Menjelang pilkada Medan 2020, setelah beberapa nama seperti Ihwan Ritonga, Boby Nasution, Salman Alfarisi, dan Akhyar yang berpotensi didukung oleh parpol yang memiliki kursi di DPRD Kota Medan, kini muncul nama-nama baru yang belakangan menyatakan siap maju melalui jalur independen. Seperti yang telah beredar di sosial media, ada dua tokoh yang mendeklarasikan dirinya sebagai paslon independen. Mereka mengklaim didukung oleh kalangan ormas-ormas Islam yang ada di kota medan. Saat ini banyak sumber mengatakan bahwa mereka serius untuk maju. Dibuktikan dengan adanya upaya pengumpulan dukungan dari masyarakat berupa pernyataan dan KTP sebagai syarat maju menjadi paslon walikota-wakil walikota dari jalur independen. Menanggapi hal tersebut, Wasis Wiseso selaku peneliti Indekstat Indonesia menilai bahwa hal tersebut merupakan dinamika politik yang baik. "Kalau ada bakal paslon yang maju lewat jalur independen, berarti masyarakat Medan antusias dalam menghadapi pemilu. Masyarakat merasa perlu untuk terjun langsung dalam menetukan kemajuan Kota Medan", ujarnya kepada RMOLSumut, Kamis (20/2/2020). Menurut Wasis, bahwa calon independen ini harus melebarkan ceruk dukungan dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari kalangan ummat Islam saja dan tidak terlalu mengedepankan politik identitas dalam menggalang dukungan. “Medankan kota besar, tentu masalah yang dihadapi juga sangat kompleks. Bayangkan saja, APBD kota Medan besar lho jumlahnya dari tahun ke tahun, namun belum berimbas positif pada Indeks Pembangunan Manusianya". Menurutnya, saat ini jika dilihat dari data yang disajikan oleh BPS, nilai IPM Medan masih di bawah kota Banda Aceh, kota Padang, dan Kota Pekanbaru di wilayah pulau Sumatera, padahal jumlah APBD kota-kota tersebut masih di bawah APBD kota Medan. "Jika dibandingkan dengan Kota besar lain di Indonesia, IPM kota Medan masih di bawah kota Surabaya, Kota Makassar, dan Kota Bandung. Artinya kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, nilai IPM nya masih di bawah kota-kota besar lainnya”, paparnya. Wasis menerangkan bahwa, data-data yang ada saat ini menunjukkan bahwa pembangunan kota Medan perlu banyak pembenahan di sana-sini. Hal itu tentu menjadi PR besar bagi semua pasangan yang akan maju dalam perhelatan Pilkada Kota Medan tahun 2020 ini. “Seharusnya para calon yang akan bertarung nanti sudah mulai memperdalam lagi permasalahan-permasalahan utama yang menghambat pembangunan kota Medan. Setelah itu mulailah merumuskan gagasan dan melemparkannya pada masyarakat. Biar masyarakat sendiri yang menilai siapa yang pantas untuk memimpin kota Medan di periode berikutnya", ujarnya. Lebih lanjut Wasis berpendapat bahwa saat ini politik identitas sudah kurang relevan sebagai strategi pemenangan pilkada. “Lebih baik kita mulai beralih ke politik gagasan. Silahkan semua calon mengemukakan gagasannya untuk kota Medan. Karena dari nama-nama yang berkembang di masyarakat hampir semua beragama Islam. Jelas identitasnya sama-sama Islam. Nah kalau sudah begitu, tinggal dilihat di antara calon yang berkembang gagasan mana yang paling baik untuk mendatangkan mashlahat bagi warga kota Medan. Kemashlahatan bersama kan juga merupakan satu isu keummatan yang harus diperjuangkan”, ujarnya. Terakhir yang tak kalah penting menurut Wasis adalah, bagaimana sebetulnya antusiasme masyarakat kota medan dalam perhelatan pilkada ini dapat menghadirkan pemimpin yang benar-benar berkompeten dalam mengatasi masalah-masalah Kota Medan. Selain itu masyarakat Medan tetap guyub satu sama lain. “Kota Medan ini adalah tipe kota dengan keheterogenitasan yang tinggi, masyarakatnya amat plural. Sehingga memerlukan pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan semua golongan. Harapannya tidak hanya mengedepankan politik identitas, namun lebih concern terhadap esensi atau substansi identitas yang melekat dalam wujud gagasan-gagasan”, demikian Wasis. [R]
Menjelang pilkada Medan 2020, setelah beberapa nama seperti Ihwan Ritonga, Boby Nasution, Salman Alfarisi, dan Akhyar yang berpotensi didukung oleh parpol yang memiliki kursi di DPRD Kota Medan, kini muncul nama-nama baru yang belakangan menyatakan siap maju melalui jalur independen. Seperti yang telah beredar di sosial media, ada dua tokoh yang mendeklarasikan dirinya sebagai paslon independen. Mereka mengklaim didukung oleh kalangan ormas-ormas Islam yang ada di kota medan. Saat ini banyak sumber mengatakan bahwa mereka serius untuk maju. Dibuktikan dengan adanya upaya pengumpulan dukungan dari masyarakat berupa pernyataan dan KTP sebagai syarat maju menjadi paslon walikota-wakil walikota dari jalur independen. Menanggapi hal tersebut, Wasis Wiseso selaku peneliti Indekstat Indonesia menilai bahwa hal tersebut merupakan dinamika politik yang baik. "Kalau ada bakal paslon yang maju lewat jalur independen, berarti masyarakat Medan antusias dalam menghadapi pemilu. Masyarakat merasa perlu untuk terjun langsung dalam menetukan kemajuan Kota Medan", ujarnya kepada RMOLSumut, Kamis (20/2/2020). Menurut Wasis, bahwa calon independen ini harus melebarkan ceruk dukungan dari berbagai kalangan. Tidak hanya dari kalangan ummat Islam saja dan tidak terlalu mengedepankan politik identitas dalam menggalang dukungan. “Medankan kota besar, tentu masalah yang dihadapi juga sangat kompleks. Bayangkan saja, APBD kota Medan besar lho jumlahnya dari tahun ke tahun, namun belum berimbas positif pada Indeks Pembangunan Manusianya". Menurutnya, saat ini jika dilihat dari data yang disajikan oleh BPS, nilai IPM Medan masih di bawah kota Banda Aceh, kota Padang, dan Kota Pekanbaru di wilayah pulau Sumatera, padahal jumlah APBD kota-kota tersebut masih di bawah APBD kota Medan. "Jika dibandingkan dengan Kota besar lain di Indonesia, IPM kota Medan masih di bawah kota Surabaya, Kota Makassar, dan Kota Bandung. Artinya kota Medan sebagai kota terbesar ketiga di Indonesia, nilai IPM nya masih di bawah kota-kota besar lainnya”, paparnya. Wasis menerangkan bahwa, data-data yang ada saat ini menunjukkan bahwa pembangunan kota Medan perlu banyak pembenahan di sana-sini. Hal itu tentu menjadi PR besar bagi semua pasangan yang akan maju dalam perhelatan Pilkada Kota Medan tahun 2020 ini. “Seharusnya para calon yang akan bertarung nanti sudah mulai memperdalam lagi permasalahan-permasalahan utama yang menghambat pembangunan kota Medan. Setelah itu mulailah merumuskan gagasan dan melemparkannya pada masyarakat. Biar masyarakat sendiri yang menilai siapa yang pantas untuk memimpin kota Medan di periode berikutnya", ujarnya. Lebih lanjut Wasis berpendapat bahwa saat ini politik identitas sudah kurang relevan sebagai strategi pemenangan pilkada. “Lebih baik kita mulai beralih ke politik gagasan. Silahkan semua calon mengemukakan gagasannya untuk kota Medan. Karena dari nama-nama yang berkembang di masyarakat hampir semua beragama Islam. Jelas identitasnya sama-sama Islam. Nah kalau sudah begitu, tinggal dilihat di antara calon yang berkembang gagasan mana yang paling baik untuk mendatangkan mashlahat bagi warga kota Medan. Kemashlahatan bersama kan juga merupakan satu isu keummatan yang harus diperjuangkan”, ujarnya. Terakhir yang tak kalah penting menurut Wasis adalah, bagaimana sebetulnya antusiasme masyarakat kota medan dalam perhelatan pilkada ini dapat menghadirkan pemimpin yang benar-benar berkompeten dalam mengatasi masalah-masalah Kota Medan. Selain itu masyarakat Medan tetap guyub satu sama lain. “Kota Medan ini adalah tipe kota dengan keheterogenitasan yang tinggi, masyarakatnya amat plural. Sehingga memerlukan pemimpin yang mampu berkomunikasi dengan semua golongan. Harapannya tidak hanya mengedepankan politik identitas, namun lebih concern terhadap esensi atau substansi identitas yang melekat dalam wujud gagasan-gagasan”, demikian Wasis.© Copyright 2024, All Rights Reserved