Fuad menjelaskan, pemilih di Kota Medan merupakan kalangan masyarakat yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam hal perpolitikan. Karena itu, sepanjang sosok yang diusung oleh partai politik dianggap tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk Kota Medan kedepannya, maka mereka akan berubah menjadi orang-orang yang malas untuk memberikan suaranya.
\"Karena mereka menganggap suaranya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk meningkatkan taraf hidup mereka nanti,\" ungkapnya.
Tanggung jawab untuk meningkatkan partisipasi di Pilkada Medan 2020 mendatang menurutnya tidak hanya menjadi tugas dari KPU selaku penyelenggara. Melainkan juga menjadi tugas dari partai-partai politik untuk benar-benar mampu menghadirkan sosok-sosok yang mampu \'mencuri\' perhatian masyarakat.
\"Tanpa itu, maka partisipasi pemilik di Pilkada Medan yang hanya 28 persen seperti pada tahun 2015 lalu berpotensi terulang,\" pungkasnya." itemprop="description"/>
Fuad menjelaskan, pemilih di Kota Medan merupakan kalangan masyarakat yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam hal perpolitikan. Karena itu, sepanjang sosok yang diusung oleh partai politik dianggap tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk Kota Medan kedepannya, maka mereka akan berubah menjadi orang-orang yang malas untuk memberikan suaranya.
\"Karena mereka menganggap suaranya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk meningkatkan taraf hidup mereka nanti,\" ungkapnya.
Tanggung jawab untuk meningkatkan partisipasi di Pilkada Medan 2020 mendatang menurutnya tidak hanya menjadi tugas dari KPU selaku penyelenggara. Melainkan juga menjadi tugas dari partai-partai politik untuk benar-benar mampu menghadirkan sosok-sosok yang mampu \'mencuri\' perhatian masyarakat.
\"Tanpa itu, maka partisipasi pemilik di Pilkada Medan yang hanya 28 persen seperti pada tahun 2015 lalu berpotensi terulang,\" pungkasnya."/>
Fuad menjelaskan, pemilih di Kota Medan merupakan kalangan masyarakat yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam hal perpolitikan. Karena itu, sepanjang sosok yang diusung oleh partai politik dianggap tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk Kota Medan kedepannya, maka mereka akan berubah menjadi orang-orang yang malas untuk memberikan suaranya.
\"Karena mereka menganggap suaranya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk meningkatkan taraf hidup mereka nanti,\" ungkapnya.
Tanggung jawab untuk meningkatkan partisipasi di Pilkada Medan 2020 mendatang menurutnya tidak hanya menjadi tugas dari KPU selaku penyelenggara. Melainkan juga menjadi tugas dari partai-partai politik untuk benar-benar mampu menghadirkan sosok-sosok yang mampu \'mencuri\' perhatian masyarakat.
\"Tanpa itu, maka partisipasi pemilik di Pilkada Medan yang hanya 28 persen seperti pada tahun 2015 lalu berpotensi terulang,\" pungkasnya."/>
Angka partisipasi pemilih yang tinggi pada Pemilu 2019 dipastikan tidak akan terjadi di Pilkada Medan 2020 jika calon yang muncul dinilai tidak mampu memenuhi ekspektasi masyarakat di Kota Medan. Hal ini disampaikan peneliti Laboratorium Politik FISIP USU, Fuad Ginting.
Menurutnya tingginya angka partisipasi pada Pemilu 2019 tidak terlepas dari dua pasangan calon yang masing-masing memiliki kemampuan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.
"Kalau pada Pilkada Medan 2020 masih seperti pada Pilkada 2015 lalu, yakinlah akan minim yang datang ke TPS," katanya, Sabtu (29/6/2019).
Fuad menjelaskan, pemilih di Kota Medan merupakan kalangan masyarakat yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam hal perpolitikan. Karena itu, sepanjang sosok yang diusung oleh partai politik dianggap tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk Kota Medan kedepannya, maka mereka akan berubah menjadi orang-orang yang malas untuk memberikan suaranya.
"Karena mereka menganggap suaranya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk meningkatkan taraf hidup mereka nanti," ungkapnya.
Tanggung jawab untuk meningkatkan partisipasi di Pilkada Medan 2020 mendatang menurutnya tidak hanya menjadi tugas dari KPU selaku penyelenggara. Melainkan juga menjadi tugas dari partai-partai politik untuk benar-benar mampu menghadirkan sosok-sosok yang mampu 'mencuri' perhatian masyarakat.
"Tanpa itu, maka partisipasi pemilik di Pilkada Medan yang hanya 28 persen seperti pada tahun 2015 lalu berpotensi terulang," pungkasnya.
Angka partisipasi pemilih yang tinggi pada Pemilu 2019 dipastikan tidak akan terjadi di Pilkada Medan 2020 jika calon yang muncul dinilai tidak mampu memenuhi ekspektasi masyarakat di Kota Medan. Hal ini disampaikan peneliti Laboratorium Politik FISIP USU, Fuad Ginting.
Menurutnya tingginya angka partisipasi pada Pemilu 2019 tidak terlepas dari dua pasangan calon yang masing-masing memiliki kemampuan untuk memenuhi ekspektasi masyarakat.
"Kalau pada Pilkada Medan 2020 masih seperti pada Pilkada 2015 lalu, yakinlah akan minim yang datang ke TPS," katanya, Sabtu (29/6/2019).
Fuad menjelaskan, pemilih di Kota Medan merupakan kalangan masyarakat yang memiliki kecerdasan yang tinggi dalam hal perpolitikan. Karena itu, sepanjang sosok yang diusung oleh partai politik dianggap tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk Kota Medan kedepannya, maka mereka akan berubah menjadi orang-orang yang malas untuk memberikan suaranya.
"Karena mereka menganggap suaranya tidak akan memberikan pengaruh apa-apa untuk meningkatkan taraf hidup mereka nanti," ungkapnya.
Tanggung jawab untuk meningkatkan partisipasi di Pilkada Medan 2020 mendatang menurutnya tidak hanya menjadi tugas dari KPU selaku penyelenggara. Melainkan juga menjadi tugas dari partai-partai politik untuk benar-benar mampu menghadirkan sosok-sosok yang mampu 'mencuri' perhatian masyarakat.
"Tanpa itu, maka partisipasi pemilik di Pilkada Medan yang hanya 28 persen seperti pada tahun 2015 lalu berpotensi terulang," pungkasnya.