Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi kembali menegaskan sejauh ini tidak ada wacana pemusnahan massal ternak babi di Sumatera Utara. Hal ini ditegaskannya dalam pertemuan dengan Ketua DPRD Sumut dan Kapolda Sumut serta Kajati Sumut di Aula GEdung DPRD Sumut. Saat ini kata Edy, pemerintah masih terus mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan virus African Swine Fever (ASF) yang membuat puluhan ribu babi di Sumatera Utara mengalami kematian. "Semua kami bahas dengan DPR RI waktu itu, isolasi babi dilakukan agar virus ASF yang menjangkit babi di Sumut tidak meluas. Dibahas juga bagaimana kalau dilakukan pemusnahan, ternyata tidak bisa. Kenapa tidak bisa? Saat flu burung ada pemusnahan, flu burung itu menjangkit binatang yang lain. ASF ini tidak menjangkit ternah lain, sehingga babi tidak perlu dilakukan pemusnahan," katanya. Ia juga mengaku terus mengupayakan penyelesaian masalah tersebut sejak lima bulan lalu musibah ini terjadi. Sampai saat ini, katanya sudah 28 ribuan babi mati. Setiap hari ada babi yang mati. "Muncul lagi gagasan menggganti babi yang mati, kita punya aturan, punya Undang-Undang, tidak ada pergantian ternak kecuali dikatakan ini sebagai musibah atau bencana nasional. Tolong berikan masukan yang baik untuk kami. Khususnya saya, jangan ada yang bilang, Edy kan Islam jadi anti babi, itu sudah memfitnah. Saya sampaikan di DPR RI, babi di daerah kami adalah adat. Bahkan pejabat yang berhasil dari ternak babi," katanya. Edy mengakui, akibat virus ASF tersebut, peternak mengalami kesulitan, ada yang ternaknya tidak terjangkit tapi karena ada wabah, harga babi turun drastis. "Ini tak selesai dengan demo dan saling fitnah, kita harus bergandengan tangan untuk menyelesaikan ini. Memang benar saya beragama Islam. Haram memakan daging babi. Tapi saya tidak anti babi," tegasnya.[R]
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi kembali menegaskan sejauh ini tidak ada wacana pemusnahan massal ternak babi di Sumatera Utara. Hal ini ditegaskannya dalam pertemuan dengan Ketua DPRD Sumut dan Kapolda Sumut serta Kajati Sumut di Aula GEdung DPRD Sumut. Saat ini kata Edy, pemerintah masih terus mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan virus African Swine Fever (ASF) yang membuat puluhan ribu babi di Sumatera Utara mengalami kematian. "Semua kami bahas dengan DPR RI waktu itu, isolasi babi dilakukan agar virus ASF yang menjangkit babi di Sumut tidak meluas. Dibahas juga bagaimana kalau dilakukan pemusnahan, ternyata tidak bisa. Kenapa tidak bisa? Saat flu burung ada pemusnahan, flu burung itu menjangkit binatang yang lain. ASF ini tidak menjangkit ternah lain, sehingga babi tidak perlu dilakukan pemusnahan," katanya. Ia juga mengaku terus mengupayakan penyelesaian masalah tersebut sejak lima bulan lalu musibah ini terjadi. Sampai saat ini, katanya sudah 28 ribuan babi mati. Setiap hari ada babi yang mati. "Muncul lagi gagasan menggganti babi yang mati, kita punya aturan, punya Undang-Undang, tidak ada pergantian ternak kecuali dikatakan ini sebagai musibah atau bencana nasional. Tolong berikan masukan yang baik untuk kami. Khususnya saya, jangan ada yang bilang, Edy kan Islam jadi anti babi, itu sudah memfitnah. Saya sampaikan di DPR RI, babi di daerah kami adalah adat. Bahkan pejabat yang berhasil dari ternak babi," katanya. Edy mengakui, akibat virus ASF tersebut, peternak mengalami kesulitan, ada yang ternaknya tidak terjangkit tapi karena ada wabah, harga babi turun drastis. "Ini tak selesai dengan demo dan saling fitnah, kita harus bergandengan tangan untuk menyelesaikan ini. Memang benar saya beragama Islam. Haram memakan daging babi. Tapi saya tidak anti babi," tegasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved