Ketua Harian Yayasan Sultan Ma'moen Al Rasyid, Tengku Ma’moon Al Rasjid menyarankan Bobby mencari figur pendamping yang kompeten dalam birokrasi dan politik. Sebagai sosok muda, menurutnya Wakil Ketua BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tersebut harus didukung sosok berpengalaman. “Selain berpengalaman dan memiliki energi besar, calon pendamping Bobby juga harus menyejukkan dan memiliki citra positif,” terangnya, saat ditemui Rabu (1/7/2020). Ma’moon Al Rasjid menyimpulkan, politik adalah sesuatu yang dinamis. Ilmu yang digunakan dulu, belum tentu bisa dipakai sekarang dalam politik. Untuk itu, Bobby harus punya kreativitas lebih tinggi. “Yang muda ini (Bobby Nasution), yang masih ringan (beban) pikirannya, pasti lebih inovatif,” beber dia. Kata Ma’moon, dengan pendamping berpengalaman, pengusaha muda yang 5 Juli 2020 nanti genap berusia 29 tahun ini bisa mendapat masukan politik terapan. “Sehingga akhirnya bisa dikolaborasikan. Walikota dan wakil walikotanya sama-sama memajukan Kota Medan ini,” terangnya. Kolaborasi yang akan dilakukan, imbuh dia, bisa memadukan sesuatu yang tradisional dan modern. “Warnanya juga lebih baik. Potensinya tinggi kalau Bobby melakukan kolaborasi seperti ini. Saya dukung sekali, saya mau lihat orang muda maju. Apalagi Bobby punya akses bagus sebagai menantu Presiden," bebernya. Terkait kasus-kasus korupsi yang tiga kali berturut mendera Walikota Medan, Ma’moon mengatakan itu seperti wabah penyakit. “Hari ini tidak, besok bisa kena. Unpredictable korupsi itu. Tapi umumnya anak-anak muda tidak berpikir korupsi. Anak muda itu tidak butuh uang. Anak muda butuh achievement (pencapaian, red). Anak muda lebih butuh tepuk tangan daripada uang,” tuturnya. Sementara, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Faisal Riza menyarankan Bobby Nasution mempertimbangkan figur representatif dengan potensi loyalitas tinggi. “Tidak cenderung melebihi wewenang,” ucap dia. Jebolan S2 Fakultas Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut juga disarankan untuk mencari figur bersih, kompeten dalam birokrasi dan bisa bergaul lintas partai politik maupun organisasi masyarakat. “Dan terakhir, faktor elektabilitas mungkin bisa juga dipertimbangkan,” tandasnya.[R]
Ketua Harian Yayasan Sultan Ma'moen Al Rasyid, Tengku Ma’moon Al Rasjid menyarankan Bobby mencari figur pendamping yang kompeten dalam birokrasi dan politik. Sebagai sosok muda, menurutnya Wakil Ketua BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tersebut harus didukung sosok berpengalaman. “Selain berpengalaman dan memiliki energi besar, calon pendamping Bobby juga harus menyejukkan dan memiliki citra positif,” terangnya, saat ditemui Rabu (1/7/2020). Ma’moon Al Rasjid menyimpulkan, politik adalah sesuatu yang dinamis. Ilmu yang digunakan dulu, belum tentu bisa dipakai sekarang dalam politik. Untuk itu, Bobby harus punya kreativitas lebih tinggi. “Yang muda ini (Bobby Nasution), yang masih ringan (beban) pikirannya, pasti lebih inovatif,” beber dia. Kata Ma’moon, dengan pendamping berpengalaman, pengusaha muda yang 5 Juli 2020 nanti genap berusia 29 tahun ini bisa mendapat masukan politik terapan. “Sehingga akhirnya bisa dikolaborasikan. Walikota dan wakil walikotanya sama-sama memajukan Kota Medan ini,” terangnya. Kolaborasi yang akan dilakukan, imbuh dia, bisa memadukan sesuatu yang tradisional dan modern. “Warnanya juga lebih baik. Potensinya tinggi kalau Bobby melakukan kolaborasi seperti ini. Saya dukung sekali, saya mau lihat orang muda maju. Apalagi Bobby punya akses bagus sebagai menantu Presiden," bebernya. Terkait kasus-kasus korupsi yang tiga kali berturut mendera Walikota Medan, Ma’moon mengatakan itu seperti wabah penyakit. “Hari ini tidak, besok bisa kena. Unpredictable korupsi itu. Tapi umumnya anak-anak muda tidak berpikir korupsi. Anak muda itu tidak butuh uang. Anak muda butuh achievement (pencapaian, red). Anak muda lebih butuh tepuk tangan daripada uang,” tuturnya. Sementara, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Faisal Riza menyarankan Bobby Nasution mempertimbangkan figur representatif dengan potensi loyalitas tinggi. “Tidak cenderung melebihi wewenang,” ucap dia. Jebolan S2 Fakultas Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut juga disarankan untuk mencari figur bersih, kompeten dalam birokrasi dan bisa bergaul lintas partai politik maupun organisasi masyarakat. “Dan terakhir, faktor elektabilitas mungkin bisa juga dipertimbangkan,” tandasnya.© Copyright 2024, All Rights Reserved