Meski dari sisi kuantitas suara sangat banyak, akan tetapi kalangan nelayan dan petani hingga saat ini masih belum menjadi perhatian utama dalam dalam ranah perpolitikan. Berbeda dengan beberapa kalangan lain seperti kaum milenial, tokoh-tokoh agama maupun kalangan buruh. Direktur Lingkar Madani , Ray Rangkuti mengatakan kondisi ini terjadi karena mereka tidak dianggap menjadi bagian dari basis politik yang kuat. "Nelayan dan petani tidak menarik karena tidak menjadi basis politik yang kuat, sehingga memang tidak diperhatikan," katanya dalam diskusi virtual "Pilkada 2020 peluang dan tantangan bagi nelayan dan masyarakat pesisir" yang digelar oleh kantor berita politik RMOL, Selasa (15/9). Kondisi ini kata Ray membuat kepentingan para elit politik terhadap kalangan petani dan nelayan hanya pada tataran kebutuhan sesaat saja seperti pada momen Pilkada. Sedangkan untuk kebijakan politik yang bertujuan untuk kesejahteraan nelayan dan petani, sama sekali tidak akan terwujud. "Maka dari itu, sangat penting agar nelayan dan petani itu meniru kelompok buruh. Kenapa kelompok buruh selalu jadi perbincangan politik, karena solid pengorganisasiannya dan keberanian mereka masuk dalam ranah politik. Mereka berani berdialog, mengadvokasi kebijakan. Intinya mereka tidak menjauhkan politik dari diri mereka," ungkapnya. Ditegaskan Ray, perubahan menyeluruh hanya dimungkinkan lewat kebijakan politik. Termasuk perubahan untuk kesejahteraan petani dan nelayan. Karena itu ikut menguasai politik dalam konteks pilkada menjadi sebuah keharusan. "Makanya kalau bisa nelayan dan petani merangsek masuk. Kalau mereka melakukan itu, mau tidak mau mereka akan mendapat perhatian secara politik," demikian Ray Rangkuti.[R]
Meski dari sisi kuantitas suara sangat banyak, akan tetapi kalangan nelayan dan petani hingga saat ini masih belum menjadi perhatian utama dalam dalam ranah perpolitikan. Berbeda dengan beberapa kalangan lain seperti kaum milenial, tokoh-tokoh agama maupun kalangan buruh. Direktur Lingkar Madani , Ray Rangkuti mengatakan kondisi ini terjadi karena mereka tidak dianggap menjadi bagian dari basis politik yang kuat. "Nelayan dan petani tidak menarik karena tidak menjadi basis politik yang kuat, sehingga memang tidak diperhatikan," katanya dalam diskusi virtual "Pilkada 2020 peluang dan tantangan bagi nelayan dan masyarakat pesisir" yang digelar oleh kantor berita politik RMOL, Selasa (15/9). Kondisi ini kata Ray membuat kepentingan para elit politik terhadap kalangan petani dan nelayan hanya pada tataran kebutuhan sesaat saja seperti pada momen Pilkada. Sedangkan untuk kebijakan politik yang bertujuan untuk kesejahteraan nelayan dan petani, sama sekali tidak akan terwujud. "Maka dari itu, sangat penting agar nelayan dan petani itu meniru kelompok buruh. Kenapa kelompok buruh selalu jadi perbincangan politik, karena solid pengorganisasiannya dan keberanian mereka masuk dalam ranah politik. Mereka berani berdialog, mengadvokasi kebijakan. Intinya mereka tidak menjauhkan politik dari diri mereka," ungkapnya. Ditegaskan Ray, perubahan menyeluruh hanya dimungkinkan lewat kebijakan politik. Termasuk perubahan untuk kesejahteraan petani dan nelayan. Karena itu ikut menguasai politik dalam konteks pilkada menjadi sebuah keharusan. "Makanya kalau bisa nelayan dan petani merangsek masuk. Kalau mereka melakukan itu, mau tidak mau mereka akan mendapat perhatian secara politik," demikian Ray Rangkuti.© Copyright 2024, All Rights Reserved