Pertumbuhan perekonomian disinyalir ikut menyumbang kerusakan alam. Alam dieksploitasi untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya yang berujung pada hilangnya keseimbangan ekologi. Padahal sebenarnya anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, ekonomi dan ekologi bisa berjalan beriringan. Hal ini disampaikan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi melalui Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumut R Sabrina saat menjadi salah satu narasumber pada Webinar secara live melalui aplikasi zoom, Selasa (23/6), dari Ruang Sumut Smart Province, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan. "Saya orang yang berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ekologi itu tidak berseberangan, tapi bisa selaras. Semua tergantung manusia yang melakukan pengelolaan serta ada prinsip-prinsip maupun strategi yang perlu dilaksanakan agar keselarasan tersebut bisa tercapai," ucap Sabrina. Strategi yang dimaksud, lanjut Sabrina, adalah adanya regulasi yang tegas untuk mengatur pengelompokan kawasan-kawasan tertentu yang penting untuk dilindungi atau sebaliknya kawasan yang diperuntukkan untuk aktivitas pangan. Namun menurutnya, regulasi saja tidak cukup. "Selanjutnya, perlu edukasi di tengah masyarakat, khususnya yang menjalankan dunia usaha agar memahami prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Melalui edukasi, manusia harus disadarkan bagaimana memperlakukan alam sesuai dengan bagaimana dirinya menginginkan alam memberi manfaat dalam jangka panjang. Bagaimana pun, kita sebagai manusia harus sadar tak bisa hidup tanpa alam," pesannya. Kepentingan untuk menjaga keseimbangan ekologis, sebut Sabrina, merupakan salah satu prioritas dalam visi misi Sumut Bermartabat, yakni bermartabat dalam lingkungan ditandai dengan ekologinya terjaga, alam yang bersih dan indah, penduduk ramah, berbudaya, berkeprimanusiaan dan beradab.[R]
Pertumbuhan perekonomian disinyalir ikut menyumbang kerusakan alam. Alam dieksploitasi untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya yang berujung pada hilangnya keseimbangan ekologi. Padahal sebenarnya anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar, ekonomi dan ekologi bisa berjalan beriringan. Hal ini disampaikan Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Edy Rahmayadi melalui Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Sumut R Sabrina saat menjadi salah satu narasumber pada Webinar secara live melalui aplikasi zoom, Selasa (23/6), dari Ruang Sumut Smart Province, Kantor Gubernur Sumut, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30 Medan. "Saya orang yang berkeyakinan bahwa pertumbuhan ekonomi dan ekologi itu tidak berseberangan, tapi bisa selaras. Semua tergantung manusia yang melakukan pengelolaan serta ada prinsip-prinsip maupun strategi yang perlu dilaksanakan agar keselarasan tersebut bisa tercapai," ucap Sabrina. Strategi yang dimaksud, lanjut Sabrina, adalah adanya regulasi yang tegas untuk mengatur pengelompokan kawasan-kawasan tertentu yang penting untuk dilindungi atau sebaliknya kawasan yang diperuntukkan untuk aktivitas pangan. Namun menurutnya, regulasi saja tidak cukup. "Selanjutnya, perlu edukasi di tengah masyarakat, khususnya yang menjalankan dunia usaha agar memahami prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Melalui edukasi, manusia harus disadarkan bagaimana memperlakukan alam sesuai dengan bagaimana dirinya menginginkan alam memberi manfaat dalam jangka panjang. Bagaimana pun, kita sebagai manusia harus sadar tak bisa hidup tanpa alam," pesannya. Kepentingan untuk menjaga keseimbangan ekologis, sebut Sabrina, merupakan salah satu prioritas dalam visi misi Sumut Bermartabat, yakni bermartabat dalam lingkungan ditandai dengan ekologinya terjaga, alam yang bersih dan indah, penduduk ramah, berbudaya, berkeprimanusiaan dan beradab.© Copyright 2024, All Rights Reserved