Prmol] Politisasi identitas menjadi salah satu hal lumrah yang kerap dijadikan sebagai modal sosial politik jelang Pilkada. Efeknya secara langsung akan menguntungkan pihak yang memainkan isu tersebut untuk mendapatkan simpati dan suara partisipan. Demikian disampaikan Pengamat Politik Universitas Islam Sumatera Utara (UIN) Sumut, Faisa Riza menyikapi munculnya kembali isu "Mandailing bukan Batak". "Itu termasuk kebutuhan framing politik elektoral. Pemainnya akan dapatkan keuntungan dukungan dari partisipan yang terasosiasi dengan identitas yang dibangun," katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Rabu (12/2). Meski menguntungkan bagi pihak yang memainkannya. Namun menurut Faisal Riza, politisasi identitas ini juga sangat berbahaya. Sebab, hal ini akan mematikan nalar keadaban warga. "Karena watak dari politisasi identitas ini adalah mengunggulkan identitas ke"aku" an di atas yang lain, ke"kita" an di atas ke" mereka"an. Yang model ini tidak baik bagi keadaban kewargaan kita," ujarnya.[R]
Prmol] Politisasi identitas menjadi salah satu hal lumrah yang kerap dijadikan sebagai modal sosial politik jelang Pilkada. Efeknya secara langsung akan menguntungkan pihak yang memainkan isu tersebut untuk mendapatkan simpati dan suara partisipan. Demikian disampaikan Pengamat Politik Universitas Islam Sumatera Utara (UIN) Sumut, Faisa Riza menyikapi munculnya kembali isu "Mandailing bukan Batak". "Itu termasuk kebutuhan framing politik elektoral. Pemainnya akan dapatkan keuntungan dukungan dari partisipan yang terasosiasi dengan identitas yang dibangun," katanya kepada Kantor Berita RMOLSumut, Rabu (12/2). Meski menguntungkan bagi pihak yang memainkannya. Namun menurut Faisal Riza, politisasi identitas ini juga sangat berbahaya. Sebab, hal ini akan mematikan nalar keadaban warga. "Karena watak dari politisasi identitas ini adalah mengunggulkan identitas ke"aku" an di atas yang lain, ke"kita" an di atas ke" mereka"an. Yang model ini tidak baik bagi keadaban kewargaan kita," ujarnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved