PADA akhirnya prinsip yang teguh dan sikap bersahaja akan tetap hidup dan menjadi kenangan bagi kami, meskipun sosokmu berangkat ke alam keabadian. Begitu yang mampu saya tuliskan menggambarkan sosokmu bang Parlindungan Sibuea. Jurnalis di Kota Medan tentu sangat berduka atas kepergian sosok yang memiliki sapaan khas "apa kabar kawan" ini. Kawan mungkin sepadan dengan beberapa kata lain seperti sahabat, rekan, teman dan lain. Tapi kata "kawan" ini yang selalu dipilihnya. Sapaan yang juga populer bagi kalangan aktivis tempat Parlindungan Sibuea mempunyai nama yang juga tanpa cela. Turunan Gulo rekannya sesama aktivis bahkan menuliskan bahwa mereka sering ngos-ngosan mengikuti ritme pergerakan Parlindungan Sibuea kala mengadvokasi kepentingan masyarakat. "Penjara 11 bulan bahkan pernah ia jalani hanya karena memegang prinsip keteguhan perjuangan," begitu tulisan Gulo usai menjenguk Parlindungan saat dirawat di RS Murni Teguh beberapa waktu lalu. Oleh Gulo, pada level ini Parlindungan Sibuea bahkan disebutkan sebagai "makhluk langka", karena menjadi aktivis yang tetap menjaga prinsipnya dan bertahan dengan idealismenya. Idealisme yang dijalankan tanpa ambisi, tanpa penyesalan soal kenapa beum dan tidak menikmati kue reformasi. Itu pandangan dari sisi aktivis. Lantas bagaimana dari sisi Jurnalis?. Hampir tak ada bedanya, Bang Parlindungan Sibuea nyaris memperlakukan tulisannya sama dengan aksinya saat masih berkutat di dunia aktivis. Tulisannya tidak pernah "dimodifikasi" untuk membelokkan hal yang dianggapnya lurus. Seingat saya tulisannya bahkan pernah membuat geger saat memuat pengakuan sejumlah pejabat di Sumut urunan dana untuk berpartisipasi pada salah satu pernikahan putri dari sosok paling penting di Indonesia yang digelar di Kota Medan. Namanya banyak ditanya-tanya, termasuk oleh aparat pada media center pada ruko di kawasan Ringroad, yang khusus untuk meliput pernikahan tersebut kala itu. Sembunyikah Parlindungan? tidak. Tak lama berselang ia bahkan nongol di media center tersebut. Saya tercengang, karena sikapnya justru menunjukkan bahwa tidak ada hal yang perlu dirisaukan atas tulisannya tersebut karena ia yakin tulisannya berdasarkan fakta dan ada pengakuan dari narasumber. Hal itu yang saya langsung ingat begitu membaca tulisan bang Turunan Gulo. Benarlah bahwa Parlindungan Sibuea orang yang menjaga teguh sebuah prinsip. Selamat jalan bang "Lindung", semoga Tuhan memberikan tempat terbaik untukmu.***
PADA akhirnya prinsip yang teguh dan sikap bersahaja akan tetap hidup dan menjadi kenangan bagi kami, meskipun sosokmu berangkat ke alam keabadian. Begitu yang mampu saya tuliskan menggambarkan sosokmu bang Parlindungan Sibuea. Jurnalis di Kota Medan tentu sangat berduka atas kepergian sosok yang memiliki sapaan khas "apa kabar kawan" ini. Kawan mungkin sepadan dengan beberapa kata lain seperti sahabat, rekan, teman dan lain. Tapi kata "kawan" ini yang selalu dipilihnya. Sapaan yang juga populer bagi kalangan aktivis tempat Parlindungan Sibuea mempunyai nama yang juga tanpa cela. Turunan Gulo rekannya sesama aktivis bahkan menuliskan bahwa mereka sering ngos-ngosan mengikuti ritme pergerakan Parlindungan Sibuea kala mengadvokasi kepentingan masyarakat. "Penjara 11 bulan bahkan pernah ia jalani hanya karena memegang prinsip keteguhan perjuangan," begitu tulisan Gulo usai menjenguk Parlindungan saat dirawat di RS Murni Teguh beberapa waktu lalu. Oleh Gulo, pada level ini Parlindungan Sibuea bahkan disebutkan sebagai "makhluk langka", karena menjadi aktivis yang tetap menjaga prinsipnya dan bertahan dengan idealismenya. Idealisme yang dijalankan tanpa ambisi, tanpa penyesalan soal kenapa beum dan tidak menikmati kue reformasi. Itu pandangan dari sisi aktivis. Lantas bagaimana dari sisi Jurnalis?. Hampir tak ada bedanya, Bang Parlindungan Sibuea nyaris memperlakukan tulisannya sama dengan aksinya saat masih berkutat di dunia aktivis. Tulisannya tidak pernah "dimodifikasi" untuk membelokkan hal yang dianggapnya lurus. Seingat saya tulisannya bahkan pernah membuat geger saat memuat pengakuan sejumlah pejabat di Sumut urunan dana untuk berpartisipasi pada salah satu pernikahan putri dari sosok paling penting di Indonesia yang digelar di Kota Medan. Namanya banyak ditanya-tanya, termasuk oleh aparat pada media center pada ruko di kawasan Ringroad, yang khusus untuk meliput pernikahan tersebut kala itu. Sembunyikah Parlindungan? tidak. Tak lama berselang ia bahkan nongol di media center tersebut. Saya tercengang, karena sikapnya justru menunjukkan bahwa tidak ada hal yang perlu dirisaukan atas tulisannya tersebut karena ia yakin tulisannya berdasarkan fakta dan ada pengakuan dari narasumber. Hal itu yang saya langsung ingat begitu membaca tulisan bang Turunan Gulo. Benarlah bahwa Parlindungan Sibuea orang yang menjaga teguh sebuah prinsip. Selamat jalan bang "Lindung", semoga Tuhan memberikan tempat terbaik untukmu.***© Copyright 2024, All Rights Reserved