Pada pembukaan perdagangan pagi ini, IHSG dibuka menguat di level 4.003,87. Dan sejauh ini IHSG menguat di kisaran level 4.052.36. Kinerja IHSG mengalami penguatan seiring membaiknya kinerja indeks bursa Asia, dimana salah satu bursa di Asia yakni Nikkei Jepang mengalami penguatan sekitar 5%. Optimisme pelaku pasar di Asia terjadi dikarenakan Bank Sentral AS atau The FED yang akan menggelontorkan sejumlah paket stimulus. Sementara itu, Indeks bursa Dow Jones di AS kembali ditutup negatif diatas 3%, setelah Presiden AS gagal mengajukan program dana untuk penanganan Covid 19 di DPR AS. Kinerja pasar saham di AS mengalami keterpurukan menyusul penurunan yang sama di sejumlah bursa di Eropa. Dari sisi eksternal pelaku pasar masih mengkuatirkan pandemic virus corona yang menjadi pemicu memburuknya pasar keuangan global belakangan ini. Sementara itu, disisi yang berbeda, mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga bergerak dengan fluktuasi yang cukup lebar dimana sempat mengalami pelemahan hingga di atas 17 ribu per US Dolar. Namun langkah Bank Indonesia dalam menstabilkan rupiah dinilai mampu membuat Rupiah tidak mengalami pelemahan yang lebih dalam. Pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah mengalami penguatan di kisaran level 16.475 per US Dolar. Rupiah sepertinya akan mampu keluar dari tekanan US Dolar, dikarenakan Bank Sentral AS akan kembali menggelontorkan stimulus guna membantu akselerasi laju ekonomi di AS yang tertekan akibat Covid-19. "Namun, stimulus yang digelontorkan AS pada saat ini saya perkirakan tidak akan menolong banyak Rupiah. Berbeda saat AS dilanda krisis ekonomi pada 2008/09 silam. Dikarenakan gelontoran stimulus akan lebih banyak digunakan oleh masyarakat AS untuk konsumsi. Disisi lain penyebaran covid 19 juga membuat banyak instrumen keuangan di dunia mengalami penurunan harga," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Selasa (24/3). Sementara itu, masyarakat global juga disibukkan dengan lebih banyak mengisolasi dirinya ketimbang banyak melakukan aktifitas bisnis. "Alhasil, gelontoran stimulus di AS yang dulu sempat membuat Rupiah menguat tajam, saat ini dampaknya tidak akan begitu dirasakan oleh Rupiah. Meskipun tetap membuat Rupiah lebih kuat menahan tekanan," pungkasnya.[R]
Pada pembukaan perdagangan pagi ini, IHSG dibuka menguat di level 4.003,87. Dan sejauh ini IHSG menguat di kisaran level 4.052.36. Kinerja IHSG mengalami penguatan seiring membaiknya kinerja indeks bursa Asia, dimana salah satu bursa di Asia yakni Nikkei Jepang mengalami penguatan sekitar 5%. Optimisme pelaku pasar di Asia terjadi dikarenakan Bank Sentral AS atau The FED yang akan menggelontorkan sejumlah paket stimulus. Sementara itu, Indeks bursa Dow Jones di AS kembali ditutup negatif diatas 3%, setelah Presiden AS gagal mengajukan program dana untuk penanganan Covid 19 di DPR AS. Kinerja pasar saham di AS mengalami keterpurukan menyusul penurunan yang sama di sejumlah bursa di Eropa. Dari sisi eksternal pelaku pasar masih mengkuatirkan pandemic virus corona yang menjadi pemicu memburuknya pasar keuangan global belakangan ini. Sementara itu, disisi yang berbeda, mata uang rupiah pada perdagangan kemarin juga bergerak dengan fluktuasi yang cukup lebar dimana sempat mengalami pelemahan hingga di atas 17 ribu per US Dolar. Namun langkah Bank Indonesia dalam menstabilkan rupiah dinilai mampu membuat Rupiah tidak mengalami pelemahan yang lebih dalam. Pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini, rupiah mengalami penguatan di kisaran level 16.475 per US Dolar. Rupiah sepertinya akan mampu keluar dari tekanan US Dolar, dikarenakan Bank Sentral AS akan kembali menggelontorkan stimulus guna membantu akselerasi laju ekonomi di AS yang tertekan akibat Covid-19. "Namun, stimulus yang digelontorkan AS pada saat ini saya perkirakan tidak akan menolong banyak Rupiah. Berbeda saat AS dilanda krisis ekonomi pada 2008/09 silam. Dikarenakan gelontoran stimulus akan lebih banyak digunakan oleh masyarakat AS untuk konsumsi. Disisi lain penyebaran covid 19 juga membuat banyak instrumen keuangan di dunia mengalami penurunan harga," kata pengamat ekonomi, Gunawan Benjamin, Selasa (24/3). Sementara itu, masyarakat global juga disibukkan dengan lebih banyak mengisolasi dirinya ketimbang banyak melakukan aktifitas bisnis. "Alhasil, gelontoran stimulus di AS yang dulu sempat membuat Rupiah menguat tajam, saat ini dampaknya tidak akan begitu dirasakan oleh Rupiah. Meskipun tetap membuat Rupiah lebih kuat menahan tekanan," pungkasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved