Curah hujan tinggi sejak, Rabu (12/8/2020) dini hari membuat banyak kawasan pemukiman warga Medan tergenang, Rabu (12/8) pagi. Salah satu daerah yang parah yakni di Kawasan Raya Menteng, Medan Denai, memang cukup parah. Genangan air hingga sepinggang orang dewasa. Banjir juga terjadi di kawasan Brayan, Medan Barat. Milla Saragih (30) warga Brayan mengaku setiap musim penghujan, kini warga sekitar rumahnya terpaksa bersiap-siap menghadapi banjir. “Sejak jalan raya ditinggikan harus siap-siap banjir. Karena gang kami lebih rendah dari jalan raya. Jadi kalau hujannya lebih dari satu jam, udah pasti banjir la,” ungkapnya. Akademisi dari Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU), Ivan Indrawan menuturkan masalah banjir di Kota Medan kasuistik. Di beberapa kawasan, berbeda permasalahannya. “Ada yang sistem drainase sudah diperbaiki. Tapi drainase induknya (sungai), yang belum di normalisasi. Ada juga kasus beberapa wilayah di Medan memang cekungan-cekungan, sehingga untuk mengalirkan drainase perlu hal-hal khusus,” ungkap dia. Untuk mengatasi masalah pada daerah cekungan, sambung dia, harus membuat alur baru untuk mengalirkan ke tempat yang lebih rendah. Namun permasalahannya, untuk membuat alur baru perlu pembebasan lahan. “Itu terkadang yang sulit dilakukan pemerintah,” terangnya. Beberapa kasus, ketika suatu wilayah banjir malah jalannya didahulukan untuk ditinggikan. Sementara drainasenya belum dikerjakan. Sehingga, air yang tadinya bisa berjalan ke seberang yang membuat banjir cepat surut. Karena ada jalan muncul cekungan-cekungan baru. “Jadi memang kompleks masalahnya saat ini. Masing-masing wilayah berbeda-beda kasusnya,” ucap dia. Terkait drainase tertutup yang dibuat Pemko Medan saat ini, menurut Ivan sebenarnya langkah yang bagus, asalkan pemeliharaan rutin dilakukan. Memang, terang dia, sebenarnya drainase yang paling bagus adalah drainase terbuka. Sehingga kita bisa melihat langsung endapannya, dan bisa langsung dibersihkan. Tapi, bebernya, dengan drainase yang dibuat dalam, tentu jadi berbahaya bagi warga. Sehingga keputusan menggunakan drainase tertutup yang terbaik. “Masalahnya kalau menutup, harus sering-sering dilihat dan diberisihkan. Karena sampah, endapan kalau tidak dibersihkan akan menimbulkan masalah baru. Ini kita tidak tahu, dibersihkan rutin atau tidak drainase tersebut,” pungkasnya.[R]
Curah hujan tinggi sejak, Rabu (12/8/2020) dini hari membuat banyak kawasan pemukiman warga Medan tergenang, Rabu (12/8) pagi. Salah satu daerah yang parah yakni di Kawasan Raya Menteng, Medan Denai, memang cukup parah. Genangan air hingga sepinggang orang dewasa. Banjir juga terjadi di kawasan Brayan, Medan Barat. Milla Saragih (30) warga Brayan mengaku setiap musim penghujan, kini warga sekitar rumahnya terpaksa bersiap-siap menghadapi banjir. “Sejak jalan raya ditinggikan harus siap-siap banjir. Karena gang kami lebih rendah dari jalan raya. Jadi kalau hujannya lebih dari satu jam, udah pasti banjir la,” ungkapnya. Akademisi dari Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara (USU), Ivan Indrawan menuturkan masalah banjir di Kota Medan kasuistik. Di beberapa kawasan, berbeda permasalahannya. “Ada yang sistem drainase sudah diperbaiki. Tapi drainase induknya (sungai), yang belum di normalisasi. Ada juga kasus beberapa wilayah di Medan memang cekungan-cekungan, sehingga untuk mengalirkan drainase perlu hal-hal khusus,” ungkap dia. Untuk mengatasi masalah pada daerah cekungan, sambung dia, harus membuat alur baru untuk mengalirkan ke tempat yang lebih rendah. Namun permasalahannya, untuk membuat alur baru perlu pembebasan lahan. “Itu terkadang yang sulit dilakukan pemerintah,” terangnya. Beberapa kasus, ketika suatu wilayah banjir malah jalannya didahulukan untuk ditinggikan. Sementara drainasenya belum dikerjakan. Sehingga, air yang tadinya bisa berjalan ke seberang yang membuat banjir cepat surut. Karena ada jalan muncul cekungan-cekungan baru. “Jadi memang kompleks masalahnya saat ini. Masing-masing wilayah berbeda-beda kasusnya,” ucap dia. Terkait drainase tertutup yang dibuat Pemko Medan saat ini, menurut Ivan sebenarnya langkah yang bagus, asalkan pemeliharaan rutin dilakukan. Memang, terang dia, sebenarnya drainase yang paling bagus adalah drainase terbuka. Sehingga kita bisa melihat langsung endapannya, dan bisa langsung dibersihkan. Tapi, bebernya, dengan drainase yang dibuat dalam, tentu jadi berbahaya bagi warga. Sehingga keputusan menggunakan drainase tertutup yang terbaik. “Masalahnya kalau menutup, harus sering-sering dilihat dan diberisihkan. Karena sampah, endapan kalau tidak dibersihkan akan menimbulkan masalah baru. Ini kita tidak tahu, dibersihkan rutin atau tidak drainase tersebut,” pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved