Politisi Demokrat, Muhri Fauzi Hafiz menyebutkan kasus 'penyerangan' yang dilakukan oleh warga kepada kelompok yang mereka sebut preman di Tanjung Lenggang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat pada 9 Januari 2019 lalu merupakan hal yang sangat membuat miris. Hal ini menjadi indikasi bahwa keresahan masyarakat terhadap keberadaan para preman tersebut sudah sangat memuncak. "Ini tidak akan terjadi jika masyarakat disana tidak merasa gusar atas keberadaan kelompok-kelompok yang mereka sebut preman tersebut," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOLSumut, Senin (20/1). Saat ini kata Muhri, penyerangan yang diawali karena kekesalan warga atas aksi para kelompok preman tersebut menyekap seorang ibu dan bayinya yang berusia 1,5 bulan menunjukkan adanya bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang oleh kelompok tersebut. "Kalau sampai menyekap ibu dan bayi, itu kan sudah tindakan kriminal. Terlepas dari apapun persoalan yang melatarbelakanginya," ujarnya. Ironisnya kata Muhri, pasca kejadian tersebut beberapa warga ditangkap polisi dan ditahan. "Aksi perusakan gubuk yang dilakukan massa itu kenapa bisa terjadi? itu pertanyaan besar. Artinya itu karena selama ini mereka merasa tidak ada lagi tempat mereka untuk mengadu. Dalam hal ini pihak kepolisian harus introspeksi diri, kenapa tidak bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat disana," pungkasnya. Diketahui kedatangan warga ke salah satu gubung tempat penyekapan seorang ibu dan anak oleh kelompok preman karena persoalan hutang piutang berujung kerusuhan di Tanjung Lenggang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat pada 9 Januari 2019 lalu. Warga yang kesal karena aksi para preman tersebut membakar gubuk dan kendaraan para preman tersebut. Beberapa warga mengaku kesal karena selama ini keberadaan para preman tersebut meresahkan mereka, sementara pengaduan kepada pihak kepolisian tidak pernah membuahkan hasil.[R]
Politisi Demokrat, Muhri Fauzi Hafiz menyebutkan kasus 'penyerangan' yang dilakukan oleh warga kepada kelompok yang mereka sebut preman di Tanjung Lenggang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat pada 9 Januari 2019 lalu merupakan hal yang sangat membuat miris. Hal ini menjadi indikasi bahwa keresahan masyarakat terhadap keberadaan para preman tersebut sudah sangat memuncak. "Ini tidak akan terjadi jika masyarakat disana tidak merasa gusar atas keberadaan kelompok-kelompok yang mereka sebut preman tersebut," katanya saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOLSumut, Senin (20/1). Saat ini kata Muhri, penyerangan yang diawali karena kekesalan warga atas aksi para kelompok preman tersebut menyekap seorang ibu dan bayinya yang berusia 1,5 bulan menunjukkan adanya bentuk-bentuk perlakuan sewenang-wenang oleh kelompok tersebut. "Kalau sampai menyekap ibu dan bayi, itu kan sudah tindakan kriminal. Terlepas dari apapun persoalan yang melatarbelakanginya," ujarnya. Ironisnya kata Muhri, pasca kejadian tersebut beberapa warga ditangkap polisi dan ditahan. "Aksi perusakan gubuk yang dilakukan massa itu kenapa bisa terjadi? itu pertanyaan besar. Artinya itu karena selama ini mereka merasa tidak ada lagi tempat mereka untuk mengadu. Dalam hal ini pihak kepolisian harus introspeksi diri, kenapa tidak bisa memberikan rasa aman kepada masyarakat disana," pungkasnya. Diketahui kedatangan warga ke salah satu gubung tempat penyekapan seorang ibu dan anak oleh kelompok preman karena persoalan hutang piutang berujung kerusuhan di Tanjung Lenggang, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat pada 9 Januari 2019 lalu. Warga yang kesal karena aksi para preman tersebut membakar gubuk dan kendaraan para preman tersebut. Beberapa warga mengaku kesal karena selama ini keberadaan para preman tersebut meresahkan mereka, sementara pengaduan kepada pihak kepolisian tidak pernah membuahkan hasil.© Copyright 2024, All Rights Reserved