat untuk mengangkat citra Islam bukan hanya dari sisi agama, tetapi kehidupannya yang universal. Demikian disampaikan oleh Jaymes Riyanto selaku eksekutif produser AAI saat memperkenalkan film yang sebagian syutingnya dilakukan di Kota Medan tersebut.
Film ini kata Jaymes dibintangi oleh Rogers Danuarta dan Cut Meryska dimana mereka dikisahkan terhalang oleh perbedaan suku dan agama. Film ini mengambil beberala lokasi syuting di Medan seperti di Masjid Raya Al Mashun, Istana Maimun, Bundaran Majestik dan Kota Tua Kesawan.
"Selebihnya syutingnya di Jakarta dan Tangerang," katanya, Senin (3/6/2019).
Jaymes mengatakan film yang diangkat dari kisah nyata dari salah satu keluarganya, dimana ada seorang lelaki Tionghoa yang menyukai gadis Melayu muslim. Dan film ini diharapkan dapat menginspirasi penonton bahwa perbedaan suku dan agama jangan dipandang negatif. Tetapi justru hal tersebut memberikan keunikan dalam keberagaman yang ada.
"Saya berharap, semua perbedaan, suku agama dan ras bisa dipersempit agar jangan ada lagi perpecahan ataupun ujaran kebencian," ujarnya.
Roger Danuarta dan Cut Meryska dipiling karena mereka berdua adalah sosok yang tepat untuk memainkan film ini.
Menurut penulis naskah AAI, Yunita Saragi, pembuatan naskah film ini memiliki tantangan tersendiri.
"Saya seorang novelis dan saya ditantang untuk membuat naskah yang mengangkat tentang perbedaan agama dan suku. Ini sangat riskan dan saya mengemasnya dengan hal yang ringan diramu dengan roman dua sejoli," ujarnya.
Proses pembuatan film ini dimulai Oktober 2018 hingga Maret 2019. Film ini sendiri akan dirilis mulai Juli 2019 mendatang.