[RMOLSUMUT] Kemiskinan sampai hari ini menjadi persoalan di Indonesia. Ditemukannya seorang gelandangan yang meninggal dunia dalam keadaan merengkuk di emperan swalayan Alfamidi, Jl. Darussalam Medan Petisah Rabu (1/1/20) menunjukkan potret lemahnya penanganan tuna wisma di Kota Medan.
Menurut Shohibul Anshor Siregar, Indonesia didirikan atas lima tujuan besar, yakni pertama untuk memastikan tdk ada lagi penjajahan di atas muka bumi ini karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan, kedua melindungi segenap tumpah darah dan seluruh bangsa Indonesia, ketiga memajukan kesejahteraan umum, ke empat mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ke lima ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kalau berpedoman kepada tujuan bernegara tadi itu, dan pemerintah melakukan satu perenungan kembali kepada konstitusi, maka tidak akan seperti ini.
“Katakanlah misalnya, saat pak Jokowi kampanye 2014. Dijanjikan bahwa kita tidak boleh lagi impor ini, impor itu. Tapi yang terjadi sebaliknya, ribuan ton beras, ribuan ton garam, ribuan ton kedelai, jagung dan sebagainya dengan alasan yang tidak masuk akal, tidak sesuai janji” katanya kepada Kantor Berita Politik RMOLSUMUT Kamis (2/1/20).
Hal itu terjadi karena melayani permintaan internasional. Terlalu tingga hasrat Indonesia untuk mengikuti ritme internasional, padahal tidak sesuai dengan kondisi bangsa kita sendiri. Misalkan, kalau sekiranya pemerintah mau membangun berdasarkan konstitusi atau merumuskan programnya berbasis konstitusi, tentu kondisi sekarang ini tidak akan terjadi. Karena di situ eksplisit disebutkan bahwa tanggungjawab negara melindungi segenap tumpah darah, satu orang sajapun meninggal, negara sudah gagal. Itu bukan statistik, tapi itu nilai dan tanggungjawab. Lanjutnya menjelaskan.
“Harus ada satu perenungan kembali yang harus dilakukan para negarawan-negarawan. Kalau di Amerika para rohaniawan dan juga para ulama, terus-menerus datang ke kongres membawa dokumen kajian untuk menganjurkan kepada pemerintah Amerika agar merumuskan program berbasis iman (faith full budgeting). Setiap tahun mereka lakukan itu, padahal mereka ulama. Indonesia, jangankan ulama atau rohaniawan, kampuspun tidak memberikan koreksi terhadap budget negara. Jadi pantaslah begitu perjalanan negara kita ini. Tidak ada satu kekuatan moral yang menginterupsi negara untuk kembali kepada asasnya” pungkasnya. [R]
[RMOLSUMUT] Kemiskinan sampai hari ini menjadi persoalan di Indonesia. Ditemukannya seorang gelandangan yang meninggal dunia dalam keadaan merengkuk di emperan swalayan Alfamidi, Jl. Darussalam Medan Petisah Rabu (1/1/20) menunjukkan potret lemahnya penanganan tuna wisma di Kota Medan.
Menurut Shohibul Anshor Siregar, Indonesia didirikan atas lima tujuan besar, yakni pertama untuk memastikan tdk ada lagi penjajahan di atas muka bumi ini karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan, kedua melindungi segenap tumpah darah dan seluruh bangsa Indonesia, ketiga memajukan kesejahteraan umum, ke empat mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ke lima ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kalau berpedoman kepada tujuan bernegara tadi itu, dan pemerintah melakukan satu perenungan kembali kepada konstitusi, maka tidak akan seperti ini.
“Katakanlah misalnya, saat pak Jokowi kampanye 2014. Dijanjikan bahwa kita tidak boleh lagi impor ini, impor itu. Tapi yang terjadi sebaliknya, ribuan ton beras, ribuan ton garam, ribuan ton kedelai, jagung dan sebagainya dengan alasan yang tidak masuk akal, tidak sesuai janji” katanya kepada Kantor Berita Politik RMOLSUMUT Kamis (2/1/20).
Hal itu terjadi karena melayani permintaan internasional. Terlalu tingga hasrat Indonesia untuk mengikuti ritme internasional, padahal tidak sesuai dengan kondisi bangsa kita sendiri. Misalkan, kalau sekiranya pemerintah mau membangun berdasarkan konstitusi atau merumuskan programnya berbasis konstitusi, tentu kondisi sekarang ini tidak akan terjadi. Karena di situ eksplisit disebutkan bahwa tanggungjawab negara melindungi segenap tumpah darah, satu orang sajapun meninggal, negara sudah gagal. Itu bukan statistik, tapi itu nilai dan tanggungjawab. Lanjutnya menjelaskan.
“Harus ada satu perenungan kembali yang harus dilakukan para negarawan-negarawan. Kalau di Amerika para rohaniawan dan juga para ulama, terus-menerus datang ke kongres membawa dokumen kajian untuk menganjurkan kepada pemerintah Amerika agar merumuskan program berbasis iman (faith full budgeting). Setiap tahun mereka lakukan itu, padahal mereka ulama. Indonesia, jangankan ulama atau rohaniawan, kampuspun tidak memberikan koreksi terhadap budget negara. Jadi pantaslah begitu perjalanan negara kita ini. Tidak ada satu kekuatan moral yang menginterupsi negara untuk kembali kepada asasnya” pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved