Anggota DPRD Sumut ini menjelaskan, dalam beberapa hal ia melihat ada hal positif dari kebijakan beberapa pemimpin negara dalam mewujudkan ketangguhan ekonomi negara mereka. Ia mencontohkan cara-cara yang ditempuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan jargon \'Make America Great Again\' maupun cara China yang \'tidak ambil pusing\' saat disorot terkait aksi plagiat terhadap produk-produk teknologi canggih hingga akhirnya mereka mampu menciptakan produk yang sama secara mandiri.
Menurutnya sikap blak-blakan pemimpin pada kedua negara tersebut sangat dibutuhkan untuk kepentingan \'perang dagang\'.
\"Nggak guna negara seolah-olah kuat jika secara permanen dan rutin, perdagangan selalu negatif. Ibaratnya, sekaya apapun orang, jika tiap hari uang keluar lebih besar dari masuk pasti akan berhutang dan akhirnya hartanya tergadai serta berpindah kepemilikan,\" pungkasnya." itemprop="description"/>
Anggota DPRD Sumut ini menjelaskan, dalam beberapa hal ia melihat ada hal positif dari kebijakan beberapa pemimpin negara dalam mewujudkan ketangguhan ekonomi negara mereka. Ia mencontohkan cara-cara yang ditempuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan jargon \'Make America Great Again\' maupun cara China yang \'tidak ambil pusing\' saat disorot terkait aksi plagiat terhadap produk-produk teknologi canggih hingga akhirnya mereka mampu menciptakan produk yang sama secara mandiri.
Menurutnya sikap blak-blakan pemimpin pada kedua negara tersebut sangat dibutuhkan untuk kepentingan \'perang dagang\'.
\"Nggak guna negara seolah-olah kuat jika secara permanen dan rutin, perdagangan selalu negatif. Ibaratnya, sekaya apapun orang, jika tiap hari uang keluar lebih besar dari masuk pasti akan berhutang dan akhirnya hartanya tergadai serta berpindah kepemilikan,\" pungkasnya."/>
Anggota DPRD Sumut ini menjelaskan, dalam beberapa hal ia melihat ada hal positif dari kebijakan beberapa pemimpin negara dalam mewujudkan ketangguhan ekonomi negara mereka. Ia mencontohkan cara-cara yang ditempuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan jargon \'Make America Great Again\' maupun cara China yang \'tidak ambil pusing\' saat disorot terkait aksi plagiat terhadap produk-produk teknologi canggih hingga akhirnya mereka mampu menciptakan produk yang sama secara mandiri.
Menurutnya sikap blak-blakan pemimpin pada kedua negara tersebut sangat dibutuhkan untuk kepentingan \'perang dagang\'.
\"Nggak guna negara seolah-olah kuat jika secara permanen dan rutin, perdagangan selalu negatif. Ibaratnya, sekaya apapun orang, jika tiap hari uang keluar lebih besar dari masuk pasti akan berhutang dan akhirnya hartanya tergadai serta berpindah kepemilikan,\" pungkasnya."/>
Politisi PKS Ikrimah Hamidy berharap masuknya Pelabuhan Kuala Tanjung dalam skema One Belt One Road (OBOR) tidak justru memudahkan China untuk menguasainya. Hal ini disampaikannya terkait penandatanganan kesepakatan proyek tersebut oleh Pemerintah Indonesia yang diwaili Deputi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin dan Wakil Menteri Bappenas China, Ning Jizhe di sela-sela Belt and Road Forum di Beijing, China, Sabtu (27/4/2019) lalu.
"Kita butuh infrastruktur untuk mendukung peningkatan ekonomi. Tapi jangan sampai, ketika berdagang dgn negara lain, infrastruktur yg kita bangun, malah mempermudah negara lain mendominasi kita, khususnya disisi perdagangan," katanya, Selasa (11/6/2019).
Anggota DPRD Sumut ini menjelaskan, dalam beberapa hal ia melihat ada hal positif dari kebijakan beberapa pemimpin negara dalam mewujudkan ketangguhan ekonomi negara mereka. Ia mencontohkan cara-cara yang ditempuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan jargon 'Make America Great Again' maupun cara China yang 'tidak ambil pusing' saat disorot terkait aksi plagiat terhadap produk-produk teknologi canggih hingga akhirnya mereka mampu menciptakan produk yang sama secara mandiri.
Menurutnya sikap blak-blakan pemimpin pada kedua negara tersebut sangat dibutuhkan untuk kepentingan 'perang dagang'.
"Nggak guna negara seolah-olah kuat jika secara permanen dan rutin, perdagangan selalu negatif. Ibaratnya, sekaya apapun orang, jika tiap hari uang keluar lebih besar dari masuk pasti akan berhutang dan akhirnya hartanya tergadai serta berpindah kepemilikan," pungkasnya.
Politisi PKS Ikrimah Hamidy berharap masuknya Pelabuhan Kuala Tanjung dalam skema One Belt One Road (OBOR) tidak justru memudahkan China untuk menguasainya. Hal ini disampaikannya terkait penandatanganan kesepakatan proyek tersebut oleh Pemerintah Indonesia yang diwaili Deputi Infrastruktur Kemenko Kemaritiman, Ridwan Djamaluddin dan Wakil Menteri Bappenas China, Ning Jizhe di sela-sela Belt and Road Forum di Beijing, China, Sabtu (27/4/2019) lalu.
"Kita butuh infrastruktur untuk mendukung peningkatan ekonomi. Tapi jangan sampai, ketika berdagang dgn negara lain, infrastruktur yg kita bangun, malah mempermudah negara lain mendominasi kita, khususnya disisi perdagangan," katanya, Selasa (11/6/2019).
Anggota DPRD Sumut ini menjelaskan, dalam beberapa hal ia melihat ada hal positif dari kebijakan beberapa pemimpin negara dalam mewujudkan ketangguhan ekonomi negara mereka. Ia mencontohkan cara-cara yang ditempuh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan jargon 'Make America Great Again' maupun cara China yang 'tidak ambil pusing' saat disorot terkait aksi plagiat terhadap produk-produk teknologi canggih hingga akhirnya mereka mampu menciptakan produk yang sama secara mandiri.
Menurutnya sikap blak-blakan pemimpin pada kedua negara tersebut sangat dibutuhkan untuk kepentingan 'perang dagang'.
"Nggak guna negara seolah-olah kuat jika secara permanen dan rutin, perdagangan selalu negatif. Ibaratnya, sekaya apapun orang, jika tiap hari uang keluar lebih besar dari masuk pasti akan berhutang dan akhirnya hartanya tergadai serta berpindah kepemilikan," pungkasnya.