Pdt Gomar mengatakan dirinya sangat miris dengan kondisi yang terjadi ditengah masyarakat pasca pencoblosan 17 April 2019 lalu. Menurutnya berbagai kepentingan elit politik tertentu sudah membuat adanya upaya-upaya menggiring masyarakat terhadap opini bahwa pemilu tersebut berlangsung dengan kecurangan. Isu-isu seperti ini menurutnya terus dihembuskan dengan harapan masyarakat akan terhasut. Padahal menurutnya, peraturan dengan jelas sudah menyediakan jalur dan mekanisme untuk menyelesaikan seluruh dugaan kecurangan.
\"Saran saya kalau betul ada kecurangan kumpulkan saja buktinya dan bawa ke MK. Sekarang ada yang memutar terus kebohongan sehingga seolah itu menjadi sebuah kebenaran. Ini demokrasi ada mekanisme dan ada lembaga bersama untuk menyalurkan dugaan kecurangan,\" ujarnya.
Menurut tokoh agama ini, persoalan ini muncul dari adanya angka-angka yang mengklaim adanya kemenangan pihak tertentu di pemilu 2019. Padahal hingga saat ini kemenangan tersebut belum dapat dipastikan mengingat hasilnya baru diumumkan 22 Mei 2019 mendatang. Ia yakin, jika tidak terus dihasut, maka masyarakat sudah mampu menerima hasil pemilu 2019.
\"Mereka datang ke TPS karena percaya kepada penyelenggara pemilu, jadi kita tunggu saja hasil resminya. Yang belum terima kekalahan saran saya, bersabarlah, 5 tahun lagi untuk ajukan calon,\" pungkasnya.[rgu]" itemprop="description"/>
Pdt Gomar mengatakan dirinya sangat miris dengan kondisi yang terjadi ditengah masyarakat pasca pencoblosan 17 April 2019 lalu. Menurutnya berbagai kepentingan elit politik tertentu sudah membuat adanya upaya-upaya menggiring masyarakat terhadap opini bahwa pemilu tersebut berlangsung dengan kecurangan. Isu-isu seperti ini menurutnya terus dihembuskan dengan harapan masyarakat akan terhasut. Padahal menurutnya, peraturan dengan jelas sudah menyediakan jalur dan mekanisme untuk menyelesaikan seluruh dugaan kecurangan.
\"Saran saya kalau betul ada kecurangan kumpulkan saja buktinya dan bawa ke MK. Sekarang ada yang memutar terus kebohongan sehingga seolah itu menjadi sebuah kebenaran. Ini demokrasi ada mekanisme dan ada lembaga bersama untuk menyalurkan dugaan kecurangan,\" ujarnya.
Menurut tokoh agama ini, persoalan ini muncul dari adanya angka-angka yang mengklaim adanya kemenangan pihak tertentu di pemilu 2019. Padahal hingga saat ini kemenangan tersebut belum dapat dipastikan mengingat hasilnya baru diumumkan 22 Mei 2019 mendatang. Ia yakin, jika tidak terus dihasut, maka masyarakat sudah mampu menerima hasil pemilu 2019.
\"Mereka datang ke TPS karena percaya kepada penyelenggara pemilu, jadi kita tunggu saja hasil resminya. Yang belum terima kekalahan saran saya, bersabarlah, 5 tahun lagi untuk ajukan calon,\" pungkasnya.[rgu]"/>
Pdt Gomar mengatakan dirinya sangat miris dengan kondisi yang terjadi ditengah masyarakat pasca pencoblosan 17 April 2019 lalu. Menurutnya berbagai kepentingan elit politik tertentu sudah membuat adanya upaya-upaya menggiring masyarakat terhadap opini bahwa pemilu tersebut berlangsung dengan kecurangan. Isu-isu seperti ini menurutnya terus dihembuskan dengan harapan masyarakat akan terhasut. Padahal menurutnya, peraturan dengan jelas sudah menyediakan jalur dan mekanisme untuk menyelesaikan seluruh dugaan kecurangan.
\"Saran saya kalau betul ada kecurangan kumpulkan saja buktinya dan bawa ke MK. Sekarang ada yang memutar terus kebohongan sehingga seolah itu menjadi sebuah kebenaran. Ini demokrasi ada mekanisme dan ada lembaga bersama untuk menyalurkan dugaan kecurangan,\" ujarnya.
Menurut tokoh agama ini, persoalan ini muncul dari adanya angka-angka yang mengklaim adanya kemenangan pihak tertentu di pemilu 2019. Padahal hingga saat ini kemenangan tersebut belum dapat dipastikan mengingat hasilnya baru diumumkan 22 Mei 2019 mendatang. Ia yakin, jika tidak terus dihasut, maka masyarakat sudah mampu menerima hasil pemilu 2019.
\"Mereka datang ke TPS karena percaya kepada penyelenggara pemilu, jadi kita tunggu saja hasil resminya. Yang belum terima kekalahan saran saya, bersabarlah, 5 tahun lagi untuk ajukan calon,\" pungkasnya.[rgu]"/>
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom mengatakan jajaran KPU dan penyelenggara pemilu lainnya sudah menyelenggarakan pemilu 2019 dengan baik dan sesuai prosedur. Karena itu ia mengimbau agar seluruh pihak menghormati apapun hasil yang diperoleh dari pemilu serentak pertama di Indonesia tersebut.
"Ini rumit tapi secara umum berjalan baik. Sayangnya peserta pemilu ini ada yang tidak siap," katanya beberapa waktu lalu.
Pdt Gomar mengatakan dirinya sangat miris dengan kondisi yang terjadi ditengah masyarakat pasca pencoblosan 17 April 2019 lalu. Menurutnya berbagai kepentingan elit politik tertentu sudah membuat adanya upaya-upaya menggiring masyarakat terhadap opini bahwa pemilu tersebut berlangsung dengan kecurangan. Isu-isu seperti ini menurutnya terus dihembuskan dengan harapan masyarakat akan terhasut. Padahal menurutnya, peraturan dengan jelas sudah menyediakan jalur dan mekanisme untuk menyelesaikan seluruh dugaan kecurangan.
"Saran saya kalau betul ada kecurangan kumpulkan saja buktinya dan bawa ke MK. Sekarang ada yang memutar terus kebohongan sehingga seolah itu menjadi sebuah kebenaran. Ini demokrasi ada mekanisme dan ada lembaga bersama untuk menyalurkan dugaan kecurangan," ujarnya.
Menurut tokoh agama ini, persoalan ini muncul dari adanya angka-angka yang mengklaim adanya kemenangan pihak tertentu di pemilu 2019. Padahal hingga saat ini kemenangan tersebut belum dapat dipastikan mengingat hasilnya baru diumumkan 22 Mei 2019 mendatang. Ia yakin, jika tidak terus dihasut, maka masyarakat sudah mampu menerima hasil pemilu 2019.
"Mereka datang ke TPS karena percaya kepada penyelenggara pemilu, jadi kita tunggu saja hasil resminya. Yang belum terima kekalahan saran saya, bersabarlah, 5 tahun lagi untuk ajukan calon," pungkasnya.[rgu]
Sekretaris Umum Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) Pdt. Gomar Gultom mengatakan jajaran KPU dan penyelenggara pemilu lainnya sudah menyelenggarakan pemilu 2019 dengan baik dan sesuai prosedur. Karena itu ia mengimbau agar seluruh pihak menghormati apapun hasil yang diperoleh dari pemilu serentak pertama di Indonesia tersebut.
"Ini rumit tapi secara umum berjalan baik. Sayangnya peserta pemilu ini ada yang tidak siap," katanya beberapa waktu lalu.
Pdt Gomar mengatakan dirinya sangat miris dengan kondisi yang terjadi ditengah masyarakat pasca pencoblosan 17 April 2019 lalu. Menurutnya berbagai kepentingan elit politik tertentu sudah membuat adanya upaya-upaya menggiring masyarakat terhadap opini bahwa pemilu tersebut berlangsung dengan kecurangan. Isu-isu seperti ini menurutnya terus dihembuskan dengan harapan masyarakat akan terhasut. Padahal menurutnya, peraturan dengan jelas sudah menyediakan jalur dan mekanisme untuk menyelesaikan seluruh dugaan kecurangan.
"Saran saya kalau betul ada kecurangan kumpulkan saja buktinya dan bawa ke MK. Sekarang ada yang memutar terus kebohongan sehingga seolah itu menjadi sebuah kebenaran. Ini demokrasi ada mekanisme dan ada lembaga bersama untuk menyalurkan dugaan kecurangan," ujarnya.
Menurut tokoh agama ini, persoalan ini muncul dari adanya angka-angka yang mengklaim adanya kemenangan pihak tertentu di pemilu 2019. Padahal hingga saat ini kemenangan tersebut belum dapat dipastikan mengingat hasilnya baru diumumkan 22 Mei 2019 mendatang. Ia yakin, jika tidak terus dihasut, maka masyarakat sudah mampu menerima hasil pemilu 2019.
"Mereka datang ke TPS karena percaya kepada penyelenggara pemilu, jadi kita tunggu saja hasil resminya. Yang belum terima kekalahan saran saya, bersabarlah, 5 tahun lagi untuk ajukan calon," pungkasnya.[rgu]