Ikrimah mengatakan data terakhir yang diperolehnya, sedikitnya Rp 2 triliun uang warga Sumatera Utara setiap tahunnya dihabiskan untuk mendapat layanan kesehatan di luar negeri seperti Malaysia. Kondisi ini sangat ironis mengingat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga terdapat berbagai rumah sakit yang melayani pengobatan berbagai jenis penyakit.
\"Saya rasa ilmu kedokteran kita tidak kalah. Tapi bagaimana menerapkan manajemen layanan sehingga pasien merasa sangat nyaman, itu yang menjadi PR utama dalam layanan kesehatan sekarang,\" ujarnya.
Ia menjelaskan, layanan kesehatan bagi masyarakat oleh pemerintah sudah disediakan mulai dari tingkat Puskesmas, hingga ke rumah sakit pemerintah. Bahkan layanan kesehatan ini untuk beberapa kategori penyakit tertentu digratiskan oleh pemerintah.
\"Tapi kenapa nggak kesana orang datang, tapi justru ke luar negeri yang notabene berbiaya mahal. Saya menilai pasien itu butuh layanan yang prima, di luar negeri jujur saja kita sangat mendapat layanan yang sangat baik. Perawatnya tersenyum, keluhan kita semua ditangani. Beda kalau di sini, kita datang ke rumah sakit kadang nunggu lama, medisnya datang dengan muka yang terkesan terpaksa melayani. Itu membuat pasien tambah sakit,\" ungkapnya.
Ikrimah menyarankan, dalam manajemen pelayanan kesehatan aspek terkecil sekalipun harus diperhatikan. Karena faktanya, biaya mahal sekalipun akan dikejar pasien untuk mendapat layanan kesehatan terbaik termasuk berobat ke luar negeri.
\"Maka dari itu saya ingin katakan kepada pihak yang bekerja dalam bidang layanan kesehatan, tersenyumlah maka Rp 2 triliun uang warga Sumut tidak lagi ke Malaysia,\" pungkasnya." itemprop="description"/>
Ikrimah mengatakan data terakhir yang diperolehnya, sedikitnya Rp 2 triliun uang warga Sumatera Utara setiap tahunnya dihabiskan untuk mendapat layanan kesehatan di luar negeri seperti Malaysia. Kondisi ini sangat ironis mengingat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga terdapat berbagai rumah sakit yang melayani pengobatan berbagai jenis penyakit.
\"Saya rasa ilmu kedokteran kita tidak kalah. Tapi bagaimana menerapkan manajemen layanan sehingga pasien merasa sangat nyaman, itu yang menjadi PR utama dalam layanan kesehatan sekarang,\" ujarnya.
Ia menjelaskan, layanan kesehatan bagi masyarakat oleh pemerintah sudah disediakan mulai dari tingkat Puskesmas, hingga ke rumah sakit pemerintah. Bahkan layanan kesehatan ini untuk beberapa kategori penyakit tertentu digratiskan oleh pemerintah.
\"Tapi kenapa nggak kesana orang datang, tapi justru ke luar negeri yang notabene berbiaya mahal. Saya menilai pasien itu butuh layanan yang prima, di luar negeri jujur saja kita sangat mendapat layanan yang sangat baik. Perawatnya tersenyum, keluhan kita semua ditangani. Beda kalau di sini, kita datang ke rumah sakit kadang nunggu lama, medisnya datang dengan muka yang terkesan terpaksa melayani. Itu membuat pasien tambah sakit,\" ungkapnya.
Ikrimah menyarankan, dalam manajemen pelayanan kesehatan aspek terkecil sekalipun harus diperhatikan. Karena faktanya, biaya mahal sekalipun akan dikejar pasien untuk mendapat layanan kesehatan terbaik termasuk berobat ke luar negeri.
\"Maka dari itu saya ingin katakan kepada pihak yang bekerja dalam bidang layanan kesehatan, tersenyumlah maka Rp 2 triliun uang warga Sumut tidak lagi ke Malaysia,\" pungkasnya."/>
Ikrimah mengatakan data terakhir yang diperolehnya, sedikitnya Rp 2 triliun uang warga Sumatera Utara setiap tahunnya dihabiskan untuk mendapat layanan kesehatan di luar negeri seperti Malaysia. Kondisi ini sangat ironis mengingat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga terdapat berbagai rumah sakit yang melayani pengobatan berbagai jenis penyakit.
\"Saya rasa ilmu kedokteran kita tidak kalah. Tapi bagaimana menerapkan manajemen layanan sehingga pasien merasa sangat nyaman, itu yang menjadi PR utama dalam layanan kesehatan sekarang,\" ujarnya.
Ia menjelaskan, layanan kesehatan bagi masyarakat oleh pemerintah sudah disediakan mulai dari tingkat Puskesmas, hingga ke rumah sakit pemerintah. Bahkan layanan kesehatan ini untuk beberapa kategori penyakit tertentu digratiskan oleh pemerintah.
\"Tapi kenapa nggak kesana orang datang, tapi justru ke luar negeri yang notabene berbiaya mahal. Saya menilai pasien itu butuh layanan yang prima, di luar negeri jujur saja kita sangat mendapat layanan yang sangat baik. Perawatnya tersenyum, keluhan kita semua ditangani. Beda kalau di sini, kita datang ke rumah sakit kadang nunggu lama, medisnya datang dengan muka yang terkesan terpaksa melayani. Itu membuat pasien tambah sakit,\" ungkapnya.
Ikrimah menyarankan, dalam manajemen pelayanan kesehatan aspek terkecil sekalipun harus diperhatikan. Karena faktanya, biaya mahal sekalipun akan dikejar pasien untuk mendapat layanan kesehatan terbaik termasuk berobat ke luar negeri.
\"Maka dari itu saya ingin katakan kepada pihak yang bekerja dalam bidang layanan kesehatan, tersenyumlah maka Rp 2 triliun uang warga Sumut tidak lagi ke Malaysia,\" pungkasnya."/>
Anggota DPRD Sumatera Utara, Ikrimah Hamidy menyayangkan hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia khususnya dari Sumatera Utara yang memilih untuk berobat ke Malaysia. Berbagai upaya yang terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan seperti program-program berobat gratis ternyata belum ampuh untuk meminimalisir aksi berobat ke luar negeri tersebut.
"Saya menjadi heran kenapa bisa begitu," katanya dalam diskusi Social Infinity Meetup 'Membangun Manusia Medan' di kantor redaksi RMOLSumut, Sabtu (3/8/2019).
Ikrimah mengatakan data terakhir yang diperolehnya, sedikitnya Rp 2 triliun uang warga Sumatera Utara setiap tahunnya dihabiskan untuk mendapat layanan kesehatan di luar negeri seperti Malaysia. Kondisi ini sangat ironis mengingat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga terdapat berbagai rumah sakit yang melayani pengobatan berbagai jenis penyakit.
"Saya rasa ilmu kedokteran kita tidak kalah. Tapi bagaimana menerapkan manajemen layanan sehingga pasien merasa sangat nyaman, itu yang menjadi PR utama dalam layanan kesehatan sekarang," ujarnya.
Ia menjelaskan, layanan kesehatan bagi masyarakat oleh pemerintah sudah disediakan mulai dari tingkat Puskesmas, hingga ke rumah sakit pemerintah. Bahkan layanan kesehatan ini untuk beberapa kategori penyakit tertentu digratiskan oleh pemerintah.
"Tapi kenapa nggak kesana orang datang, tapi justru ke luar negeri yang notabene berbiaya mahal. Saya menilai pasien itu butuh layanan yang prima, di luar negeri jujur saja kita sangat mendapat layanan yang sangat baik. Perawatnya tersenyum, keluhan kita semua ditangani. Beda kalau di sini, kita datang ke rumah sakit kadang nunggu lama, medisnya datang dengan muka yang terkesan terpaksa melayani. Itu membuat pasien tambah sakit," ungkapnya.
Ikrimah menyarankan, dalam manajemen pelayanan kesehatan aspek terkecil sekalipun harus diperhatikan. Karena faktanya, biaya mahal sekalipun akan dikejar pasien untuk mendapat layanan kesehatan terbaik termasuk berobat ke luar negeri.
"Maka dari itu saya ingin katakan kepada pihak yang bekerja dalam bidang layanan kesehatan, tersenyumlah maka Rp 2 triliun uang warga Sumut tidak lagi ke Malaysia," pungkasnya.
Anggota DPRD Sumatera Utara, Ikrimah Hamidy menyayangkan hingga saat ini masih banyak masyarakat Indonesia khususnya dari Sumatera Utara yang memilih untuk berobat ke Malaysia. Berbagai upaya yang terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan layanan kesehatan seperti program-program berobat gratis ternyata belum ampuh untuk meminimalisir aksi berobat ke luar negeri tersebut.
"Saya menjadi heran kenapa bisa begitu," katanya dalam diskusi Social Infinity Meetup 'Membangun Manusia Medan' di kantor redaksi RMOLSumut, Sabtu (3/8/2019).
Ikrimah mengatakan data terakhir yang diperolehnya, sedikitnya Rp 2 triliun uang warga Sumatera Utara setiap tahunnya dihabiskan untuk mendapat layanan kesehatan di luar negeri seperti Malaysia. Kondisi ini sangat ironis mengingat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara juga terdapat berbagai rumah sakit yang melayani pengobatan berbagai jenis penyakit.
"Saya rasa ilmu kedokteran kita tidak kalah. Tapi bagaimana menerapkan manajemen layanan sehingga pasien merasa sangat nyaman, itu yang menjadi PR utama dalam layanan kesehatan sekarang," ujarnya.
Ia menjelaskan, layanan kesehatan bagi masyarakat oleh pemerintah sudah disediakan mulai dari tingkat Puskesmas, hingga ke rumah sakit pemerintah. Bahkan layanan kesehatan ini untuk beberapa kategori penyakit tertentu digratiskan oleh pemerintah.
"Tapi kenapa nggak kesana orang datang, tapi justru ke luar negeri yang notabene berbiaya mahal. Saya menilai pasien itu butuh layanan yang prima, di luar negeri jujur saja kita sangat mendapat layanan yang sangat baik. Perawatnya tersenyum, keluhan kita semua ditangani. Beda kalau di sini, kita datang ke rumah sakit kadang nunggu lama, medisnya datang dengan muka yang terkesan terpaksa melayani. Itu membuat pasien tambah sakit," ungkapnya.
Ikrimah menyarankan, dalam manajemen pelayanan kesehatan aspek terkecil sekalipun harus diperhatikan. Karena faktanya, biaya mahal sekalipun akan dikejar pasien untuk mendapat layanan kesehatan terbaik termasuk berobat ke luar negeri.
"Maka dari itu saya ingin katakan kepada pihak yang bekerja dalam bidang layanan kesehatan, tersenyumlah maka Rp 2 triliun uang warga Sumut tidak lagi ke Malaysia," pungkasnya.