TULISAN ini mencoba menelusuri faktor faktor yang menyebabkan manusia sulit sekali berubah, sementara perubahan merupakan keharusan jika ingin tetap eksis di alam.
Dari penelusuran, dapat diduga beberapa faktor penyebab tentang hal itu.
Perubahan menyangkut dimensi waktu. Dalam bahasa awam (non fisika kuantum), jika bicara waktu, ada tiga episode waktu yaitu masa lalu - masa kini - masa depan. Masa lalu sudah tinggal sebagai kenangan. Masa lalu bagi sebagian orang masih diingat dalam bentuk derajat kuantitas relatif lengkap, bagi sebagian yang lain, tinggal berwujud kepingan kepingan berserakan yang tidak utuh lagi dan untuk sebagian orang lagi sudah lenyap dalam memorinya.
Masa kini sedang dijalani. Semua manusia paling akrab dengan masa kini. Informasi tentang masa kini tersedia paling lengkap, dapat diakses oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Dengan kekayaan informasi, manusia dapat relatif mudah dan lebih berani untuk mengambil keputusan. Seharusnya manusia dapat mengambil keputusan di masa kini untuk memulai perubahan, tetapi faktanya sangat sedikit yang berani dan mau melakukan hal itu.
Ternyata manusia menyadari benar bahwa keputusan untuk melakukan perubahan akan berdampak besar terhadap kehidupannya tidak hanya di masa kini, tetapi juga di masa depan. Masa depan belum terjadi, informasi tentang masa depan masih sangat minim.
Bagi sebagian besar orang, masa depan masih gelap, sulit diduga, diramal, dipastikan. Dapat dianalogikan seperti masuk ke dalam rimba belantara, lorong gelap, panjang dan berlaku liku atau mengarungi Samudera luas yang tidak bertepi.
Semua orang mengambil sikap melihat dan menunggu, membiarkan siapa saja yang punya nyali dan keberanian lebih untuk memulai langkah pertama.
Sebagian besar manusia memilih lebih baik berada di masa kini saja, menikmati status quo, kemapanan yang sedang digenggam.
Mengapa harus menempuh perjalanan yang penuh bahaya, sementara hasilnya belum dapat dipastikan, sementara tidak ada jaminan pula bahwa apa yang sudah ditangan saat ini akan tetap dimiliki. Jadi sebenarnya keengganan manusia untuk berubah disebabkan karena perubahan itu membawa konsekuensi dan implikasi luas bagi kehidupannya di masa depan.
Ciri sifat dan karakter masa depan masa depan adalah minim informasi (incomplete, unclear). Kondisi ini menimbulkan konsekuensi logis berikutnya yaitu masa depan bersifat tidak dapat diramalkan dan dipastikan (unpredictable, uncertainly).
Setelah mengetahui situasi dan kondisi demikian, bagaimana cara menembus kemandekan itu?. Golongan mapan tidak mungkin dapat diharapkan jadi pionir untuk mendobrak sekat pembatas ke masa depan.
Sejarah menunjukkan hanya kaum muda yang belum banyak beban tanggungan untuk dipertahankan, yang berani mengambil risiko , yang dapat menjadi pahlawan peradaban. Tanpa pemuda digenerasi 08 , generasi 28, generasi 45, yang berani ambil risiko ditangkap dan dipenjarakan atau bahkan dibunuh oleh pemerintah Kolonial Belanda, mungkin Indonesia hari ini belum merdeka.
Berikan jalan dan kesempatan kepada orang muda untuk melaksanakan misi mulia, untuk menciptakan perubahan dan menuliskan sejarah masa depan. Jangan pernah sekalipun memusuhi atau menganggap kaum muda sebagai ancaman bagi eksistensi kita.
Mungkin dari aspek pengetahuan dan pengalaman, generasi mapan lebih unggul, tetapi mereka punya keunggulan yang tidak akan pernah dapat diatasi oleh kaum mapan manapun , yaitu kemudaannya, yang tidak dapat ditukar dengan apapun.
Selain itu kaum muda memiliki keberanian mengambil risiko dibanding kaum mapan. Sungguh benar pesan para orang arif bijaksana, para pemuda adalah pewaris peradaban masa kini dan pencipta peradaban masa depan. [***]
© Copyright 2024, All Rights Reserved