Tingkat pengetahuian masyarakat terkait pentingnya protokol kesehatan dalam rangka mencegah penularan covid-19 ternyata masih sangat rendah di Kota Medan. Hal ini diungkapkan Prof dr Tamsil Syafiuddin dalam Seminar Online Sumut 'Menghadapi New Normal' yang digagas Pemprov Sumut dan diikuti para pakar dari kalangan akademisi, Selasa (2/6). Ia mengaku telah melakukan penelitian di kerumunan pasar tradisional yang sampelnya diambil di Pasar Halat dan Pasar Petisah. "Saya telah melakukan penelitian sederhana tentang Covid-19, hasilnya 81 % masyarakat menjawab tidak tahu tentang apa itu protokol kesehatan," tambahnya. Tamsil Syaifuddin menjelaskan bahwa jika dipandang dari aspek kesehatan Covid-19 ini dikategorikan menjadi dua sisi yakni sebagai penyakit atau sebagai wabah. "Covid-19 dipandang sebagai penyakit berarti langkah kita sudah tepat untuk menyiapkan rumah sakit, ruang isolasi dan tenaga medis. Kemudian bila dipandang sebagai wabah, maka yang harus difokuskan adalah Orang Tanpa Gejala dan Orang Dalam Pemantauan untuk memutus mata rantai penyebaranya," terangnya. Saat ini kata dokter spesialis paru ini, terdapat masalah besar terkait upaya menekan tingginya angka penularan virus tersebut. Masalah ini yakni 'budaya sadar' masyarakat yang masih rendah yang disebutnya dengan istilah very low social culture. Salah satu indikasinya yakni sikap tidak peduli terhadap anjuran protokol kesehatan dari pemerintah. "Saat ini masalah yang kita hadapi adalah masyarakat yang very low social culture. Di Jepang orang menggunakan masker agar tidak terkena orang lain, itu high sosial culture, tapi kita malah tidak peduli," pungkasnya.[R]
Tingkat pengetahuian masyarakat terkait pentingnya protokol kesehatan dalam rangka mencegah penularan covid-19 ternyata masih sangat rendah di Kota Medan. Hal ini diungkapkan Prof dr Tamsil Syafiuddin dalam Seminar Online Sumut 'Menghadapi New Normal' yang digagas Pemprov Sumut dan diikuti para pakar dari kalangan akademisi, Selasa (2/6). Ia mengaku telah melakukan penelitian di kerumunan pasar tradisional yang sampelnya diambil di Pasar Halat dan Pasar Petisah. "Saya telah melakukan penelitian sederhana tentang Covid-19, hasilnya 81 % masyarakat menjawab tidak tahu tentang apa itu protokol kesehatan," tambahnya. Tamsil Syaifuddin menjelaskan bahwa jika dipandang dari aspek kesehatan Covid-19 ini dikategorikan menjadi dua sisi yakni sebagai penyakit atau sebagai wabah. "Covid-19 dipandang sebagai penyakit berarti langkah kita sudah tepat untuk menyiapkan rumah sakit, ruang isolasi dan tenaga medis. Kemudian bila dipandang sebagai wabah, maka yang harus difokuskan adalah Orang Tanpa Gejala dan Orang Dalam Pemantauan untuk memutus mata rantai penyebaranya," terangnya. Saat ini kata dokter spesialis paru ini, terdapat masalah besar terkait upaya menekan tingginya angka penularan virus tersebut. Masalah ini yakni 'budaya sadar' masyarakat yang masih rendah yang disebutnya dengan istilah very low social culture. Salah satu indikasinya yakni sikap tidak peduli terhadap anjuran protokol kesehatan dari pemerintah. "Saat ini masalah yang kita hadapi adalah masyarakat yang very low social culture. Di Jepang orang menggunakan masker agar tidak terkena orang lain, itu high sosial culture, tapi kita malah tidak peduli," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved