Parulian menilai tindakan anarkis di \'Rumah Allah\' itu sudah di luar norma agama. Dalam ajaran Islam tindakan merampas mikrofon jamaah saat dialog serta menyeret jamaah keluar dari Masjid itu tak diajarkan.
\"Kalau tidak sanggup berdialog dan takut menerima masukan jangan buat acara seperti itu di dalam masjid yang merupakan rumah ibadah ummat Islam itu. Buat di markas sendiri atau dihutan sekalian,\" ketusnya.
Untuk itu, Parulian mengajak agar ummat Islam benar-benar mempelajari Islam dan menjalankan ajaran itu dengan sesungguh-sungguh.
\"Saya berharap teriakan-teriakan Allahu Akbar dan lantunan shalawat agar disesuaikan dengan kelakuan dan menjaga kemuliaan masjid serta kesucian Islam. Islam is calm, peaceful, cool and conducive (Islam itu tenang, damai, sejuk, dan kondusif),\" urainya.
Terhadap penceramah ia juga meminta agar berdakwahlah dengan kedamaian, dan tidak justru sebaliknya justru dakwah menjadi pemicu bentrokan sesama Islam.
\"Kita kecewa dengan safari dakwah Gus Nur, apalagi isi dakwahnya terbilang hampir tidak ada untuk mengajak kepada jalan kedamaian di tengah-tegah ummat Islam sendiri. Bahkan, terbilang cuma untuk mengumbar kebencian dan menghujat,\" tukasnya.
Dari materi dakwah dan cara penyampaian Gusnur, jelas Parulian Siregar, tak lebih seperti gaya aktivis yang lagi orasi memimpin demo. Hal ini menurutnya sangat memalukan dan mencoreng citra ustaz sebagai penyampai kebenaran ajaran Islam.
\"Mendengarkan dakwah itu merupakan kebutuhan, terlebih keimanan itu sifatnya, al imanu yazidu wa yanqushu (selalu bertambah dan berkurang).
Dari dakwah Gusnur di berbagai masjid di Sumut, terang Parulian, materinya juga diulang-ulang atau itu itu saja. Dari topiknya yang diulang-ulang dan dominan bernada mengumbar kebencian. Saya jadi ragu Gus Nur itu paham tugas ustadz, atau malah tidak..?,\" sindirnya.
Secara khusus ia juga mengingatkan agar tidak ada oknum-oknum dari organisasi manapun yang bertindak anarkis di dalam Masjid. Hal ini disampaikannya mengingat pada beberapa tempat Cak Nur menyampaikan ceramah, beberapa warga yang berdialog justru mendapat perlakuan tidak pantas dari oknum yang membawa atribut Front Pembela Islam (FPI).
\"Kami ingatkan (warning) bahwa itu rumah Allah, yang dikunjungi seluruh ummat Islam. Ada norma atau aturan dalam masjid tersebut, serta siapapun ummat Islam punya hak dan tanggungjawab di rumah ibadah itu,\" tegasnya.
Menurut Parulian, Cak Nur menyampaikan safari pada beberapa masjid di Medan dan Deli Serdang. Dalam safari tersebut beberapa diantaranya diwarnai peristiwa tidak mengenakkan diantaranya di Masjid Amaliyah Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, terjadi prilaku anarkis terhadap Muzanni, salah satu jamaah yang mengajukan pertanyaan dalam sesi tanyajawab yang dilakukan oknum berseragam FPI.
Kemudian juga, di Masjid Al-Furqon Desa Klumpang Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, salah seroang jamaah wanita yang mengajukan pertanyaan juga mendapatkan semacam intimidasi dengan dijuluki cebong oleh suara-suara sumbang, saat memberikan pertanyaan dalam ceramah Cak Nur.
Sama halnya, di Masjid Al-Ijtihad jalan Masjid, Kelurahan Indrakasih, Kecamatan Medan Tembung Kota, peristiwa anarkisme juga terulang. Parahnya, tindakan tersebut dilakukan di dalam Masjid. Salahsatu jamaah adalah Muhammad Zakirin saat mengajukan pertanyaan, FPI merampas mikrofonnya.
Mirisnya, jamaah tersebut dipiting di tengah-tengah kerumunan massa diarak ke luar masjid, serta diteriaki kata-kata munafik, kafir, penyusup, cebong, serta tudingan bayaran rezim, oleh puluhan orang mengunakan seragam FPI. " itemprop="description"/>
Parulian menilai tindakan anarkis di \'Rumah Allah\' itu sudah di luar norma agama. Dalam ajaran Islam tindakan merampas mikrofon jamaah saat dialog serta menyeret jamaah keluar dari Masjid itu tak diajarkan.
\"Kalau tidak sanggup berdialog dan takut menerima masukan jangan buat acara seperti itu di dalam masjid yang merupakan rumah ibadah ummat Islam itu. Buat di markas sendiri atau dihutan sekalian,\" ketusnya.
Untuk itu, Parulian mengajak agar ummat Islam benar-benar mempelajari Islam dan menjalankan ajaran itu dengan sesungguh-sungguh.
\"Saya berharap teriakan-teriakan Allahu Akbar dan lantunan shalawat agar disesuaikan dengan kelakuan dan menjaga kemuliaan masjid serta kesucian Islam. Islam is calm, peaceful, cool and conducive (Islam itu tenang, damai, sejuk, dan kondusif),\" urainya.
Terhadap penceramah ia juga meminta agar berdakwahlah dengan kedamaian, dan tidak justru sebaliknya justru dakwah menjadi pemicu bentrokan sesama Islam.
\"Kita kecewa dengan safari dakwah Gus Nur, apalagi isi dakwahnya terbilang hampir tidak ada untuk mengajak kepada jalan kedamaian di tengah-tegah ummat Islam sendiri. Bahkan, terbilang cuma untuk mengumbar kebencian dan menghujat,\" tukasnya.
Dari materi dakwah dan cara penyampaian Gusnur, jelas Parulian Siregar, tak lebih seperti gaya aktivis yang lagi orasi memimpin demo. Hal ini menurutnya sangat memalukan dan mencoreng citra ustaz sebagai penyampai kebenaran ajaran Islam.
\"Mendengarkan dakwah itu merupakan kebutuhan, terlebih keimanan itu sifatnya, al imanu yazidu wa yanqushu (selalu bertambah dan berkurang).
Dari dakwah Gusnur di berbagai masjid di Sumut, terang Parulian, materinya juga diulang-ulang atau itu itu saja. Dari topiknya yang diulang-ulang dan dominan bernada mengumbar kebencian. Saya jadi ragu Gus Nur itu paham tugas ustadz, atau malah tidak..?,\" sindirnya.
Secara khusus ia juga mengingatkan agar tidak ada oknum-oknum dari organisasi manapun yang bertindak anarkis di dalam Masjid. Hal ini disampaikannya mengingat pada beberapa tempat Cak Nur menyampaikan ceramah, beberapa warga yang berdialog justru mendapat perlakuan tidak pantas dari oknum yang membawa atribut Front Pembela Islam (FPI).
\"Kami ingatkan (warning) bahwa itu rumah Allah, yang dikunjungi seluruh ummat Islam. Ada norma atau aturan dalam masjid tersebut, serta siapapun ummat Islam punya hak dan tanggungjawab di rumah ibadah itu,\" tegasnya.
Menurut Parulian, Cak Nur menyampaikan safari pada beberapa masjid di Medan dan Deli Serdang. Dalam safari tersebut beberapa diantaranya diwarnai peristiwa tidak mengenakkan diantaranya di Masjid Amaliyah Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, terjadi prilaku anarkis terhadap Muzanni, salah satu jamaah yang mengajukan pertanyaan dalam sesi tanyajawab yang dilakukan oknum berseragam FPI.
Kemudian juga, di Masjid Al-Furqon Desa Klumpang Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, salah seroang jamaah wanita yang mengajukan pertanyaan juga mendapatkan semacam intimidasi dengan dijuluki cebong oleh suara-suara sumbang, saat memberikan pertanyaan dalam ceramah Cak Nur.
Sama halnya, di Masjid Al-Ijtihad jalan Masjid, Kelurahan Indrakasih, Kecamatan Medan Tembung Kota, peristiwa anarkisme juga terulang. Parahnya, tindakan tersebut dilakukan di dalam Masjid. Salahsatu jamaah adalah Muhammad Zakirin saat mengajukan pertanyaan, FPI merampas mikrofonnya.
Mirisnya, jamaah tersebut dipiting di tengah-tengah kerumunan massa diarak ke luar masjid, serta diteriaki kata-kata munafik, kafir, penyusup, cebong, serta tudingan bayaran rezim, oleh puluhan orang mengunakan seragam FPI. "/>
Parulian menilai tindakan anarkis di \'Rumah Allah\' itu sudah di luar norma agama. Dalam ajaran Islam tindakan merampas mikrofon jamaah saat dialog serta menyeret jamaah keluar dari Masjid itu tak diajarkan.
\"Kalau tidak sanggup berdialog dan takut menerima masukan jangan buat acara seperti itu di dalam masjid yang merupakan rumah ibadah ummat Islam itu. Buat di markas sendiri atau dihutan sekalian,\" ketusnya.
Untuk itu, Parulian mengajak agar ummat Islam benar-benar mempelajari Islam dan menjalankan ajaran itu dengan sesungguh-sungguh.
\"Saya berharap teriakan-teriakan Allahu Akbar dan lantunan shalawat agar disesuaikan dengan kelakuan dan menjaga kemuliaan masjid serta kesucian Islam. Islam is calm, peaceful, cool and conducive (Islam itu tenang, damai, sejuk, dan kondusif),\" urainya.
Terhadap penceramah ia juga meminta agar berdakwahlah dengan kedamaian, dan tidak justru sebaliknya justru dakwah menjadi pemicu bentrokan sesama Islam.
\"Kita kecewa dengan safari dakwah Gus Nur, apalagi isi dakwahnya terbilang hampir tidak ada untuk mengajak kepada jalan kedamaian di tengah-tegah ummat Islam sendiri. Bahkan, terbilang cuma untuk mengumbar kebencian dan menghujat,\" tukasnya.
Dari materi dakwah dan cara penyampaian Gusnur, jelas Parulian Siregar, tak lebih seperti gaya aktivis yang lagi orasi memimpin demo. Hal ini menurutnya sangat memalukan dan mencoreng citra ustaz sebagai penyampai kebenaran ajaran Islam.
\"Mendengarkan dakwah itu merupakan kebutuhan, terlebih keimanan itu sifatnya, al imanu yazidu wa yanqushu (selalu bertambah dan berkurang).
Dari dakwah Gusnur di berbagai masjid di Sumut, terang Parulian, materinya juga diulang-ulang atau itu itu saja. Dari topiknya yang diulang-ulang dan dominan bernada mengumbar kebencian. Saya jadi ragu Gus Nur itu paham tugas ustadz, atau malah tidak..?,\" sindirnya.
Secara khusus ia juga mengingatkan agar tidak ada oknum-oknum dari organisasi manapun yang bertindak anarkis di dalam Masjid. Hal ini disampaikannya mengingat pada beberapa tempat Cak Nur menyampaikan ceramah, beberapa warga yang berdialog justru mendapat perlakuan tidak pantas dari oknum yang membawa atribut Front Pembela Islam (FPI).
\"Kami ingatkan (warning) bahwa itu rumah Allah, yang dikunjungi seluruh ummat Islam. Ada norma atau aturan dalam masjid tersebut, serta siapapun ummat Islam punya hak dan tanggungjawab di rumah ibadah itu,\" tegasnya.
Menurut Parulian, Cak Nur menyampaikan safari pada beberapa masjid di Medan dan Deli Serdang. Dalam safari tersebut beberapa diantaranya diwarnai peristiwa tidak mengenakkan diantaranya di Masjid Amaliyah Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, terjadi prilaku anarkis terhadap Muzanni, salah satu jamaah yang mengajukan pertanyaan dalam sesi tanyajawab yang dilakukan oknum berseragam FPI.
Kemudian juga, di Masjid Al-Furqon Desa Klumpang Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, salah seroang jamaah wanita yang mengajukan pertanyaan juga mendapatkan semacam intimidasi dengan dijuluki cebong oleh suara-suara sumbang, saat memberikan pertanyaan dalam ceramah Cak Nur.
Sama halnya, di Masjid Al-Ijtihad jalan Masjid, Kelurahan Indrakasih, Kecamatan Medan Tembung Kota, peristiwa anarkisme juga terulang. Parahnya, tindakan tersebut dilakukan di dalam Masjid. Salahsatu jamaah adalah Muhammad Zakirin saat mengajukan pertanyaan, FPI merampas mikrofonnya.
Mirisnya, jamaah tersebut dipiting di tengah-tengah kerumunan massa diarak ke luar masjid, serta diteriaki kata-kata munafik, kafir, penyusup, cebong, serta tudingan bayaran rezim, oleh puluhan orang mengunakan seragam FPI. "/>
Safari dakwah Cak Nur alias Gus Nur pada beberapa masjid di Medan Sumatera Utara, menyisakan kemirisan dan kepiluan di tegah-tengah ummat Islam. Bahkan ustadz yang berstatus tersangka ujaran kebencian itu, dakwahnya dinilai alias dicap cuma mengumbar kebencian dan mencorng citra sebagai penyampai kebenaran Islam. "Perampasan mikrofon, penghinaan terhadap ummat Islam lainnya dengan menjuluk-juluki nama binatang, juga ancaman, serta prilaku anarkisme terhadap jamaah yang terjadi pada safari dakwah Cak Nur, tidak bisa dibenarkan," kata Sekretaris GP (Geraka Pemuda) Ansor Sumatera Utara, Parulian Siregar, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (19/2).
Parulian menilai tindakan anarkis di 'Rumah Allah' itu sudah di luar norma agama. Dalam ajaran Islam tindakan merampas mikrofon jamaah saat dialog serta menyeret jamaah keluar dari Masjid itu tak diajarkan.
"Kalau tidak sanggup berdialog dan takut menerima masukan jangan buat acara seperti itu di dalam masjid yang merupakan rumah ibadah ummat Islam itu. Buat di markas sendiri atau dihutan sekalian," ketusnya.
Untuk itu, Parulian mengajak agar ummat Islam benar-benar mempelajari Islam dan menjalankan ajaran itu dengan sesungguh-sungguh.
"Saya berharap teriakan-teriakan Allahu Akbar dan lantunan shalawat agar disesuaikan dengan kelakuan dan menjaga kemuliaan masjid serta kesucian Islam. Islam is calm, peaceful, cool and conducive (Islam itu tenang, damai, sejuk, dan kondusif)," urainya.
Terhadap penceramah ia juga meminta agar berdakwahlah dengan kedamaian, dan tidak justru sebaliknya justru dakwah menjadi pemicu bentrokan sesama Islam.
"Kita kecewa dengan safari dakwah Gus Nur, apalagi isi dakwahnya terbilang hampir tidak ada untuk mengajak kepada jalan kedamaian di tengah-tegah ummat Islam sendiri. Bahkan, terbilang cuma untuk mengumbar kebencian dan menghujat," tukasnya.
Dari materi dakwah dan cara penyampaian Gusnur, jelas Parulian Siregar, tak lebih seperti gaya aktivis yang lagi orasi memimpin demo. Hal ini menurutnya sangat memalukan dan mencoreng citra ustaz sebagai penyampai kebenaran ajaran Islam.
"Mendengarkan dakwah itu merupakan kebutuhan, terlebih keimanan itu sifatnya, al imanu yazidu wa yanqushu (selalu bertambah dan berkurang).
Dari dakwah Gusnur di berbagai masjid di Sumut, terang Parulian, materinya juga diulang-ulang atau itu itu saja. Dari topiknya yang diulang-ulang dan dominan bernada mengumbar kebencian. Saya jadi ragu Gus Nur itu paham tugas ustadz, atau malah tidak..?," sindirnya.
Secara khusus ia juga mengingatkan agar tidak ada oknum-oknum dari organisasi manapun yang bertindak anarkis di dalam Masjid. Hal ini disampaikannya mengingat pada beberapa tempat Cak Nur menyampaikan ceramah, beberapa warga yang berdialog justru mendapat perlakuan tidak pantas dari oknum yang membawa atribut Front Pembela Islam (FPI).
"Kami ingatkan (warning) bahwa itu rumah Allah, yang dikunjungi seluruh ummat Islam. Ada norma atau aturan dalam masjid tersebut, serta siapapun ummat Islam punya hak dan tanggungjawab di rumah ibadah itu," tegasnya.
Menurut Parulian, Cak Nur menyampaikan safari pada beberapa masjid di Medan dan Deli Serdang. Dalam safari tersebut beberapa diantaranya diwarnai peristiwa tidak mengenakkan diantaranya di Masjid Amaliyah Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, terjadi prilaku anarkis terhadap Muzanni, salah satu jamaah yang mengajukan pertanyaan dalam sesi tanyajawab yang dilakukan oknum berseragam FPI.
Kemudian juga, di Masjid Al-Furqon Desa Klumpang Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, salah seroang jamaah wanita yang mengajukan pertanyaan juga mendapatkan semacam intimidasi dengan dijuluki cebong oleh suara-suara sumbang, saat memberikan pertanyaan dalam ceramah Cak Nur.
Sama halnya, di Masjid Al-Ijtihad jalan Masjid, Kelurahan Indrakasih, Kecamatan Medan Tembung Kota, peristiwa anarkisme juga terulang. Parahnya, tindakan tersebut dilakukan di dalam Masjid. Salahsatu jamaah adalah Muhammad Zakirin saat mengajukan pertanyaan, FPI merampas mikrofonnya.
Mirisnya, jamaah tersebut dipiting di tengah-tengah kerumunan massa diarak ke luar masjid, serta diteriaki kata-kata munafik, kafir, penyusup, cebong, serta tudingan bayaran rezim, oleh puluhan orang mengunakan seragam FPI.
Safari dakwah Cak Nur alias Gus Nur pada beberapa masjid di Medan Sumatera Utara, menyisakan kemirisan dan kepiluan di tegah-tengah ummat Islam. Bahkan ustadz yang berstatus tersangka ujaran kebencian itu, dakwahnya dinilai alias dicap cuma mengumbar kebencian dan mencorng citra sebagai penyampai kebenaran Islam. "Perampasan mikrofon, penghinaan terhadap ummat Islam lainnya dengan menjuluk-juluki nama binatang, juga ancaman, serta prilaku anarkisme terhadap jamaah yang terjadi pada safari dakwah Cak Nur, tidak bisa dibenarkan," kata Sekretaris GP (Geraka Pemuda) Ansor Sumatera Utara, Parulian Siregar, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (19/2).
Parulian menilai tindakan anarkis di 'Rumah Allah' itu sudah di luar norma agama. Dalam ajaran Islam tindakan merampas mikrofon jamaah saat dialog serta menyeret jamaah keluar dari Masjid itu tak diajarkan.
"Kalau tidak sanggup berdialog dan takut menerima masukan jangan buat acara seperti itu di dalam masjid yang merupakan rumah ibadah ummat Islam itu. Buat di markas sendiri atau dihutan sekalian," ketusnya.
Untuk itu, Parulian mengajak agar ummat Islam benar-benar mempelajari Islam dan menjalankan ajaran itu dengan sesungguh-sungguh.
"Saya berharap teriakan-teriakan Allahu Akbar dan lantunan shalawat agar disesuaikan dengan kelakuan dan menjaga kemuliaan masjid serta kesucian Islam. Islam is calm, peaceful, cool and conducive (Islam itu tenang, damai, sejuk, dan kondusif)," urainya.
Terhadap penceramah ia juga meminta agar berdakwahlah dengan kedamaian, dan tidak justru sebaliknya justru dakwah menjadi pemicu bentrokan sesama Islam.
"Kita kecewa dengan safari dakwah Gus Nur, apalagi isi dakwahnya terbilang hampir tidak ada untuk mengajak kepada jalan kedamaian di tengah-tegah ummat Islam sendiri. Bahkan, terbilang cuma untuk mengumbar kebencian dan menghujat," tukasnya.
Dari materi dakwah dan cara penyampaian Gusnur, jelas Parulian Siregar, tak lebih seperti gaya aktivis yang lagi orasi memimpin demo. Hal ini menurutnya sangat memalukan dan mencoreng citra ustaz sebagai penyampai kebenaran ajaran Islam.
"Mendengarkan dakwah itu merupakan kebutuhan, terlebih keimanan itu sifatnya, al imanu yazidu wa yanqushu (selalu bertambah dan berkurang).
Dari dakwah Gusnur di berbagai masjid di Sumut, terang Parulian, materinya juga diulang-ulang atau itu itu saja. Dari topiknya yang diulang-ulang dan dominan bernada mengumbar kebencian. Saya jadi ragu Gus Nur itu paham tugas ustadz, atau malah tidak..?," sindirnya.
Secara khusus ia juga mengingatkan agar tidak ada oknum-oknum dari organisasi manapun yang bertindak anarkis di dalam Masjid. Hal ini disampaikannya mengingat pada beberapa tempat Cak Nur menyampaikan ceramah, beberapa warga yang berdialog justru mendapat perlakuan tidak pantas dari oknum yang membawa atribut Front Pembela Islam (FPI).
"Kami ingatkan (warning) bahwa itu rumah Allah, yang dikunjungi seluruh ummat Islam. Ada norma atau aturan dalam masjid tersebut, serta siapapun ummat Islam punya hak dan tanggungjawab di rumah ibadah itu," tegasnya.
Menurut Parulian, Cak Nur menyampaikan safari pada beberapa masjid di Medan dan Deli Serdang. Dalam safari tersebut beberapa diantaranya diwarnai peristiwa tidak mengenakkan diantaranya di Masjid Amaliyah Helvetia, Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia, terjadi prilaku anarkis terhadap Muzanni, salah satu jamaah yang mengajukan pertanyaan dalam sesi tanyajawab yang dilakukan oknum berseragam FPI.
Kemudian juga, di Masjid Al-Furqon Desa Klumpang Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deliserdang, salah seroang jamaah wanita yang mengajukan pertanyaan juga mendapatkan semacam intimidasi dengan dijuluki cebong oleh suara-suara sumbang, saat memberikan pertanyaan dalam ceramah Cak Nur.
Sama halnya, di Masjid Al-Ijtihad jalan Masjid, Kelurahan Indrakasih, Kecamatan Medan Tembung Kota, peristiwa anarkisme juga terulang. Parahnya, tindakan tersebut dilakukan di dalam Masjid. Salahsatu jamaah adalah Muhammad Zakirin saat mengajukan pertanyaan, FPI merampas mikrofonnya.
Mirisnya, jamaah tersebut dipiting di tengah-tengah kerumunan massa diarak ke luar masjid, serta diteriaki kata-kata munafik, kafir, penyusup, cebong, serta tudingan bayaran rezim, oleh puluhan orang mengunakan seragam FPI.