Indonesia tidak kunjung semakin membaik dari sisi demokrasi meskipun Indonesia sudah melalui masa reformasi sudah berlalu sejak 21 tahun lalu. Bahkan, persoalan semakin parah karena banyaknya upaya-upaya yang dilakukan untuk merusak tatanan demokrasi seperti adanya aturan soal Presidential Threshold (PT) yang dinilai membuat demokrasi semakin hancur. Pakar hukum tata negara, Refly Harun mengatakan kondisi ini terjadi karena adanya kesalahan dari reformasi itu sendiri. "Kesalahan reformasi karena hanya mengganti orang, tanpa mengganti rezim. Sehingga aktor-aktor orde baru masih terikut dalam kekuasaan," katanya dalam Diskusi Obrolan Bareng Bang Ruslan "Presidential Threshold Kejahatan Politik" yang digelar oleh Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/9). Refly Harun menjelaskan, reformasi memang memunculkan sosok-sosok yang kemudian masuk dalam bagian kekuasaan pasca reformasi. Akan tetapi menurutnya kondisinya saat ini para sosok tersebut masih terlalu sibuk dengan hasil dari upaya mereka untuk memmbuat reformasi terwujud. "Aktor-aktor yang baru ini seperti mental di perang uhud dimana Nabi Muhammad kalah karena pasukan pemanah di bukit uhud turun untuk memperebutkan rampasan perang. Saya ingin mengatakan, ketika reformasi datang, kekuatan lama masih masuk dan kekuatan baru di era Megawati, Gusdur, hingga SBY masih sibuk dengan rampasan perang itu," ujarnya. Karena itu pesan Refly Harun, masyarakat Indonesia khususnya kalangan mahasiswa harus mampu untuk tetap berdiri pada barisan yang memperjuangkan nilai. Hal ini menurutnya menjadi penting agar, mahasiswa tetap dapat berdiri pada kapasitasnya sebagai agen perubahan ditengah masyarakat. "Bukan menjadi pendukung pemerintah atau pendukung partai politik dan lainnya. Namun menjadi pendukung untuk perjuangan nilai. Saya sendiri hingga saat ini mengajukan Judicial Review terhadap Presidential Threshold karena memperjuangkan sebuah nilai," pungkasnya.[R]
Indonesia tidak kunjung semakin membaik dari sisi demokrasi meskipun Indonesia sudah melalui masa reformasi sudah berlalu sejak 21 tahun lalu. Bahkan, persoalan semakin parah karena banyaknya upaya-upaya yang dilakukan untuk merusak tatanan demokrasi seperti adanya aturan soal Presidential Threshold (PT) yang dinilai membuat demokrasi semakin hancur. Pakar hukum tata negara, Refly Harun mengatakan kondisi ini terjadi karena adanya kesalahan dari reformasi itu sendiri. "Kesalahan reformasi karena hanya mengganti orang, tanpa mengganti rezim. Sehingga aktor-aktor orde baru masih terikut dalam kekuasaan," katanya dalam Diskusi Obrolan Bareng Bang Ruslan "Presidential Threshold Kejahatan Politik" yang digelar oleh Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (8/9). Refly Harun menjelaskan, reformasi memang memunculkan sosok-sosok yang kemudian masuk dalam bagian kekuasaan pasca reformasi. Akan tetapi menurutnya kondisinya saat ini para sosok tersebut masih terlalu sibuk dengan hasil dari upaya mereka untuk memmbuat reformasi terwujud. "Aktor-aktor yang baru ini seperti mental di perang uhud dimana Nabi Muhammad kalah karena pasukan pemanah di bukit uhud turun untuk memperebutkan rampasan perang. Saya ingin mengatakan, ketika reformasi datang, kekuatan lama masih masuk dan kekuatan baru di era Megawati, Gusdur, hingga SBY masih sibuk dengan rampasan perang itu," ujarnya. Karena itu pesan Refly Harun, masyarakat Indonesia khususnya kalangan mahasiswa harus mampu untuk tetap berdiri pada barisan yang memperjuangkan nilai. Hal ini menurutnya menjadi penting agar, mahasiswa tetap dapat berdiri pada kapasitasnya sebagai agen perubahan ditengah masyarakat. "Bukan menjadi pendukung pemerintah atau pendukung partai politik dan lainnya. Namun menjadi pendukung untuk perjuangan nilai. Saya sendiri hingga saat ini mengajukan Judicial Review terhadap Presidential Threshold karena memperjuangkan sebuah nilai," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved