Penutupan Institut Teknologi Medan (ITM) oleh Penutupan operasional Institut Teknologi Medan (ITM) oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Dikbudristek) tidak terlepas dari blunder dari kalangan mahasiswa dalam menyikapi persoalan dualisme pengurus yayasan Dwi Warna yang menaunginya.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang mahasiswa ITM, Agung Pandiangan saat memberikan pandangan dalam Diskusi Hukum Mahasiswa dan Alumni ITM di Hotel Grand Antares, Medan, Senin (11/10/2021)..
"Saya kira ini tidak terlepas dari andil mahasiswa yang menginginkan ITM ditutup. Blundernya terjadi saat mendatangi dikti dan meminta agar ini ditutup," katanya.
Atas kondisi ini, menurutnya saat ini yang harus dipikirkan adalah bukan mempertahankan kembali kampus yang terletak di Jalan Gedung Arca, Medan tersebut. Namun langkah-langkah untuk menyelamatkan mahasiswa agar dapat menamatkan perkuliahan termasuk dengan opsi pindah kuliah.
"Saya tidak sepakat terhadap alumni yang menginginkan ITM tetap dipertahankan, saya justru lebih berfikir agar alumni memfasilitasi pemindahan mahasiswa," ungkapnya.
Namun, pendapat ini sendiri tidak sepenuhnya disepakati oleh mahasiswa lain. Tona Ardiansyah Marpaung dari jurusan Teknik Mesin mengatakan justru ITM harus tetap dipertahankan. Tidak hanya karena berkaitan dengan nilai historis dan romantisme di kampus ITM, namun lebih pada memastikan bahwa kalangan mahasiswa akan lebih mudah selesai jika ITM bertahan namun dengan solusi yang bersifat segera.
"Kita harus rasional, kalaupun pindah saya tidak yakin administrasinya akan mudah. Bisa jadi akan memunculkan persoalan baru, artinya perpindahan ini justru jadi masalah baru. Jadi, saya kira lebih baik ITM dipertahankan dan jika memungkinkan dengan solusi mereka berdamai, dan ada instrumen-instrumen untuk 'memaksa' perdamaian itu," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved