BIDAK catur politik yang untuk kesekian kalinya sudah dimulai oleh TKN, diawali dengan pengumuman quick qount tepat pkl. 15.00 WIB tgl. 17 April 2019, dengan prosentase kemenangan 01 sudah diatas 53 % yang tujuannya untuk membentuk opini agar pendukung 02 menurun semangatnya untuk sesaat. Hal ini bisa dikatakan berhasil tetapi tidak lama, begitu Bapak Prabowo Subianto mendeklarasikan kemenangannya, tepuk tangan dan teriakan takbir menggema dimana-mana, taktik QC bisa dikatakan gagal.
Berbagai trik dilakukan untuk membangun opini bahwa 01 menang dalam kontestasi pilpres ini. Belum lagi kurang profesionalnya pelaksana pemilu kali ini, terlihat banyaknya kecurangan antara lain pencoblosan kertas suara pilpres dari salah satu calon terang-terangan, kertas suara pilpres yang tidak ada. Bahkan di Kabupaten Tapanuli Tengah lebih massif lagi orang belum memilih tetapi sudah ada beberapa orang yang mencoblos kertas suara pilpres dan caleg dari partai tertentu dan anggota DPD, hal ini terang-terangan dilakukan dan tidak ada satu petugaspun yang bertindak.
Secara menyeluruh pelaksanaan pemilu kali ini sangat memprihatinkan. Rencana berikutnya yaitu dengan mengadu domba parpol koalisi, pertama memplesetkan kehadiran Ketua Umum PAN ke Istana Presiden dengan melemparkan rencana PAN akan bergabung dengan 01, isu ini disampaikan langsung oleh salah seorang anggota TKN Bara Hasibuan yang juga pengurus DPP PAN, pada hal kehadiran Zulkifli Hasan ke Istana adalah dalam kapasitasnya sebagai Ketua MPR RI, menghadiri undangan Presiden Joko Widodo. Hal ini tidak direspon oleh pihak 02.
Pemain utamanya tentu saja orang-orang TKN yang mencoba skenario kedua, karena LBP gagal untuk bertemu dengan Bapak Prabowo Subianto. Kemudian Presiden Jokowi mengundang AHY dari Demokrat ke Istana, karena telah beberapa kali ditelp ketika ada kesempatan AHY pun datang ke Istana. Nah selanjutnya para pemain di TKN menggoreng dengan isu Partai Demokrat akan gabung ke 01, pada hal AHY hanya mengatakan tetap akan menghormati keputusan KPU.
Kita coba menganalisis dari dua perspektif politik:
1. TKN Membangun opini publik bahwa 01 sudah menang, maka koalisi 02 sudah mulai merapat. Pembentukan opini QC ternyata tidak berhasil, karena terbongkarnya kecurangan dalam perhitungan C1 yang sudah kasat mata, belum lagi proses pencoblosan yang sangat kacau.
2. Membuat kisruh di kubu 02 yang saat ini lagi konsentrasi penuh utk mengumpulkan laporan formulir C1 dan berbagai bukti kecurangan, sasarannya agar terjadi saling tidak percaya dan mengadu domba anggota koalisi.
Jika ini yang diinginkan, pihak TKN sangat na'if dan saya rasa tidak mungkinlah walaupun adagium politik itu mengatakan bahwa tidak ada kawan yang abadi atau musuh yang abadi, yang ada hanya kepentingan yang abadi, kita yakin dengan AHY dia tidak mungkin tergoda dengan kepentingan sesaat, dia akan melihat masa depan kehidupan politiknya, karena ketika AHY melompat ke kubu 01 rakyat tidak akan pernah mema'afkannya. Ternyata upaya yang telah dilakukan hanya sekedar usaha untuk mengobati hati.***
Penulis merupakan Seknas Prabowo Sandi Sumut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved