Karakter kepemimpinan Airlangga Hartarto punya kemiripan dengan Akbar Tanjung, saat menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar.
Saya kira, salah satu faktor penting mengapa Partai Golkar tetap besar setelah kejatuhan Orde Baru adalah adanya kepemimpinan Bang Akbar saat itu. Ia merawat soliditas kader dan mengambil hati simpul-simpul suara di masyarakat dengan komunikasi yang santun,†ujar Dr Khoirul Rosadi, sosiolog politik dari Universitas Trunojoyo Madura.
Kepada Kantor Berita RMOL, Minggu (4/8), Khoirul menjelaskan, sementara Airlangga, yang jadi Ketua Umum Golkar setelah partai itu mengalami goncangan hebat akibat kasus korupsi yang menimpa Setya Novanto dan Idrus Marham, disebut Rosadi punya ketrampilan sosial untuk merangkul seluruh potensi partai, sehingga Golkar tidak menjadi terpuruk.
"Bang Akbar itu, dulu, kalau turun ke bawah nggak lupa nanya ke kader-kader akar rumput, apa yang mereka perlukan. Mereka merasa diperhatikan pucuk pimpinan partai. Mas Airlangga sekarang ini juga melakukan berbagai hal untuk merawat kemesraan dengan kader-kader di daerah, misalnya dengan membawa mereka bertemu dengan elit politik di pemerintahan hingga Presiden," terangnya.
Sehingga Airlangga memiliki modal kuat untuk terpilih menjadi Ketum pada Munas (Musyawarah Nasional) Golkar mendatang.
"Airlangga memiliki citra publik yang positif sebagai figur profesional yang santun dan organisatoris yang tak suka berkonflik," ujar Khoirul.
Masyarakat Indonesia, ungkapnya lebih menyukai tokoh politik berkarakter kalem nan lembut, dibandingkan dengan yang muncul dengan ekspresi keras atau emosional.
Menurut sosiolog politik dari Universitas Trunojoyo Madura ini, sangat wajar jika masyarakat kepincut dengan pemimpin politik berkarakter kalem, karena secara psikologis akan membuat mereka nyaman.
© Copyright 2024, All Rights Reserved