Aktivitas ceramah Habib Bahar bin Smith yang mengabaikan protokol keselamatan Covid -19 dijadikan alasan untuk mencabut asimilasi yang baru diterimanya. Habib Bahar bin Smith pun kembali ditangkap dan dijadwalkan akan ditahan di Nusakambangan. Ketua GNPF Ulama Kota Binjai Sanni Abdul Fattah menyatakan, alasan penangkapan Habib bahar yang tak mengindahkan PSBB itu hanya sebuah lawakan yang harus ditertawakan. Pasalnya, negara dan penegak hukum terkesan takut untuk mengumumkan kepada publik mengenai keresahan atas isi dan materi ceramah Habib Bahar di depan jamaahnya yang viral di dunia maya. "Alasan penangkapan Habib Bahar bin Smith harus disikapi dengan ketawa! Karena pemerintah tak berani mengakui ketakutannya untuk mengatakan, bahwa mereka kuatir dengan ceramah yang mengingatkan khususnya umat islam akan ancaman dan bahayanya penyelenggaraan kekuasaan yang asal-asalan," kata Sanni, Kamis (21/5). Dikatakan Sanni, bagi pemerintah, ceramah Habib Bahar yang viral itu bisa menggerakkan perlawanan terhadap pemerintah yang menyelenggarakan berbagai kebijakan dengan kesan ugal-ugalan. "Tapi kan pemerintah nggak berani mengatakan alasan itu. Takut akan menimbulkan kemarahan yang semakin besar. Maka dipakailah alasan yang tak masuk akal, membingungkan. Dan pantas ditertawakan," Bagi Sanni, penangkapan Habib Bahar dengan alasan melanggar protokol covid-19 justru bisa memancing kemarahan rakyat. "Di saat bulan puasa, dimana ceramah adalah bagian dari aktivitas umat islam dalam mengisi ibadah, seorang penceramah malah ditangkap karena alasan itu. Sementara, pemerintah Joko Widodo melonggarkan dan membiarkan aktivitas manusia untuk berdesak-desakan. Dan lebih ironis, para pejabat berfoto gembira usai konser amal. Dan tak mengindahan protokol. Ini kah damai dengan corona yang dimaksud Presiden Jokowi?" berang Sanni. "Pemerintah harus berani bilang, Habib Bahar ditangkap karena makar, bukan karena menabrak aturan keselamatan covid-19. Biar ngga jadi bahan ketawaan bagi umat islam," tandas Sanni.
Aktivitas ceramah Habib Bahar bin Smith yang mengabaikan protokol keselamatan Covid -19 dijadikan alasan untuk mencabut asimilasi yang baru diterimanya. Habib Bahar bin Smith pun kembali ditangkap dan dijadwalkan akan ditahan di Nusakambangan. Ketua GNPF Ulama Kota Binjai Sanni Abdul Fattah menyatakan, alasan penangkapan Habib bahar yang tak mengindahkan PSBB itu hanya sebuah lawakan yang harus ditertawakan. Pasalnya, negara dan penegak hukum terkesan takut untuk mengumumkan kepada publik mengenai keresahan atas isi dan materi ceramah Habib Bahar di depan jamaahnya yang viral di dunia maya. "Alasan penangkapan Habib Bahar bin Smith harus disikapi dengan ketawa! Karena pemerintah tak berani mengakui ketakutannya untuk mengatakan, bahwa mereka kuatir dengan ceramah yang mengingatkan khususnya umat islam akan ancaman dan bahayanya penyelenggaraan kekuasaan yang asal-asalan," kata Sanni, Kamis (21/5). Dikatakan Sanni, bagi pemerintah, ceramah Habib Bahar yang viral itu bisa menggerakkan perlawanan terhadap pemerintah yang menyelenggarakan berbagai kebijakan dengan kesan ugal-ugalan. "Tapi kan pemerintah nggak berani mengatakan alasan itu. Takut akan menimbulkan kemarahan yang semakin besar. Maka dipakailah alasan yang tak masuk akal, membingungkan. Dan pantas ditertawakan," Bagi Sanni, penangkapan Habib Bahar dengan alasan melanggar protokol covid-19 justru bisa memancing kemarahan rakyat. "Di saat bulan puasa, dimana ceramah adalah bagian dari aktivitas umat islam dalam mengisi ibadah, seorang penceramah malah ditangkap karena alasan itu. Sementara, pemerintah Joko Widodo melonggarkan dan membiarkan aktivitas manusia untuk berdesak-desakan. Dan lebih ironis, para pejabat berfoto gembira usai konser amal. Dan tak mengindahan protokol. Ini kah damai dengan corona yang dimaksud Presiden Jokowi?" berang Sanni. "Pemerintah harus berani bilang, Habib Bahar ditangkap karena makar, bukan karena menabrak aturan keselamatan covid-19. Biar ngga jadi bahan ketawaan bagi umat islam," tandas Sanni.© Copyright 2024, All Rights Reserved