Sebagai politisi muda, tentu saya juga harus mengapresiasi langkah Gibran yang berani maju dalam kontestasi pilkada di kota Solo. Artinya hal ini menggambarkan bahwa sistem perpolitikan kita sudah mulai ramah terhadap anak muda Ditandai dengan terbukanya kesempatan bagi anak muda untuk memiliki panggung dalam sebuah perhelatan yang biasanya diisi oleh tokoh-tokoh politik senior. Namun perlu digarisbawahi bahwa seyogyanya Gibran yang fix akan maju dalam pilkada Solo atau Bobby yang digadang-gadang sebagai bakal calon walikota Medan harus membuktikan diri dulu bahwa mereka cukup mumpuni untuk dipilih sebagai kepala daerah baik di Solo maupun Medan Jangan hanya mengandalkan nama besar Jokowi sebagai Presiden Indonesia. Jika yang terjadi demikian, maka tentu akan menjadi preseden buruk untuk demokrasi ke depannya. Di mana ada anak atau keluarga tokoh yang maju sebagai calon kepala daerah melalui proses yang sangat instan, atau bahasa lain yang lazim digunakan seperti karbitan, tiba-tiba matang. Karena biar bagaimanapun pertaruhannya sangat besar, karena akan mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di daerah-daerah tersebut. Tentu baik buruk pengelolaan sebuah kota oleh kepala daerah akan berimbas langsung kepada masyarakat. Paling tidak ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh anak-anak muda jika ingin maju sebagai calon kepala daerah, yaitu : memiliki pemahaman yang mendalam tentang permasalahan utama pada suatu daerah, memiliki konsep yang jelas dan terukur tentang pembangunan daerah, dan salah satu yang terpenting adalah komunikasi politik yang baik dengan semua stakeholder yang ada. Beberapa hal di atas tidak bisa diperoleh dalam waktu yang singkat dan instan. Karena di sisi lain, banyak juga politisi muda yang memulai karir politiknya dari dasar, sehingga diharapkan jika sudah tiba masanya para politisi muda tersebut sudah paham betul dengan apa yang akan dikerjakannya. Selain itu, hal ini juga harus menjadi perhatian serius bagi semua parpol yang ada. Parpol seharusnya menjadi pabrik / madrasah bagi tokoh-tokoh politik yang akan berkiprah di masa yang akan datang. Sistem demokrasi kita bisa kacau jika partai politik hanya difungsikan sebagai sampan sewaan bagi siapapun yang memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk menitipkan anak dan keluarganya agar dapat maju sebagai calon kepala daerah. Mindset kita yang utama adalah urusan masyarakat, mampukah para politisi muda tersebut meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Saya rasa, kita jangan menjadikan masyarakat sebagi objek uji coba.*** Wasis Wiseso Pamungkas, S.Pt, Humas DPW PKS Sumut
Sebagai politisi muda, tentu saya juga harus mengapresiasi langkah Gibran yang berani maju dalam kontestasi pilkada di kota Solo. Artinya hal ini menggambarkan bahwa sistem perpolitikan kita sudah mulai ramah terhadap anak muda Ditandai dengan terbukanya kesempatan bagi anak muda untuk memiliki panggung dalam sebuah perhelatan yang biasanya diisi oleh tokoh-tokoh politik senior. Namun perlu digarisbawahi bahwa seyogyanya Gibran yang fix akan maju dalam pilkada Solo atau Bobby yang digadang-gadang sebagai bakal calon walikota Medan harus membuktikan diri dulu bahwa mereka cukup mumpuni untuk dipilih sebagai kepala daerah baik di Solo maupun Medan Jangan hanya mengandalkan nama besar Jokowi sebagai Presiden Indonesia. Jika yang terjadi demikian, maka tentu akan menjadi preseden buruk untuk demokrasi ke depannya. Di mana ada anak atau keluarga tokoh yang maju sebagai calon kepala daerah melalui proses yang sangat instan, atau bahasa lain yang lazim digunakan seperti karbitan, tiba-tiba matang. Karena biar bagaimanapun pertaruhannya sangat besar, karena akan mempengaruhi kehidupan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di daerah-daerah tersebut. Tentu baik buruk pengelolaan sebuah kota oleh kepala daerah akan berimbas langsung kepada masyarakat. Paling tidak ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh anak-anak muda jika ingin maju sebagai calon kepala daerah, yaitu : memiliki pemahaman yang mendalam tentang permasalahan utama pada suatu daerah, memiliki konsep yang jelas dan terukur tentang pembangunan daerah, dan salah satu yang terpenting adalah komunikasi politik yang baik dengan semua stakeholder yang ada. Beberapa hal di atas tidak bisa diperoleh dalam waktu yang singkat dan instan. Karena di sisi lain, banyak juga politisi muda yang memulai karir politiknya dari dasar, sehingga diharapkan jika sudah tiba masanya para politisi muda tersebut sudah paham betul dengan apa yang akan dikerjakannya. Selain itu, hal ini juga harus menjadi perhatian serius bagi semua parpol yang ada. Parpol seharusnya menjadi pabrik / madrasah bagi tokoh-tokoh politik yang akan berkiprah di masa yang akan datang. Sistem demokrasi kita bisa kacau jika partai politik hanya difungsikan sebagai sampan sewaan bagi siapapun yang memiliki kekuatan atau kekuasaan untuk menitipkan anak dan keluarganya agar dapat maju sebagai calon kepala daerah. Mindset kita yang utama adalah urusan masyarakat, mampukah para politisi muda tersebut meningkatkan kesejahteraan masyarakat? Saya rasa, kita jangan menjadikan masyarakat sebagi objek uji coba.*** Wasis Wiseso Pamungkas, S.Pt, Humas DPW PKS Sumut© Copyright 2024, All Rights Reserved