Akan tetapi kata Nazir, anggapan itu tidaklah sepenuhnya tepat. Sebab, dinamika politik ditingkat pusat dan daerah kerap tidak berlangsung secara linear. Artinya, kebijakan politik yang diambil ditingkat daerah tidak selalu sejalan dengan peta politik yang berlangsung ditingkat pusat.
\"Kita bisa melihat hal seperti itu lewat pengalaman pada beberapa pilkada sebelumnya. Di Pilkada Pematang Siantar 2015 misalnya, tidak ada yang menyangka bahwa PDI Perjuangan dan PKS justru berkoalisi,\" ujarnya.
Secara khusus di Kota Medan, Nazir mengatakan pertemuan Prabowo-Jokowi tidak akan memberikan berpengaruh besar pada peta politik Pilkada Medan 2020. Sebab, berdasarkan pengalaman pada Pilkada Medan hal yang pertama dilihat oleh masyarakat adalah faktor ketokohan seseorang. Popularitasnya ditengah masyarakat dan berbagai aspek lain yang mendukung pencalonannya, menjadi hal yang lebih diperhatikan dibanding \'perahu parpol\' yang digunakan.
\"Artinya kekecewaan atas pertemuan tersebut tidak langsung membuat masyarakat tidak akan mendukung sosok yang diusung Gerindra. Belum tentu. Apalagi misalnya, Gerindra mampu mengkomunikasikan kebijakan politik mereka dibalik pertemuan tersebut kepada masyarakat. Pasti tidak akan berdampak,\" demikian Nazir Salim Manik. " itemprop="description"/>
Akan tetapi kata Nazir, anggapan itu tidaklah sepenuhnya tepat. Sebab, dinamika politik ditingkat pusat dan daerah kerap tidak berlangsung secara linear. Artinya, kebijakan politik yang diambil ditingkat daerah tidak selalu sejalan dengan peta politik yang berlangsung ditingkat pusat.
\"Kita bisa melihat hal seperti itu lewat pengalaman pada beberapa pilkada sebelumnya. Di Pilkada Pematang Siantar 2015 misalnya, tidak ada yang menyangka bahwa PDI Perjuangan dan PKS justru berkoalisi,\" ujarnya.
Secara khusus di Kota Medan, Nazir mengatakan pertemuan Prabowo-Jokowi tidak akan memberikan berpengaruh besar pada peta politik Pilkada Medan 2020. Sebab, berdasarkan pengalaman pada Pilkada Medan hal yang pertama dilihat oleh masyarakat adalah faktor ketokohan seseorang. Popularitasnya ditengah masyarakat dan berbagai aspek lain yang mendukung pencalonannya, menjadi hal yang lebih diperhatikan dibanding \'perahu parpol\' yang digunakan.
\"Artinya kekecewaan atas pertemuan tersebut tidak langsung membuat masyarakat tidak akan mendukung sosok yang diusung Gerindra. Belum tentu. Apalagi misalnya, Gerindra mampu mengkomunikasikan kebijakan politik mereka dibalik pertemuan tersebut kepada masyarakat. Pasti tidak akan berdampak,\" demikian Nazir Salim Manik. "/>
Akan tetapi kata Nazir, anggapan itu tidaklah sepenuhnya tepat. Sebab, dinamika politik ditingkat pusat dan daerah kerap tidak berlangsung secara linear. Artinya, kebijakan politik yang diambil ditingkat daerah tidak selalu sejalan dengan peta politik yang berlangsung ditingkat pusat.
\"Kita bisa melihat hal seperti itu lewat pengalaman pada beberapa pilkada sebelumnya. Di Pilkada Pematang Siantar 2015 misalnya, tidak ada yang menyangka bahwa PDI Perjuangan dan PKS justru berkoalisi,\" ujarnya.
Secara khusus di Kota Medan, Nazir mengatakan pertemuan Prabowo-Jokowi tidak akan memberikan berpengaruh besar pada peta politik Pilkada Medan 2020. Sebab, berdasarkan pengalaman pada Pilkada Medan hal yang pertama dilihat oleh masyarakat adalah faktor ketokohan seseorang. Popularitasnya ditengah masyarakat dan berbagai aspek lain yang mendukung pencalonannya, menjadi hal yang lebih diperhatikan dibanding \'perahu parpol\' yang digunakan.
\"Artinya kekecewaan atas pertemuan tersebut tidak langsung membuat masyarakat tidak akan mendukung sosok yang diusung Gerindra. Belum tentu. Apalagi misalnya, Gerindra mampu mengkomunikasikan kebijakan politik mereka dibalik pertemuan tersebut kepada masyarakat. Pasti tidak akan berdampak,\" demikian Nazir Salim Manik. "/>
Pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo masih terus menjadi perbincangan hingga hari ini. Bentuk-bentuk kekecewaan pihak-pihak yang tidak menginginkan adanya pertemuan tersebut bahkan dikaitkan dengan agenda politik lain seperti pilkada serentak 2020 yang akan berlangsung pada 270 daerah di Indonesia.
"Dari sisi politik, wacana ini oleh sebagian kalangan dinilai menjadi 'barang bagus' untuk menghancurkan Gerindra di Pilkada Medan 2020," kata Direktur Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Sumut, Nazir Salim Manik, Rabu (17/7/2019).
Akan tetapi kata Nazir, anggapan itu tidaklah sepenuhnya tepat. Sebab, dinamika politik ditingkat pusat dan daerah kerap tidak berlangsung secara linear. Artinya, kebijakan politik yang diambil ditingkat daerah tidak selalu sejalan dengan peta politik yang berlangsung ditingkat pusat.
"Kita bisa melihat hal seperti itu lewat pengalaman pada beberapa pilkada sebelumnya. Di Pilkada Pematang Siantar 2015 misalnya, tidak ada yang menyangka bahwa PDI Perjuangan dan PKS justru berkoalisi," ujarnya.
Secara khusus di Kota Medan, Nazir mengatakan pertemuan Prabowo-Jokowi tidak akan memberikan berpengaruh besar pada peta politik Pilkada Medan 2020. Sebab, berdasarkan pengalaman pada Pilkada Medan hal yang pertama dilihat oleh masyarakat adalah faktor ketokohan seseorang. Popularitasnya ditengah masyarakat dan berbagai aspek lain yang mendukung pencalonannya, menjadi hal yang lebih diperhatikan dibanding 'perahu parpol' yang digunakan.
"Artinya kekecewaan atas pertemuan tersebut tidak langsung membuat masyarakat tidak akan mendukung sosok yang diusung Gerindra. Belum tentu. Apalagi misalnya, Gerindra mampu mengkomunikasikan kebijakan politik mereka dibalik pertemuan tersebut kepada masyarakat. Pasti tidak akan berdampak," demikian Nazir Salim Manik.
Pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo masih terus menjadi perbincangan hingga hari ini. Bentuk-bentuk kekecewaan pihak-pihak yang tidak menginginkan adanya pertemuan tersebut bahkan dikaitkan dengan agenda politik lain seperti pilkada serentak 2020 yang akan berlangsung pada 270 daerah di Indonesia.
"Dari sisi politik, wacana ini oleh sebagian kalangan dinilai menjadi 'barang bagus' untuk menghancurkan Gerindra di Pilkada Medan 2020," kata Direktur Jaringan Demokrasi Indonesia (JaDI) Sumut, Nazir Salim Manik, Rabu (17/7/2019).
Akan tetapi kata Nazir, anggapan itu tidaklah sepenuhnya tepat. Sebab, dinamika politik ditingkat pusat dan daerah kerap tidak berlangsung secara linear. Artinya, kebijakan politik yang diambil ditingkat daerah tidak selalu sejalan dengan peta politik yang berlangsung ditingkat pusat.
"Kita bisa melihat hal seperti itu lewat pengalaman pada beberapa pilkada sebelumnya. Di Pilkada Pematang Siantar 2015 misalnya, tidak ada yang menyangka bahwa PDI Perjuangan dan PKS justru berkoalisi," ujarnya.
Secara khusus di Kota Medan, Nazir mengatakan pertemuan Prabowo-Jokowi tidak akan memberikan berpengaruh besar pada peta politik Pilkada Medan 2020. Sebab, berdasarkan pengalaman pada Pilkada Medan hal yang pertama dilihat oleh masyarakat adalah faktor ketokohan seseorang. Popularitasnya ditengah masyarakat dan berbagai aspek lain yang mendukung pencalonannya, menjadi hal yang lebih diperhatikan dibanding 'perahu parpol' yang digunakan.
"Artinya kekecewaan atas pertemuan tersebut tidak langsung membuat masyarakat tidak akan mendukung sosok yang diusung Gerindra. Belum tentu. Apalagi misalnya, Gerindra mampu mengkomunikasikan kebijakan politik mereka dibalik pertemuan tersebut kepada masyarakat. Pasti tidak akan berdampak," demikian Nazir Salim Manik.