Acara ditutup dengan kunjungan ke Pantai Mangrove yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai.
Abi Rekso, Sekjen Pergerakan Indonesia mengutarakan alasannya menutup acara konferensi di hutan bakau adalah mangrove tanaman yang begitu penting dalam gerakan konservasi laut dan pinggir pantai.
\"Hutan bakau, bukan saja melahirkan siklus ekosistem baru, tetapi juga membantu masyarakat nelayan dalam mencegah abrasi dan erosi. Jika tidak, masyarakat pesisir bisa tergusur karena naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim\" papar Abi Rekso.
Sutrisno selaku Ketua Serikat Nelayan Sumatera Utara dan tuan rumah penutupan Konferensi Pemuda Internasional, sangat mengapresiasi kedatangan delegasi internasional yang datang dari berbagai negara Asia Pasifik dan Eropa.
\"Tanaman bakau ini adalah benteng kehidupan kami kaum nelayan. Bakau juga mendatangkan banyak hasil laut yang bisa kita jual di pasar ikan. Selain untuk mencegah abrasi.\" papar Sutrisno.
Selama lebih dari dua puluh tahun nelayan dan dirinya mengembangkan ekosistem mangrove, sekaligus memanfaatkannya untuk wisata dan peningkatan kesejaterahaan nelayan tradisional yang hidup di pesisir pantai. Selain itu Sutrisno juga mengelola koperasi nelayan yang mendorong bentuk partisipasi masyarakat nelayan pesisir Pantai Timur Sumut.
\"Ditengah perubahan iklim, mencari ikan dilaut juga tidak mudah. Karena rute migrasi ikan yang sudah banyak berubah. Serta tidak semua nelayan memiliki kemampuan untuk membeli teknologi canggih. Kita perlu kreatif dengan mengelola aspek wisata untuk menambah pemasukan nelayan,\" tutup Sutrisno.[R]
" itemprop="description"/>Acara ditutup dengan kunjungan ke Pantai Mangrove yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai.
Abi Rekso, Sekjen Pergerakan Indonesia mengutarakan alasannya menutup acara konferensi di hutan bakau adalah mangrove tanaman yang begitu penting dalam gerakan konservasi laut dan pinggir pantai.
\"Hutan bakau, bukan saja melahirkan siklus ekosistem baru, tetapi juga membantu masyarakat nelayan dalam mencegah abrasi dan erosi. Jika tidak, masyarakat pesisir bisa tergusur karena naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim\" papar Abi Rekso.
Sutrisno selaku Ketua Serikat Nelayan Sumatera Utara dan tuan rumah penutupan Konferensi Pemuda Internasional, sangat mengapresiasi kedatangan delegasi internasional yang datang dari berbagai negara Asia Pasifik dan Eropa.
\"Tanaman bakau ini adalah benteng kehidupan kami kaum nelayan. Bakau juga mendatangkan banyak hasil laut yang bisa kita jual di pasar ikan. Selain untuk mencegah abrasi.\" papar Sutrisno.
Selama lebih dari dua puluh tahun nelayan dan dirinya mengembangkan ekosistem mangrove, sekaligus memanfaatkannya untuk wisata dan peningkatan kesejaterahaan nelayan tradisional yang hidup di pesisir pantai. Selain itu Sutrisno juga mengelola koperasi nelayan yang mendorong bentuk partisipasi masyarakat nelayan pesisir Pantai Timur Sumut.
\"Ditengah perubahan iklim, mencari ikan dilaut juga tidak mudah. Karena rute migrasi ikan yang sudah banyak berubah. Serta tidak semua nelayan memiliki kemampuan untuk membeli teknologi canggih. Kita perlu kreatif dengan mengelola aspek wisata untuk menambah pemasukan nelayan,\" tutup Sutrisno.[R]
"/>Acara ditutup dengan kunjungan ke Pantai Mangrove yang terletak di Kabupaten Serdang Bedagai.
Abi Rekso, Sekjen Pergerakan Indonesia mengutarakan alasannya menutup acara konferensi di hutan bakau adalah mangrove tanaman yang begitu penting dalam gerakan konservasi laut dan pinggir pantai.
\"Hutan bakau, bukan saja melahirkan siklus ekosistem baru, tetapi juga membantu masyarakat nelayan dalam mencegah abrasi dan erosi. Jika tidak, masyarakat pesisir bisa tergusur karena naiknya permukaan laut akibat perubahan iklim\" papar Abi Rekso.
Sutrisno selaku Ketua Serikat Nelayan Sumatera Utara dan tuan rumah penutupan Konferensi Pemuda Internasional, sangat mengapresiasi kedatangan delegasi internasional yang datang dari berbagai negara Asia Pasifik dan Eropa.
\"Tanaman bakau ini adalah benteng kehidupan kami kaum nelayan. Bakau juga mendatangkan banyak hasil laut yang bisa kita jual di pasar ikan. Selain untuk mencegah abrasi.\" papar Sutrisno.
Selama lebih dari dua puluh tahun nelayan dan dirinya mengembangkan ekosistem mangrove, sekaligus memanfaatkannya untuk wisata dan peningkatan kesejaterahaan nelayan tradisional yang hidup di pesisir pantai. Selain itu Sutrisno juga mengelola koperasi nelayan yang mendorong bentuk partisipasi masyarakat nelayan pesisir Pantai Timur Sumut.
\"Ditengah perubahan iklim, mencari ikan dilaut juga tidak mudah. Karena rute migrasi ikan yang sudah banyak berubah. Serta tidak semua nelayan memiliki kemampuan untuk membeli teknologi canggih. Kita perlu kreatif dengan mengelola aspek wisata untuk menambah pemasukan nelayan,\" tutup Sutrisno.[R]
"/>