DALAM beberapa hari terakhir sebagian besar perhatian, energi bangsa Indonesia tercurah pada sosok Setya Novanto yang diduga terkait kasus mega korupsi E-KTP.
Kehebohan terjadi tidak hanya menyangkut jumlah dana yang dikorupsi, tetapi juga oleh aksi drama/teatrikal yang dipertontonkan oleh pihak pihak yang diduga terlibat. Tulisan ini tidak membahas lebih lanjut aksi yang ramai dibicarakan, karena sudah terlalu banyak yang membahasnya.
Disini, dibahas soal besaran angka/nilai kerugian negara akibat korupsi itu dipandang dari perspektif yang berbeda dari yang dilakukan oleh BPK. Sebagai lembaga negara yang punya otoritas menghitung kerugian negara, BPK telah menetapkan angka yang cukup fantastis, Rp. 2,3 triliun.
Soal perhitungan angka kerugian dapat berbeda antara seorang dengan yang lain atau satu lembaga dengan lembaga lain, sangat tergantung kepada, asumsi, premis/postulat, perspektif, definisi, metode yang digunakan.
Dasar pemikiran
Manusia adalah salah satu hasil desain dan produk evolusi alam. Desain tersebut mengandung kelemahan yang mendasar, dan itu terlihat dari cara manusia berfikir, bersikap dan bertindakKelemahan itu dapat dirumuskan dalam pernyataan: manusia sangat waspada, cermat, awas terhadap hal-hal yang tampak jelas kelihatan, tetapi lengah, lalai, terhadap hal-hal yang tidak kelihatan.
Uraian contoh di bawah ini dapat memperjelas pernyataan di atas.
Ada sebuah pesawat jumbo jet milik suatu maskapai penerbangan mengalami kecelakaan, jatuh di laut dan menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 150 orang dan 10 orang kru pesawat dan pilot/ko pilot.
Pihak maskapai segera menghitung nilai kerugian yang diderita, dan keluarlah hasil perhitungan. Komponen biaya yang dihitung adalah harga pesawat dan uang pertanggungan asuransi jiwa dari para korban.
Sebenarnya yang dihitung baru sebagian kecil dari nilai kerugian sebenarnya. Ibarat sebuah gunung es yang terpung di laut, yang kelihatan hanya bagian puncaknya saja, yang terlihat di atas permukaan air.
Bagian terbesar dari gunung es tidak terlihat, karena berada di bawah permukaan air. Kerugian yang dihitung adalah kerugian yang teridentifikasi dan terasuransi. Ada kerugian yang lebih besar, tetapi luput dari perhitungan, dikenal sebagai kerugian yang teridentifikasi tetapi tidak terasuransi.
Kerugian itu adalah segala biaya yang dikeluarkan untuk upaya pencarian titik lokasi, upaya menemukan bangkai pesawat termasuk biaya mengangkutnya, pencarian korban dan mengevakuasinya, biaya survei, biaya riset di laboratorium untuk mencari tahu faktor penyebab kecelakaan.
Ada belasan pesawat dikerahkan, yang biaya operasional, dihitung per jam, ratusan personil yang harus dibayar dan ditanggung akomodasinya, biaya mengoperasionalkan alat alat berat untuk mengangkat bangkai pesawat.
Ada biaya riset dengan menggunakan peralatan dan instrumentasi yang canggih, membayar honor peneliti yang tidak murah.
Tidak jelas siapa yang menanggung biaya itu, yang pasti bukan perusahaan asuransi. Durasi waktu yang digunakan untuk mencari pesawat Malaysia Airlines dengan No penerbangan MH 370 lebih dari setahun dan tidak terhitung biaya yang sudah dikeluarkan.
Ternyata itu semua masih belum cukup, masih ada biaya lain yang tidak kalah besarnya yaitu kerugian yang tidak teridentifikasi dan tidak terasuransi.
Suatu maskapai penerbangan pasti telah mengeluarkan biaya besar untuk meraih pasar dan pelanggan yang dilakukan selama bertahun tahun tanpa jeda.
Upaya itu meliputi pemberian ribuan seat tiket promosi, pameran /expo di berbagai event di berbagai kota besar, iklan di berbagai media cetak, televisi/broadcast. Pasar yang telah diraih melalui kerja keras lenyap dalam sekejap, direbut oleh kompetitor tanpa usaha sama sekali.
Banyak pelanggan beralih ke maskapai pesaing. Dibutuhkan upaya keras, berbiaya mahal untuk meraih kembali kepercayaan konsumen.
Jika dihitung ulang kerugian itu jadi sangat besar, jauh melampaui angka taksiran semula.
Kerangka berfikir ini jika diterapkan pada perhitungan nilai kerugian akibat korupsi E-KTP; pasti menghasilkan angka yang lebih fantastis.
Ada jutaan warga terlambat untuk mendapat KTP baru atau KTP perpanjangan untuk berbagai keperluan. Beberapa saja yang dapat disebut misalnya, ada banyak transaksi bisnis baik besar maupun kecil terhambat karena tiadanya KTP.
Banyak kasus pengurusan dokumen BPJS yang vital bagi masyarakat, terhambat pengurusannya.
Ada jutaan pemuda yang mau mencari kerja, kehilangan kesempatan dan momentum untuk mencari rezeki.
Masih banyak lagi kerugian yang tidak dapat diuraikan satu persatu. Satu hal yang sudah pasti, angka kerugian yang ditimbulkan oleh korupsi itu pasti jauh lebih besar dari yang dihitung oleh BPK.
Kesimpulan
Hasil kajian teori evolusi memberi kita suatu perspektif baru dalam memahami suatu fenomena. Korupsi adalah suatu kejahatan luar bisa yang wajib kita perangai bersama, karena kerusakan yang ditimbulkannya luar biasa parah, sampai ke tulang sumsum. [***]
© Copyright 2024, All Rights Reserved