Tarian kreasi daerah yang dimainkan para penari dari berbagai kabupaten/kota se-Sumut, Riau, Aceh, dan Sumbar menyemarakkan Medan Dance Collaboration Festival yang diselanggarakan Ikatan Sanggar Tari Medan (Istarmed), Jumat (9/9) di Panggung Keong Kompleks PRSU Medan.
Dengan tataan lampu dan artistik panggung yang apik, pergelaran yang dijadwalkan berlangsung dua hari serta didukung penuh Dinas Kebudayaan Medan ini berhasil memukau dan menahan ratusan penonton hingga pertunjukan malam pertama itu usai.
Pergelaran yang dibuka oleh Wali Kota Medan Bobby Nasution diwakili Kadis Kebudayaan Kota Medan O.K. Zulfi ini diawali dengan tarian kolosal yang dimainkan secara kolaboratif oleh seluruh penari dari berbagai daerah itu. Para penari dengan busana khas tradisi secara bersama-sama menarikan seluruh tarian etnis di Sumatra Utara, juga Aceh, Riau, dan Sumbar. Tarian tersebut berhasil melukiskan keindahan kolaborasi antartarian tradisi tanpa menanggalkan identitas masing-masing daerah.
Setelah awal yang menggelegar, panggung pun penuh warna dengan penampilan masing-masing daerah, antara lain dengan Sanggar Permata Tanjungpura dengan tari "Joget Pucuk Pisang", Sanggar Aditya Karo dengan "Mbuah Page", Lembaga Pendidikan Seni Semenda dengan "Tor-tor Honma", Lembaga Kesenian Bunga Tanjung Deliserdang dengan "Tarian Bermain", Sanggar Melati Suci Binjai dengan "Zapin Ceracap", Istarmed dengan "Ketabo".
Sanggar Titian Akar yang tampil pada malam pertama ini juga tidak mau kalah dengan penampilan sanggar-sanggar di Sumut. Dengan gerak harmonis mereka menyajikan "Tari Piring Badarai". Tidak kalah menarik dan mengundang tepukan penonton adalah sajian dari Sanggar Poh Cakra Aceh yang membawakan "Rapai Geleng" dengan penuh totalitas dan kepaduan yang utuh.
Saat membacakan sambutan tertulis Wali Kota Medan Bobby Nasution, Kadis Kebudayaan menyampaikan, Kota Medan cukup beruntung karena dikarunia keindahan perbedaan yang memperkaya ragam bentuk seni tari di kota ini.
"Banyaknya suku bangsa dan etnis yang mendiami Kota Medan membuat budayanya pun turut berwarna," sebutnya.
Dia mengharapkan, kegiatan ini akan makin memperkaya wawasan serta menumbuhkan kecintaan kalangan muda akan khazanah kekayaan tari di tanah air.
"Tugas kita bersamalah untuk tetap menjaga agar musik dan tari tradisional Indonesia tidak lekang ditelan zaman," ungkapnya dan menyebutkan Medan Dance Collaboration Festival ini merupakan momen mempererat dan memperkuat ikatan persaudaraan dan persatuan.
Sebelumnya Ketua Istarmed, Erwansyah Arifin melaporkan, kegiatan ini berlangsung selama dua hari yakni 9 sampai dengan 10 September dengan mengusung semangat kolaborasi antardaerah.
"Karena itu, panggung perhelatan ini tidak hanya menampilkan penari Medan, namun juga kabupaten/kota di Sumatra Utara serta tiga provinsi lain yakni Sumbar, Aceh, dan Riau. Para penari ini berkolaborasi menyajikan keindahan tari kreasi daerah masing-masing," ujarnya.
Selain memberikan wadah ekspresi bagi seniman tari, Erwan mengatakan, perhelatan ini juga merupakan upaya untuk melestarikan kesenian daerah serta memupuk rasa kecintaan generasi muda terhadap budaya daerah.
"Kita berharap, nilai-nilai kearifan lokal yang juga terdapat dalam karya seni dapat kita manfaatkan dalam menghadapi era keterbukaan saat ini," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved