Hadir dalam diskusi tersebut Ketua Komisi D DPRD Sumatera Utara Sutrisno Pangaribuan dan beberapa warga yang sekaligus aktifis Sungai Deli seperti Arsini, Fahmi Wijaya, Wandi dan Bobi Septian.
Budi menjelaskan, Sungai Deli merupakan sungai yang harus dipandang sebagai bagian dari sejarah Kota Medan. Warga dipinggiran sungai tersebut menurutnya juga selalu mendukung pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi menurutnya, pembangunan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang ada dan juga harus logis.
\"Kami heran apa ada jalan tol yang berkelok-kelok karena mengikuti alur sungai?. Yang kedua apakah nanti tidak tebang pilih saat membangunnya, bagaimana dengan bangunan-bangunan yang ada dipinggir sungai? ini menjadi pertanyaan besar,\" ujarnya.
Sejauh ini kata Budi, warga yang ada di pinggiran Sungai Deli secara khusus dikawasan mereka kampung Aur hingga kawasan Pantai Burung, Kecamatan Medan Maimun belum mengetahui dengan jelas konsep yang sedang disusun terkait wacana tol dalam kota tersebut. Sosialisasi terhadap mereka juga minim sehingga mereka sangat bingung dengan wacana tersebut. Tidak adanya sosialisasi ini juga membuat berbagai informasi yang tidak jelas bermunculan ditengah masyarakat disana." itemprop="description"/>
Hadir dalam diskusi tersebut Ketua Komisi D DPRD Sumatera Utara Sutrisno Pangaribuan dan beberapa warga yang sekaligus aktifis Sungai Deli seperti Arsini, Fahmi Wijaya, Wandi dan Bobi Septian.
Budi menjelaskan, Sungai Deli merupakan sungai yang harus dipandang sebagai bagian dari sejarah Kota Medan. Warga dipinggiran sungai tersebut menurutnya juga selalu mendukung pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi menurutnya, pembangunan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang ada dan juga harus logis.
\"Kami heran apa ada jalan tol yang berkelok-kelok karena mengikuti alur sungai?. Yang kedua apakah nanti tidak tebang pilih saat membangunnya, bagaimana dengan bangunan-bangunan yang ada dipinggir sungai? ini menjadi pertanyaan besar,\" ujarnya.
Sejauh ini kata Budi, warga yang ada di pinggiran Sungai Deli secara khusus dikawasan mereka kampung Aur hingga kawasan Pantai Burung, Kecamatan Medan Maimun belum mengetahui dengan jelas konsep yang sedang disusun terkait wacana tol dalam kota tersebut. Sosialisasi terhadap mereka juga minim sehingga mereka sangat bingung dengan wacana tersebut. Tidak adanya sosialisasi ini juga membuat berbagai informasi yang tidak jelas bermunculan ditengah masyarakat disana."/>
Hadir dalam diskusi tersebut Ketua Komisi D DPRD Sumatera Utara Sutrisno Pangaribuan dan beberapa warga yang sekaligus aktifis Sungai Deli seperti Arsini, Fahmi Wijaya, Wandi dan Bobi Septian.
Budi menjelaskan, Sungai Deli merupakan sungai yang harus dipandang sebagai bagian dari sejarah Kota Medan. Warga dipinggiran sungai tersebut menurutnya juga selalu mendukung pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi menurutnya, pembangunan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang ada dan juga harus logis.
\"Kami heran apa ada jalan tol yang berkelok-kelok karena mengikuti alur sungai?. Yang kedua apakah nanti tidak tebang pilih saat membangunnya, bagaimana dengan bangunan-bangunan yang ada dipinggir sungai? ini menjadi pertanyaan besar,\" ujarnya.
Sejauh ini kata Budi, warga yang ada di pinggiran Sungai Deli secara khusus dikawasan mereka kampung Aur hingga kawasan Pantai Burung, Kecamatan Medan Maimun belum mengetahui dengan jelas konsep yang sedang disusun terkait wacana tol dalam kota tersebut. Sosialisasi terhadap mereka juga minim sehingga mereka sangat bingung dengan wacana tersebut. Tidak adanya sosialisasi ini juga membuat berbagai informasi yang tidak jelas bermunculan ditengah masyarakat disana."/>
Warga yang bermukim di pinggiran Sungai Deli mempertanyakan urgensi pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi. Menurut mereka, pembangunan tol dalam kota tersebut bukan menjadi solusi mengatasi kemacetan yang menjadi alasan utama munculnya wacana tersebut.
"Kalau alasannya untuk mengatasi kemacetan, kenapa tidak mengembangkan pembangunan transportasi sungai. Kan itu lebih tepat dibanding harus membangun dipinggir sungai," kata Budi saat dalam diskusi 'Legislatif Menjawab' yang digagas oleh kantor berita com, Kamis (5/9/2019).
Hadir dalam diskusi tersebut Ketua Komisi D DPRD Sumatera Utara Sutrisno Pangaribuan dan beberapa warga yang sekaligus aktifis Sungai Deli seperti Arsini, Fahmi Wijaya, Wandi dan Bobi Septian.
Budi menjelaskan, Sungai Deli merupakan sungai yang harus dipandang sebagai bagian dari sejarah Kota Medan. Warga dipinggiran sungai tersebut menurutnya juga selalu mendukung pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi menurutnya, pembangunan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang ada dan juga harus logis.
"Kami heran apa ada jalan tol yang berkelok-kelok karena mengikuti alur sungai?. Yang kedua apakah nanti tidak tebang pilih saat membangunnya, bagaimana dengan bangunan-bangunan yang ada dipinggir sungai? ini menjadi pertanyaan besar," ujarnya.
Sejauh ini kata Budi, warga yang ada di pinggiran Sungai Deli secara khusus dikawasan mereka kampung Aur hingga kawasan Pantai Burung, Kecamatan Medan Maimun belum mengetahui dengan jelas konsep yang sedang disusun terkait wacana tol dalam kota tersebut. Sosialisasi terhadap mereka juga minim sehingga mereka sangat bingung dengan wacana tersebut. Tidak adanya sosialisasi ini juga membuat berbagai informasi yang tidak jelas bermunculan ditengah masyarakat disana.
Warga yang bermukim di pinggiran Sungai Deli mempertanyakan urgensi pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi. Menurut mereka, pembangunan tol dalam kota tersebut bukan menjadi solusi mengatasi kemacetan yang menjadi alasan utama munculnya wacana tersebut.
"Kalau alasannya untuk mengatasi kemacetan, kenapa tidak mengembangkan pembangunan transportasi sungai. Kan itu lebih tepat dibanding harus membangun dipinggir sungai," kata Budi saat dalam diskusi 'Legislatif Menjawab' yang digagas oleh kantor berita com, Kamis (5/9/2019).
Hadir dalam diskusi tersebut Ketua Komisi D DPRD Sumatera Utara Sutrisno Pangaribuan dan beberapa warga yang sekaligus aktifis Sungai Deli seperti Arsini, Fahmi Wijaya, Wandi dan Bobi Septian.
Budi menjelaskan, Sungai Deli merupakan sungai yang harus dipandang sebagai bagian dari sejarah Kota Medan. Warga dipinggiran sungai tersebut menurutnya juga selalu mendukung pembangunan yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi menurutnya, pembangunan tersebut tidak boleh melanggar aturan yang ada dan juga harus logis.
"Kami heran apa ada jalan tol yang berkelok-kelok karena mengikuti alur sungai?. Yang kedua apakah nanti tidak tebang pilih saat membangunnya, bagaimana dengan bangunan-bangunan yang ada dipinggir sungai? ini menjadi pertanyaan besar," ujarnya.
Sejauh ini kata Budi, warga yang ada di pinggiran Sungai Deli secara khusus dikawasan mereka kampung Aur hingga kawasan Pantai Burung, Kecamatan Medan Maimun belum mengetahui dengan jelas konsep yang sedang disusun terkait wacana tol dalam kota tersebut. Sosialisasi terhadap mereka juga minim sehingga mereka sangat bingung dengan wacana tersebut. Tidak adanya sosialisasi ini juga membuat berbagai informasi yang tidak jelas bermunculan ditengah masyarakat disana.