Rinaldi menjelaskan pada simulasi ini mereka membuat berbagai skenario yang didasarkan pada berbagai hal yang kemungkinan terjadi pada TPS saat pemungutan suara berlangsung. Simulasi tersebut diantaranya dengan mengelompokkan beberapa orang anggota masyarakat sebagai pemilih yang terdaftar pada DPT, DPTb dan DPK. Hasilnya, masih banyak masyarakat yang ternyata belum memahami haknya sesuai dengan status mereka tersebut.
\"Kita masih menemukan ada masyarakat yang kita buat masuk DPTb misalnya, dia menganggap hanya dapat mencoblos 1 jam sebelum TPS ditutup. Padahal kan tidak demikian, pemilih yang terdata dalam DPTb sudah boleh mencoblos sejak pagi,\" ujarnya.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Rinaldi akan menjadi bahan evaluasi bagi mereka dalam mensosialisasikan Pemilu 2019.
\"Kami berencana untuk melakukan simulasi seperti ini ditempat lain. Tujuannya untuk memberi pemahaman yang utuh mengenai Pemilu 2019 khususnya pada saat di TPS nantinya,\" pungkasnya." itemprop="description"/>
Rinaldi menjelaskan pada simulasi ini mereka membuat berbagai skenario yang didasarkan pada berbagai hal yang kemungkinan terjadi pada TPS saat pemungutan suara berlangsung. Simulasi tersebut diantaranya dengan mengelompokkan beberapa orang anggota masyarakat sebagai pemilih yang terdaftar pada DPT, DPTb dan DPK. Hasilnya, masih banyak masyarakat yang ternyata belum memahami haknya sesuai dengan status mereka tersebut.
\"Kita masih menemukan ada masyarakat yang kita buat masuk DPTb misalnya, dia menganggap hanya dapat mencoblos 1 jam sebelum TPS ditutup. Padahal kan tidak demikian, pemilih yang terdata dalam DPTb sudah boleh mencoblos sejak pagi,\" ujarnya.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Rinaldi akan menjadi bahan evaluasi bagi mereka dalam mensosialisasikan Pemilu 2019.
\"Kami berencana untuk melakukan simulasi seperti ini ditempat lain. Tujuannya untuk memberi pemahaman yang utuh mengenai Pemilu 2019 khususnya pada saat di TPS nantinya,\" pungkasnya."/>
Rinaldi menjelaskan pada simulasi ini mereka membuat berbagai skenario yang didasarkan pada berbagai hal yang kemungkinan terjadi pada TPS saat pemungutan suara berlangsung. Simulasi tersebut diantaranya dengan mengelompokkan beberapa orang anggota masyarakat sebagai pemilih yang terdaftar pada DPT, DPTb dan DPK. Hasilnya, masih banyak masyarakat yang ternyata belum memahami haknya sesuai dengan status mereka tersebut.
\"Kita masih menemukan ada masyarakat yang kita buat masuk DPTb misalnya, dia menganggap hanya dapat mencoblos 1 jam sebelum TPS ditutup. Padahal kan tidak demikian, pemilih yang terdata dalam DPTb sudah boleh mencoblos sejak pagi,\" ujarnya.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Rinaldi akan menjadi bahan evaluasi bagi mereka dalam mensosialisasikan Pemilu 2019.
\"Kami berencana untuk melakukan simulasi seperti ini ditempat lain. Tujuannya untuk memberi pemahaman yang utuh mengenai Pemilu 2019 khususnya pada saat di TPS nantinya,\" pungkasnya."/>
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan terus berupaya untuk memberikan pemahaman mengenai seluruh aspek Pemilu 2019 kepada masyarakat. Kali ini, KPU Kota Medan melakukannya dengan menggelar Simulasi Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu 2019 di Lapangan Bola, Jalan Rahmadsyah, tepatnya di depan kantor Camat Medan Area.
Komisioner KPU Medan divisi teknis Rinaldi Khair mengatakan dalam simulasi ini mereka melibatkan kalangan masyarakat umum.
"Kami ingin menguatkan pemahaman mereka mengenai situasi yang akan berlangsung saat hari H pencoblosan 17 April 2019 mendatang," katanya, Jumat (5/4/2019).
Rinaldi menjelaskan pada simulasi ini mereka membuat berbagai skenario yang didasarkan pada berbagai hal yang kemungkinan terjadi pada TPS saat pemungutan suara berlangsung. Simulasi tersebut diantaranya dengan mengelompokkan beberapa orang anggota masyarakat sebagai pemilih yang terdaftar pada DPT, DPTb dan DPK. Hasilnya, masih banyak masyarakat yang ternyata belum memahami haknya sesuai dengan status mereka tersebut.
"Kita masih menemukan ada masyarakat yang kita buat masuk DPTb misalnya, dia menganggap hanya dapat mencoblos 1 jam sebelum TPS ditutup. Padahal kan tidak demikian, pemilih yang terdata dalam DPTb sudah boleh mencoblos sejak pagi," ujarnya.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Rinaldi akan menjadi bahan evaluasi bagi mereka dalam mensosialisasikan Pemilu 2019.
"Kami berencana untuk melakukan simulasi seperti ini ditempat lain. Tujuannya untuk memberi pemahaman yang utuh mengenai Pemilu 2019 khususnya pada saat di TPS nantinya," pungkasnya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan terus berupaya untuk memberikan pemahaman mengenai seluruh aspek Pemilu 2019 kepada masyarakat. Kali ini, KPU Kota Medan melakukannya dengan menggelar Simulasi Pemungutan dan Perhitungan Suara Pemilu 2019 di Lapangan Bola, Jalan Rahmadsyah, tepatnya di depan kantor Camat Medan Area.
Komisioner KPU Medan divisi teknis Rinaldi Khair mengatakan dalam simulasi ini mereka melibatkan kalangan masyarakat umum.
"Kami ingin menguatkan pemahaman mereka mengenai situasi yang akan berlangsung saat hari H pencoblosan 17 April 2019 mendatang," katanya, Jumat (5/4/2019).
Rinaldi menjelaskan pada simulasi ini mereka membuat berbagai skenario yang didasarkan pada berbagai hal yang kemungkinan terjadi pada TPS saat pemungutan suara berlangsung. Simulasi tersebut diantaranya dengan mengelompokkan beberapa orang anggota masyarakat sebagai pemilih yang terdaftar pada DPT, DPTb dan DPK. Hasilnya, masih banyak masyarakat yang ternyata belum memahami haknya sesuai dengan status mereka tersebut.
"Kita masih menemukan ada masyarakat yang kita buat masuk DPTb misalnya, dia menganggap hanya dapat mencoblos 1 jam sebelum TPS ditutup. Padahal kan tidak demikian, pemilih yang terdata dalam DPTb sudah boleh mencoblos sejak pagi," ujarnya.
Hal-hal seperti inilah yang menurut Rinaldi akan menjadi bahan evaluasi bagi mereka dalam mensosialisasikan Pemilu 2019.
"Kami berencana untuk melakukan simulasi seperti ini ditempat lain. Tujuannya untuk memberi pemahaman yang utuh mengenai Pemilu 2019 khususnya pada saat di TPS nantinya," pungkasnya.